Anda di halaman 1dari 22

“SYOK KARDIOGENIK”

KELOMPOK 7 :

1. PAHRONISA MATOKA
2. PUSPA MUSTAPA
3. QATRUN NADA GOBEL
4. RAHMAWATI IBRAHIM
5. RIAN ARBI
DEFINISI
SYOK KARDIOGENETIK

Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan penurunan curah


jantung dan perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular
yang adekuat, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan. Istilah
syok kardiogenik ini pertama sekali disampaikan oleh Stead
(1942) dimana saat itu dilaporkan 2 orang pasien yang
disebutkan mengalami “syok yang diakibatkan oleh jantung
(shock of cardiac origin)”. Belakangan istilah ini kemudian
berubah menjadi syok kardiogenik.
ETIOLOGI

Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh berbagai macam


kelainan yang terjadi pada jantung seperti : disfungsi sistolik,
disfungsi diastolik, disfungsi katup, aritmia, penyakit jantung
koroner, komplikasi mekanik. Karena besarnya angka kejadian
ACS, maka ACS pun menjadi etiologi terhadap syok kardiogenik
yang paling dominan pada orang dewasa. Selain itu, banyak pula
kasus syok kardiogenik yang terjadi akibat medikasi yang
diberikan, contohnya pemberian penyekat beta dan penghambat
ACE yang tidak tepat dan tidak terpantau pada kasus ACS. Pada
anak-anak penyebab tersering adalah miokarditis oleh karena
infeksi virus, kelainan congenital dan konsumsi bahan-bahan
yang toksik terhadap jantung.
PATOFISIOLOGI

Syok kardiogenik merupakan akibat dari gangguan dari keseluruhan


system sirkulasi baik yang besifat temporer maupun permanen.
Kegagalan ventrikel kiri atau ventrikel kanan (akibat disfungsi
miokardium) memompakan darah dalam jumlah yang adekuat
merupakan penyebab primer syok kardiogenik pada infark miokard
akut Akibatnya adalah hipotensi, hipoperfusi jaringan, serta
kongesti paru atau kongesti vena sistemik. Kegagalan ventrikel
kirimerupakan bentuk yang paling sering dari syok kardiogenik,
namun bagian lain dari sistem sirkulasi juga ikut bertanggung jawab
terhadap gagalnya mekanisme kompensasi.Kebanyakan
abnormalitas ini sifatnya reversibel sehingga bagi pasien-pasien
yang selamat, fungsi jantung mungkin masih dapat dipertahankan.
Manifestasi Klinik

Syok kardiogenik merupakan kasus kegawat daruratan.Penilaian


klinis yang lengkap sangat penting untuk mendapatkan
penyebabnya dan menetapkan sasaran terapi untuk mengatasi
penyebabnya.Syok kardiogenik yang muncul akibat infark miokard
biasanya muncul setelah pasien masuk ke rumah sakit, namun
demikian, sebagian kecil pasien datang ke rumah sakitsudah dalam
keadaan syok.Pada pasien terlihat tanda-tanda hipoperfusi (curah
jantung yang rendah) yang terlihat dari adanya sinus takikardia,
volume urine yang sedikit, serta ekstremitas dingin. Hipotensi
sistemik ( TDS< 90mmHg atau turunnnya TD < 30 mmHg dari TD
rata-rata) belakangan akan muncul dan meyebabkan hipoperfusi
jaringan
Pemeriksaan Penunjang

1. EKG
2. ECG
3. Rongen Dada
4. Scan Jantung
5. Kateterisasi Jantung
6. Elekrilit
7. Oksimetri nadi
8. AGD
9. Enzim jantung
KOMPLIKASI

Komplikasi kardiogenik syok antara lain: kardiopulmonari arrest, disritmia,


gagal ginjal, gagal organ multipel, aneurisma ventricular, tromboembolik,
stroke, kematian. Prediktormortalitas dapat diidentifikasi berdasarkan trial
GUSTO-I yakni : usia, riwayat infark miokard sebelumnya, perubahan
kesadaran, kulit yang basah dan dingin serta oliguria. Temuan echocardiogram
sepert fraksi ejeksi ventrikular kiri, regurgitasi mitral, merupakan predictor
independen terhadap mortalitas.EF < 28% memilki persentase keselamatan
24% dalam 1 tahun, sedangkan EF > 28% persentase keselamatannya dalam
setahun mencapai 56%. Regurgitasi mitral sedang-berat memiliki persentase
keselamatan dalam 1 tahun sebesar 31% sedangkan tanpa regurgitasi mitral,
persentase keselamatannya mencapai 58%. Dalam SHOCK trial, mortalitas
syok kardiogenik sangat menurun dengan tindakan revaskularisasi yang cepat
dibandingkan dengan yang tidak ( 38% vs 70%).
Penatalaksanaan

Syok kardiogenik merupakan suatu kegawatdaruratan


yang memerlukan tindakan resusitasi sesegera mungkin
sebelum syok menjadi ireversibel dan merusak organ-
organ vital.Kunci keberhasilan penatalaksanaan syok
kardiogenik adalah pendekatan yang terorganisir untuk
mendapatkan diagnosis secara tepat dan cepat serta terapi
farmakologik sesegera mungkin untuk mempertahankan
tekanan darah dan curah jantung.Seluruh pasien syok
kardiogenik harus dirawat di ruang perawatan intensif.
Pengkajian primer

Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan


mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan


pemeriksaan fisik.Anamnesis dapat menggunakan format
AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan
environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala
hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.
Diagnosa
Keperawatan

1. Perfusi Perifer tidak efektif


2. Intoleran aktivitas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
4. Pola napas tidak efektif
Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Perfusi perifer Setelah di lakukan #perawatan sirkulasi
tidak efektif tindakan Observasi
Ds: keperawatan 1. Periksa sirkulasi perifer
• parastisia selama 6 jam 2. Identifikasi factor resiko
• nyeri ekstremitas perfusi perifer gangguan sirkulasi
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
do: Kriteria hasil: nyeri, atau bengkak pada
• pengisian kapiler ekstremitas
 denyut nadi
>3 detik perifer meningkat Terapeutik
• nadi perifer  warna kulit pucat 4. Hindari pemasangan infus
menurun atau menurun atau pengambilan darah di
tidak teraba  pengisian kapiler area keterbatasan perfusi
• akral teraba membaik 5. darah di area keterbatasan
dingin perfusi
• warna kulit  akral membaik 6. Hindari penekanan dan
pucat  turgor kulit pemasangan tourniquet pada
• turgor kulit membaik area yang cedera
menurun 7. Lakukan pencegahan infeksi
• edema 8. Lakukan perawatan kaki dan
• penyembuhan kuku
luka lambat 9. Lakukan hidrasi
• indeks ankle-
branchial <0,90 Edukasi
• bruit femoral 10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
13. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikougulan, dan penurunan
kolestrol
14. Anjurkan minum obat
mengontrol tekanan darah
secara teratur
15. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit

yang tepat
17. Anjurkan program rehabiitas
vaskuler
18. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
19. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus di laporkan
2 Intoleran Setelah dilakukan
aktivitas tindakan #Manajemen Energi
DS: Selama 6 jam Observasi
 Mengeluh diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
lelah toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
 Dyspnea Meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
saat/setelah dengan Kriteria emosonal
aktivitas hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas.
 Merasa tidak  Frekuensi Nadi Terapeutik
nyaman setelah meningkat 5. Sediakan lingkungan
beraktivitas  Keluhan lelah nyaman dan
 Merasa lemah menurun rendah stimulus
 Dispnea saat 6. Lakukan latihan tentang
DO: aktivitas fisik gerakan pasif
 Frekuensi  Dispnea setelah dan/atau aktif
jantung aktivitas 7. Berikan aktivitas distraksi
meningkat yang menenangkan
 >20% dari 8. fasilitas duduk disisi
kondisi istirahat tempat tidur,jika tidak
 Tekanan darah dapat berpindah
berubah >20% atau berjalan
dari kondisi
istirahat
 Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG Edukasi
menunjukan 9. Anjurkan tirah baring
iskemia 10. Anjurkan melakukan aktivitas
 Soanosis secara bertahap
11. Anjurkan menghubung perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan.
3 Nyeri akut Setelah di lakukan # manajemen nyeri
berhubungan tindakan Observasi
dengan agen keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
cidera fisik 6 jam di tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
  nyeri menurun nyeri
Ds: - mengeluh dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
  4. Identifikasi factor yang
Do: 1.keluhan nyeri memperberat dan memperingan
• tampak menurun dengan nyeri
meringis 2.meringis 5. Identifikasi pengetahuan dan
• bersikap menurun, keyakinan tentang nyeri
protektif 3.mengurangi rasa 6. Identifikasi pengaruh budaya
• Gelisah nyeri terhadap respon nyeri
• Frekuensi 4.kolaborasi 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
nadi pemberian kualitas hidup
meningkat analgetik 8. Monitor keberhasilan terapi
• Sulit tidur komplementer yang sudah di
• Tekanan berikan
darah
meningkat
• Pola napas 9. Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
• Nafsu makan
berubah Terapeutik
• Proses berfikir 10. Berikan tehnik
terganggu nonfarmakologis untuk
• Menarik diri mengurangi rasa nyeri
• Berfokus pada diri 11. Control lingkungan yang
sendiri memeperberat rasa nyeri
• diaforesis 12. Fasilitas istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemeberian analgetik

4 Pola napas tidak Setelah dilakukan #Manajemen Jalan Napas


efektif tindakan Observasi
DS: keperawatan 1. Monitor pola napas
• Dyspnea selama 6 jam 2. Monitor bunyi napas tambahan
• Ortopnea diharapkan Pola 3. Monitor Sputum
napas membaik
DO: dengan criteria Terapeutik
• Penggunaan otot hasil : 4. Pertahankan kepatenan jalan
bantu napas head-tilt dan chin-lift
pernapasan
• Fase ekspirasi 1. Dispnea 5. Posisikan semi fowler atau fouwler
memanjang Menurun 6. Berikan minum hangat
• Pola napas 2. Penggunaan 7. Lakukan Fisioterapi dada
abnormal otot bantu 8. Lakukan penghisapan lendir kurang
• Pernapasan napas dari 15 detik
pursed-lip menurun 9. Lakukan Hiperoksigenasi sebelum
• Pernapasan 3. Pemanjangan penghisapan endotrakeal
cuping menurun fase ekspirasi 10. Keluarkan sumbatan benda padat
• Diameter menurun dengan porsep mcgil
thoraks 11. Berikan oksigen
anterior-
posterior Edukasi
meningkat 12. Anjurkan asupan cairan
• Ventilasi 200/ml/hari
semenit 13. Ajarkan teknik batuk efektif
menurun
• Kapasitas vital
menurun
• Tekanan ekspirasi Kolaborasi
menurun 14. Kolaborasi pemberian
• Tekanan inspirasi brokodilator,Ekspetoran,
menurun Mukolitik.
• Ekskursi dada menurun
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai