Anda di halaman 1dari 19

Journal Reading

MAGNETIC RESONANCE IMAGING OF


BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
- Pictorial Essay-

Oleh:
Adhananta Zhafran Prawira
201920401011152

Pembimbing:
dr. Budi Widarto, SpRad

KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
Contents
References
Conclusion

Mekanisme BPH
Pendahuluan 04
03

02
01
PENDAHULUAN
Benign Prostatic Hyperplasia Anatomi
Benign prostatic hyperplasia (BPH) Pada prostat terdapat tiga zona kelenjar utama (sentral,
adalah diagnosis secara histologis yang transisi, perifer) dan satu zona stroma (stroma
menunjukkan hiperplasia kelenjar dan fibromuskular anterior).
stroma pada prostat. Gejala-gejalanya
biasanya terjadi setelah usia 40, dan
prevalensinya mencapai 50% -60% pada
usia 60 (1).

Benign prostatic hyperplasia (BPH)


merupakan kondisi umum pada pria
paruh baya dan lebih tua yang secara
negatif mempengaruhi kualitas hidup.
Fungsi prostat adalah
• Produksi cairan seminal
• Memberikan nutrisi ke sperma
MEKANISME BPH

Penurunan testosterone Peningkatan Pembengkakan


oleh 5 alpha reductase Dihydrotestosterone (DTH) kelenjar prostat

Pembesaran jaringan
pada lumen dan Obstruksi Saluran
Otot polos hipertrofi
meningkatkan tonud Kemih
otot sekitar prostat
Epidemiologi
• 1/3 lebih banyak pada laki-laki usia diatas 50 tahun, 90% pada laki-laki usia diatas 85 tahun

Faktor Rsiiko
• Usia

Diagnosis
• Prostate-Specific Antigen, Electrolytes, BUN, and Creatinine, Ultrasonography, MRI

Treatment
• Penatalaksanaan dan terapi pada BPH tergantung pada lokasi dari pembesaran prostat.
MRI pada BPH

Jenis tipe BPH pada pemeriksaan MRI adalah sebagai berikut:


 tipe 0, sama dengan atau kurang dari 25 cm3 prostat menunjukkan sedikit
atau tidak ada peningkatan zona
 tipe 1, pembesaran zona transisi bilateral (TZ)
 tipe 2, pembesaran retrourethral
 tipe 3, TZ bilateral dan pembesaran retrourethral
 tipe 4, pembesaran bertangkai
 tipe 5, bertangkai dengan TZ bilateral dan / atau pembesaran retrourethral
 tipe 6, pembesaran subtrigonal atau ekto
 tipe 7, kombinasi pembesaran lainnya.

 Tipe BPH yang paling banyak ditemui adalah tipe 1 dan 3.


MRI

MRI umum digunakan dalam manajemen kanker


prostat karena resolusi kontras dan sensitivitas
yang baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa
penggunaan MRI-based prostate volume-adjusted
prostate-specif- ic antigen (PSA) dapat
meningkatkan efektivitas PSA dalam diagnosis
kanker prostat, dan fusi MRI-US biopsi dapat
meningkatkan deteksi kanker pada prostat yang
membesar.
a. tipe 3 BPH menunjukkan nodul yang
didominasi hiperintensia di zona transisi
kiri.
b. nodul BPH tipe campuran yang terdiri
dari sebagian besar komponen kelenjar
kistik.

a. tipe 3 BPH menunjukkan area hypointense


di zona transisi kiri dan area dominan
bilateral hyperintense
b. b. daerah hypointense adalah nodul BPH
stroma murni dan daerah hiperintensia
dominan bilateral adalah nodul BPH tipe
campuran yang sebagian besar terdiri dari
kelenjar kistik
a. Gambar t2 sagittal enunjukkan tipe 0 BPH.
b. T2 axial terlihat heterogenitas ringan di
zona transisi tanpa ada nodul BPH yang
ditandai. Zona periferal (panah) biasanya
muncul hyperintense pada gambar T2-
weighted.

a. tipe 1 BPH menunjukkan pembesaran zona


transisi (T2sagittal)
b. menunjukkan pembesaran zona transisi
dengan nodul BPH bilateral (T2 axial)
tipe 2 BPH menunjukkan pembesaran retrourethral
tidak menunjukkan perluasan zona transisi
tipe 3 BPH menunjukkan pembesaran nodul BPH bilateral
retrourethral
pembesaran menonjol ke dalam kandung kompresi kandung kemih oleh nodul BPH
kemih yang inferior dan bilateral.
tipe 5 BPH, terdapat pembesaran dan perluasan zona transisi bilateral dengan
perpindahan trigonum superior karena nodul BPH
pembesaran retrourethral
tipe 6 BPH menunjukkan pembesaran
subtrigonal tanpa perpindahan trigon
yang jelas
BPH adalah kondisi umum yang sering terjadi pada pria
paruh baya dan lebih tua dan dapat menyebabkan
gangguan saluran kemih yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup. MRI, dengan resolusi kontras jaringan
lunak yang superior, lebih menguntungkan dalam
CONCLUSION membedakan BPH dari kanker prostat, estimasi volume
zonal dan seluruh prostat dapat mendeteksi lokasi
pembesaran, dan klasifikasi jenis BPH yang berpotensi
membantu dalam memilih perawatan yang optimal.
Dengan demikian, MRI dapat digunakan secara efektif
untuk manajemen BPH dalam diagnosis, pengobatan,
dan respons terhadap pengobatan.
THANK YOU
Any Questions?
REFERENCE

• Berry SJ, Coffey DS, Walsh PC, Ewing LL. The de- velopment of human benign prostatic hyper- plasia with age. J Urol
1984; 132:474–479.
• Roehrborn CG, McConnell JD. Etiology, patho- physiology, epidemiology and natural history of benign prostatic
hyperplasia. In: Walsh PC, Retik AB, Vaughn EB Jr, et al, eds. Campbell’s urology. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders Co.,
2002; 1297–1330.
• Grossfeld GD, Coakley FV. Benign prostatic hyperplasia: clinical overview and value of di- agnostic imaging. Radiol Clin
North Am 2000; 38:31–47. [CrossRef]
• Wasserman NF. Benign prostatic hyperplasia: a review and ultrasound classification. Radiol Clin North AM 2006; 44:689–
710. [CrossRef]
• Randall A. Surgical pathology of prostatic ob- structions. Baltimore: Williams & Wilkins, 1931.
• 6. Wasserman NF, Spilseth B, Golzarian J, Metzger GJ. Use of MRI for lobar classification of benign prostatic hyperplasia:
potential phenotypic bio- markers for research on treatment strategies. AJR Am J Roentgenol 2015; 205:564–571.
[CrossRef ]
• 7. Ling D, Lee JK, Heiken JP, Balfe DM, Glazer HS, McClennan BL. Prostatic carcinoma and benign prostatic hyperplasia:
inability of MR imaging to distinguish between the two diseases. Ra- diology 1986; 158:103–107. [CrossRef]
• 8. McNeal JE. Origin and evolution of benign prostatic enlargement. Invest Urol 1978; 15:340–345.
REFERENCE

• 9. Selman SH. The McNeal prostate: a review. Urology 2011; 78:1224–1228. [CrossRef]
• 10. Walz J, Burnett AL, Costello AJ, et al. A critical analysis of the current knowledge of surgical anatomy related to
optimization of cancer con- trol and preservation of continence and erec- tion in candidates for radical
prostatectomy. Eur Urol 2010; 57:179–192. [CrossRef]
• 11. Oelrich TM. The urethral sphincter muscle in the male. Am J Anat 1980; 158:229–246. [CrossRef ]
• 12. Marks LS, Treiger B, Dorey FJ, Fu YS, deKernion JB. Morphology of the prostate: distribution of tissue components
in hyperplastic glands. Urology 1996; 44:486–492. [CrossRef]
• 13. Schiebler ML, Tomaszewski JE, Bezzi M, et al. Prostatic carcinoma and benign prostatic hy- perplasia: correlation of
high-resolution MR and histopathologic findings. Radiology 1989; 172:131–137. [CrossRef ]
• 14. Aarnink RG, de la Rosette JJ, Huynen AL, Giesen RJ, Debruyne FM, Wijkstra H. Standardized as- sessment to
enhance the diagnostic value of prostate volume; part I: morphometry in pa- tients with lower urinary tract
symptoms. Pros- tate 1996; 29:317–326. [CrossRef]
• 15. Peng Y, Shen D, Liao S, et al. MRI-based prostate volume-adjusted prostate-specific antigen in the diagnosis of
prostate cancer. J Magn Reson Imaging 2015; 42:1733–1739. [CrossRef]
• 16. Walton Diaz A, Hoang AN, Turkbey B, et al. Can magnetic resonance-ultrasound fusion biopsy improve cancer
detection in enlarged pros- tates? J Urol 2013; 190:2020–2025. [CrossRef]

Anda mungkin juga menyukai