JUVENILE DIABETES
KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosa Diabetes Militus tipe
1 (Juvenile Diabetes), masuk untuk dirawat di RS. Bangsal Anak. Hasil anamnesa
anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat
badannya turun. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa memperhatikan lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah, merasa cepat lelah, penglihatan kabur, sakit kepala,
kalau ada luka lama sembuh.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Kesadaran umum : Composmentis GCS
(E4V5M6),BB: 25,5 kg, TB: 135 cm, suhu: 36,5 C, nadi: 88x/menit, resfirasi:
24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Kulit kering, membran mukosa lembab. Hasil
pemeriksaan labolatorium menunjukan: Hb: 11,2 gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit:
4,8, trombosit 210000/mm3, leukosit: 9.50, glukosa darah 300 mg/dl.
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percatya ketika
anaknya didiagnosa diabetes militus tipe 1, padahal tidak ada anggota keluarga
yang menderita diabetes militus. Mereka mengatakan tidak paham tentang Diabetes
Militus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang dari Rumah Sakit.
Dan keluarga pasien juga mengeluh semenjak membawa anaknya ke RS pelayanan
perawat kurang responsif dan kurang empati dengan kondisi pasien. Perawat baru
bertindak jika ada permintaan dari keluarga pasien.
Terapi/intruksi medis yang diberikan saat ini: cek gula darah 2x/hari, insulin 2 unit
dari U 100 sebelum makan.
PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama : Tidak ada data
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 10 Tahun
Agama : Tidak ada data
Pekerjaan : Tidak ada data
Pendidikan terakhir : Tidak ada data
Suku/bangs : Tidak ada data
Gol.darah :Tidak ada data
Alamat : Tidak ada data
Diagnosa medis : Diabetes Militus tipe 1 (Juvenile Diabetes)
Tanggal masuk rumahsakit : Tiidak ada data
Tanggal pengkajian : Tidak ada data
No. Rekam Medis : Tidak ada data
KELUHAN UTAMA
Banyak kencing
DS : ↓
DO : ↓
Glukosaria
↓
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan Hiperglikemia Ketidak efektifan perfusi jaringan b.d
DS : ↓ - Gangguan konsentrasi
BB menurun
Keletihan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Retensi urine b.d sering berkemih
Ketidak efektifan perfusi jaringan b.d Perbahan fungsi
motorik,Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
Keletihan b.d Gangguan konsentrasi, Mengatakan tidak
mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1.
Retensi urine b.d sering Urinary elimination Urinary retention care
berkemih
Urinary continence - Monitor intake dan output
Memproses informasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
3. Keletihan b.d Gangguan Endurance Energy management
konsentrasi, Mengatakan
Concentrasion - Observasi adanya pembatasan klien
tidak mampu
dalam melakukan aktivitas
mempertahankan rutinitas Energy conservation
yang biasanya - Dorong anak untuk mengungkapkan
Nutritional status : energy
perasaan terhadap keterbatasan
Kriteria hasil :
- Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa kelelahan
lebih baik
- Monitor pasien akan adanya kelelahan
Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi fisik dan emosi secara berebihan
kelelahan
- Monitor pola tidur dan lamanya
Glukosa darah adekuat tidur/istirahat paien
P:
Intervensi dihentikan
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Ketidak efektifan perfusi - Membatasi pergerakan pada kepla, S:
Kasus
Keluarga pasien mengeluh pelayanan perawat kurang responsif dan
kurang empati dengan kondisi pasien. Perawat baru bertindak jika ada
permintaan dari keluarga pasien.
Analisa Data
Dari kasus tersebut termasuk kedalam prinsip autonomi. Prinsip autonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan autonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya. Masalah yang terjadi dalam hubungan perawat dengan pasien yaitu
adanya konflik tanggung jawab dimana perawat tidak responsif dengan keluhan yang
disampaikan pasien dan perawat kurang empati dengan kondisi pasien, serta Perawat baru
bertindak jika ada permintaan dari keluarga pasien.Seharusnya perawat tersebut harus
mematuhi aturan tentang hubungan antara perawat dengan pasien/masyarakat serta perawat
dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga dan masyarakat senantiasa
dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan
NURSING ADVOCACY
Pembahasan kasus
Dalam kasus, keluarga pasien mengeluh pelayanan perawat kurang responsif dan kurang empati
dengan kondisi pasien. Perawat baru bertindak jika ada permintaan dari keluarga pasien.
Sebagai perawat, seharusnya kita memberikan peran advokat pada aspek psikis dengan cara
mengaplikasikan sifat caring dan emphaty sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang
optimal untuk klien dan akan tercipta hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan
penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Maka dari itu perawat penting
pula dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien. Setelah dilakukan peran
advokat tersebut, maka pasien memperoleh hak dalam pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu.
HASIL TELAAH JURNAL
Analisa Data dan Hasil
Hasil penelitian disampaikan dengan jelas di jurnal :
Seluruh sampel penelitian antara tahun 2005-2009 berjumlah 27 catatan medis pasien DM tipe-1 dengan 10
anak laki-laki dan 17 anak perempuan. Saat diagnosis DM tipe-1 (saat datang ke bagian IKA-RSSA) terbanyak
pada usia 1-10 tahun pada 16 kasus (60%). Sebagian besar pasien DM tipe-1 datang dengan keluhan poliuria,
polidipsi, polifagia dan adanya penurunan berat badan progresif. Gangguan kesadaran dan asidosis metabolik,
nyeri perut, muntah menyertai pasien dengan KAD. Hanya sebagian keci kasus disertai dengan cepat lelah atau
lemah.
Sesuai dengan penelitian Assin et al bahwa anak perempuan lebih banyak menderita DM tipe-1 dibandingkan
dengan anak laki-laki dengan usia terbanyak 6-10 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian DM tipe-1 terbanyak
pada rentang usia 9-12 tahun dan anak perempuan dua kali lebih banyak dari anak laki-laki.
TERIMA KASIH