Anda di halaman 1dari 20

AMDAL

Proyek Pengembangan Tangguh LNG


Nama : Ema Khoirunisa Ovilia Kelas : 3 KS 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kegiatan operasi Tangguh LNG yang berjalan saat
ini terdiri dari fasilitas produksi gas lepas pantai dan
fasilitas pemrosesan LNG di darat. Fasilitas gas
lepas pantai tersebut mencakp fasilitas unutk
produksi, pengumpulan, dan transmisi gas alam dan
cairan ikutan dari lapangan gas Vorwata. Gas
diproduksi dari 14 sumur produksi di dua anjungan
lepas pantai (VRA dan VRB) dan dialirkan melalui
dua jaringan perpiaan bawah laut menuju Kilang
LNG di daratan untuk dimurnikan dan diproses
menjadi gas alam cair untuk diekspor dengan kapal
tanker LNG.
PENDAHULUAN

Lokasi
Tangguh LNG berada di pantai
selatan perairan Teluk Bintuni di
Kabupaten Teluk Bintuni dan
Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua
Barat.
PENDAHULUAN

Pelaksana Studi

• Nama : BP Bearu, Ltd.


• Alamat Perusahaan : Jl. TB Simatupang Jakarta No. Kav 88, RT.1/RW.1, Kabagusan,
Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,
12520
• No. Telepon/Fax : +62 21 7884 3878 / +62 7884 3876
• Website : https://www.bp.com/en_indonesia/home.html
• Nama Penanggung Jawab : Roberto Reichard
• Jabatan : Vice President Project, Tangguh
BAB
2

PEMBAHASAN
Penurunan Kualitas Udara

01
Sumber Dampak
03 Besaran Dampak
Kegiatan pengoperasian Kilang LNG
1, 2, 3 dan 4 akan melepaskan Berdasarkan sifat perubahan yang dapat
emisi CO2 yang terutama berasal ditimbulkan oleh emisi CO2, intensitas
dari pembakaran gas yang meliputi dampak (kontribusi 0,05% dari emisi CO2
pembakaran bahan bakar gas global), persebaran dampak yang bersifat
bertekanan rendah den bertekanan global serta lama dampak bersifat jangka
tinggi. panjang; maka besaran dampak dapat
disimpulkan tergolong ‘besar’.

Jenis Dampak
02
Emisi CO2 merupakan dampak
langsung dari pembakaran bahan
bakar gas bertekanan rendah dan
tinggi, pelepasan gas CO2 dari feed
gas, serta pembakaran bahan bakar
minyak.
Penurunan Kualitas Air

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak


• Pembukaan lahan tambahan, • Anak-anak sungai bersifat musiman
di mana dalam perkiraan Peningkatan kandungan TSS
merupakan dampak turunan (ephimeral) yang sensitif terhadap
peningkatan erosi tanah yang masuknya sedimen, maka dari segi
berakibat lebih lanjut (tersier) dari adanya
peningkatan erosi tanah. Erosi sensitivitasnya tergolong tinggi
tehadap kenaikan kandungan terutama terhadap anak sungai S5 yang
TSS adalah maksimum sekitar tanah merupakan dampak
turunan (sekunder) dari dikeramatkan oleh penduduk setempat.
500 ha; • Namun, Sungai Saengga dan perairan
• Penggalian dan pengurukan peningkatan limpasan air
permukaan yang merupakan laut Teluk Bintuni sebagai penerima
dengan total volume sekitar 6 akhir dari masuknya sedimen tidak
juta m3 untuk Proyek dampak primer (dampak
langsung) akibat kegiatan sensitive telah memiliki kandungan TSS
Pengembangan Tangguh cukup tinggi, sehingga sensitivitas
LNG; dan pembukaan lahan.
penerima dampak tergolong ‘rendah’
• Penyiapan tapak.
BAB
3

RKL DAN RPL


SUMBER DAMPAK PENURUNAN KUALITAS UDARA
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

01
Dampak yang Ditimbulkan Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
07
Penurunan Kualitas Udara • Pembukaan lahan, penyiapan tapak dan penggalian
material konstruksi hanya dilakukan pada area yang
telah direncanakan.
Sumber Dampak • Melakukan penyiraman air secara berkala. Penyiraman
02 air harus disesuaikan dengan kondisi musim dan curah
• Penyiapan Lahan hujan. Jika memungkinkan, penyiraman air dapat
• Konstruksi Kilang dan fasilitas menggunakan air limbah sanitari yang sudah terolah
pendukungnya. dan memenuhi baku mutu
• Mengatur kecepatan transportasi darat di area
Indikator Keberhasilan penyiapan tapak dan konstruksi maksimal 30 km/jam
03 • Melakukan pemeliharaan rutin terhadap
Pengelolaan Lingkungan Hidup mesin/peralatan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
Kualitas udara ambien memenuhi baku untuk memastikan bahwa mesin/peralatan tersebut
mutu sesuai PP No. 41 Tahun 1999 dan bekerja secara efisien
General EHS Guidelines 2007 (sesuai • Melakukan pengelolaan operasional insinerator dan
Lampiran 1) generator supaya memenuhi baku mutu emisi
• Melakukan upaya penanaman (rumput/tanaman
rambat) pada area bukaan yang belum akan digunakan
untuk kegiatan konstruksi dalam periode minimal 3
bulan. Tanaman yang digunakan akan menggunakan
tanaman lokal Papua
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

05
Lokasi Pengelolaan 07
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup • PELAKSANA
• Lokasi kegiatan Pekerjaan BP Berau Ltd.
Tanah
• Area konstruksi Kilang LNG dan • PENGAWAS
fasilitas pendukungnya Kementerian Lingkungan Hidup , KLH Kabupaten Teluk
Bintuni dan Bapedalda Papua Barat,
• PENERIMA LAPORAN
Kementerian Lingkungan Hidup, KLH Kabupaten Teluk
Bintuni, BLH Kabupaten Fakfak, Bapedalda Provinsi
Periode Pengelolaan Papua Barat, Dirjen MIGAS dan Dirjen Perhubungan
06 Lingkungan Hidup Laut
• Selama kegiatan konstruksi
Kilang LNG dan fasilitas
pendukungnya
Rencana Pengamatan Lingkungan Hidup (RPL)

01
Dampak yang Ditimbulkan Metode Pengumpulan dan Analisis Data
04
Penurunan Kualitas Udara
• Mengambil sampel udara ambien dan menganalisis
konsentrasi parameter- parameter yang telah
Indikator & Parameter ditentukan menggunakan laboratorium yang
02
Kualitas udara ambien (parameter SO2,
terakreditasi
CO, NO2, HC, PM 10, PM 2.5, TSP
dan Timbal) • Melakukan evaluasi penaatan dengan membandingkan
hasil analisis sesuai dengan peraturan PP No. 41 Tahun
Sumber Dampak 1999 dan General EHS Guidelines 2007 (Lihat Tabel di
03
• Penyiapan Lahan Lampiran I)

• • Melakukan evaluasi kecenderungan


Konstruksi Kilang LNG dan fasilitas
pendukungnya
Rencana Pengamatan Lingkungan Hidup (RPL)

05
Lokasi Pantau 07
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
• PELAKSANA
• 2 lokasi pada pagar luar
BP Berau Ltd.
(perimeter fence) lokasi
• PENGAWAS
Tangguh
Kementerian Lingkungan Hidup , KLH Kabupaten Teluk
Bintuni, Bapedalda Papua Barat
• PENERIMA LAPORAN
Kementerian Lingkungan Hidup, KLH Kabupaten Teluk
Bintuni, BLH Kabupaten Fakfak, Bapedalda Provinsi
Papua Barat, Dirjen MIGAS,
Waktu & Frekuensi Dirjen Perhubungan Laut
06
• 1 kali dalam 6 (enam) bulan
BAB
3

RKL DAN RPL


SUMBER DAMPAK PENURUNAN KUALITAS AIR
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

01
Dampak yang Ditimbulkan Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
04
Potensi penurunan kualitas air permukaan
akibat kenaikan konsentrasi TSS • Menyusun rencana kegiatan pembukaan lahan dan
penyiapan tapak dengan mempertimbangkan
Sumber Dampak faktor penanggulangan erosi
02
Kegiatan Pekerjaan Tanah yang meliputi • Kegiatan Pekerjaan Tanah akan dimulai setelah
Pembukaan Lahan, dan Penyiapan Tapak
termasuk penggalian dan pengurukan fasilitas utama pengendalian erosi dan sedimentasi
tersedia
Indikator Keberhasilan • Mengatur pola drainase dan pengendalian
03 Pengelolaan Lingkungan Hidup sedimen, dengan cara
Meminimalkan terjadinya erosi tanah dan • Melakukan inspeksi rutin terhadap fasilitas
konsentrasi TSS pada air permukaan sesuai
dengan PP No. 82 Tahun 2001 kelas 2 dengan pengendalian erosi dan sedimentasi untuk
mempertimbangkan rona lingkungan pada
memastikan bahwa fasilitas tersebut berfungsi
saat AMDAL
maksimal, khususnya setelah hujan.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

05
Lokasi Pengelolaan 04
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup • PELAKSANA

Lokasi kegiatan Pekerjaan Tanah BP Berau Ltd.


Lokasi yang mempunyai potensi • PENGAWAS
Kementerian Lingkungan Hidup , KLH Kabupaten Teluk
terjadinya erosi
Bintuni dan Bapedalda Papua Barat,
• PENERIMA LAPORAN
Kementerian Lingkungan Hidup, KLH Kabupaten Teluk
Bintuni, BLH Kabupaten Fakfak, Bapedalda Provinsi
Periode Pengelolaan Papua Barat, Dirjen MIGAS dan Dirjen Perhubungan
06 Lingkungan Hidup Laut
Selama kegiatan Pekerjaan Tanah
Rencana Pengamatan Lingkungan Hidup (RPL)

01
Dampak yang Ditimbulkan Metode Pengumpulan dan Analisis Data
04
Penurunan Kualitas Air
• Mengambil sampel air permukaan dan menganalisis
konsentrasi parameter pH, TDS dan TSS secara internal
Indikator & Parameter • Mengambil sampel air permukaan dan melakukan analisis
02
Kualitas air permukaan (parameter pH, parameter-parameter yang ditentukan menggunakan
TDS, TSS serta parameter utama yang laboratorium yang terakreditasi.
terkait dengan karakteristik air limbah) • Mengambil sampel air permukaan dan melakukan analisis
parameter-parameter yang ditentukan menggunakan
Sumber Dampak laboratorium yang terakreditasi.
03
• Pembukaan Lahan • Melakukan evaluasi penaatan dengan membandingkan
• Konstruksi Kilang LNG dan fasilitas hasil analisis konsentrasi dengan baku mutu air permukaan
pendukungnya
sesuai PP No. 82 Tahun 2001 kelas 2 dengan
mempertimbangkan rona lingkungan pada saat AMDAL
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPL)

05
Lokasi Pantau 04
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
• PELAKSANA
• Bagian hulu dari titik keluaran
BP Berau Ltd.
kolam pengendapan
• PENGAWAS
• 50 - 100 meter bagian hilir dari
Kementerian Lingkungan Hidup , KLH Kabupaten Teluk
titik keluaran kolam Bintuni, Bapedalda Papua Barat
pengendapan
• PENERIMA LAPORAN
Kementerian Lingkungan Hidup, KLH Kabupaten Teluk Bintuni,
BLH Kabupaten Fakfak, Bapedalda Provinsi Papua Barat, Dirjen
MIGAS, Dirjen Perhubungan Laut
Waktu & Frekuensi
06
• Pemantauan Internal dilakukan
bulanan
• Pemantauan oleh laboratorium
eksternal dilakukan 1 kali
dalam 3 bulan
BAB
4

KESIMPULAN
KESIMPULAN

Konstruksi Proyek
Pengembangan Tangguh Dokumen Analisis
LNG untuk Dampak Lingkungan
mengembangkan Hidup (ANDAL), Rencana
operasinya dengan Pengelolaan Lingkungan
membangun Kilang LNG Hidup (RKL) dan
3 dan rencana Rencana Pemantauan
pengembangan tahap Lingkungan Hidup (RPL)
selanjutnya memberikan yang diperlukan disusun
manfaat pasti juga sesuai dengan Peraturan
memiliki dampak negatif Menteri Negera
terutama terhadap Lingkungan Hidup No. 16
lingkungan. Oleh karena Tahun 2012 tentang
itu proses Pedoman Penyusunan
pengembangan proyek Dokumen Lingkungan
ini dilengkapi dengan Hidup serta Dokumen
Studi Kelayakan Kerangka Acuan ANDAL
Lingkungan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai