Worksh 1
Worksh 1
1
PIR Malang 2019
Studi Kasus:
Pasien dengan Perburukan gejala-
Peningkatan penggunaan SABA meskipun
sudah menggunakan ICS dosis rendah
Symptoms Exacerbations
Gejala Eksaserbasi
Lung function
Fungsi Paru
Bronchial Hiperaktivitas
Inflamasihyperreactivity
Sal
Airway bronkus
Pernapasan
inflammation
Airway
Airway remodelling
remodelling
Increased
Mucus secretion / Epithelial
Vascular bronchial
Bacteria bronchoconstriction shedding
permeability + hyperreactivity
oedema
pernapasan
§, II
Peningkatan progresif
dari penebalan saluran
napas diasosiasikan
20 dengan peningkatan
10
0 durasi dan berat asma
Asthmatic patients
‡
p<0.01; p<0.001 vs. control subjects.
§
p < 0.05; **p < 0.001 vs. patients with intermittent asthma.
II
‡‡
p < 0.005 vs. patients with mild persistent asthma.
¶¶
p < 0.01 vs. patients with moderate persistent asthma.
Memerlukan
Resiko di masa Gejala di
pelega untuk
datang siang hari Terbangun di Keterbatasan
gejala asma
lebih dari 2x malam hari aktivitas
lebih dari 2x
dalam karena asma karena asma
dalam
seminggu
seminggu
©
2018 GSK Group of companies. All rights reserved
100 -1
FEV1
95 -2
Baseline 3 6 12 1 month
Duration of treatment (months; n=35) post-
treatment
Airway physiology, inflammation and airway remodelling are inter-related and improve with ICS therapy.
Prolonged treatment with ICS is necessary for maximal benefit in remodelling and AHR.
Determining ICS dose only with reference to symptoms and lung function may be over simplistic.
AHR: airway hyper-responsiveness; PD20: Dose methacholine giving a fall in FEV 1 of 20%; FEV1:
forced expiratory volume in 1 second; FP: fluticasone propionate; ICS: inhaled corticosteroid
Pasien (%)
*
Pasien (%)
**
60 60
**
40 40 **
**
20 20 **
Pasien (%)
0 0
Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3 Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
FP n=544 FP n=577 FP n=567 FP n=544 FP n=577 FP n=567
SFC n=539 SFC n=583 SFC n=568 SFC n=539 SFC n=583 SFC n=568
Pada Stratum 1 meningkat hingga 40% (kontrol total: p=0.003; kontrol sebagian: p<0.001) dan lebih dari dua kali lipat
pada Stratum 2 (kontrol total dan kontrol sebagian: p<0.001) dan Stratum 3 (kontrol total dan kontrol sebagian: p<0.001).
Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel
(n=3421 randomisasi) pada pasien (≥12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC
(50/100 μg bid) dan SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg bid) atau FP (100 μg bid) dan
FP (250 μg bid) hingga dosis maksimal FP (500 μg bid).
FP, fluticasone propionate; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; bid, dua kali sehari
Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan di et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844.
12
PIR Malang 2019
% p a s ie n y a n g m e n c a p a i s k o r A Q L Q 2 6
Kualitas hidup mendekati normal
dengan SFC dibandingkan FP
p=ns p<0.001
p<0.005
Kualitas hidup pasien yang mencapai skor AQLQ hampir maksimal (6) atau
maksimal (7)
80
60
40
20
0 Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
(bebas steroid) (ICS dosis rendah) (ICS dosis sedang)
FP n=275 SFC n=282 FP n=331 SFC n=339 FP n=345 SFC n=346
Persentase pasien yang mencapai skor AQLQ ≥6 lebih tinggi secara signifikan pada kelompok
SFC dibandingkan FP pada Stratum 2 and 3
Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3421
randomisasi) pada pasien (≥12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC (50/100 μg bid) dan
SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis
maksimal FP (500 μg bid).
AQLQ, Asthma Quality of Life Questionnaire; FP, fluticasone propionate; ICS, inhaled corticosteroid; SFC,
salmeterol/fluticasone propionate combination; QoL Quality of life; bid, dua kali sehari
The same results were first published in Bateman et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844. This graph has been independently created by GSK
from the original.
13
PIR Malang 2019
R a ta -r a ta e k s a s e r b a s i p e r p a s ie n p e r ta h
Minggu 1-52
Baselin
e
0.8 Efek terapi pada eksarsebasi sedang-berat
0.6
0.4
0.2
0.07 0.12† 0.12 0.17† 0.27 0.37†
0
SFC FP SFC FP SFC FP
0.27 0.37†
Stratum 1 (bebas steroid) Stratum 2 (ICS dosis Stratum 3 (ICS dosis sedang)
FP n=544 SFC n=539 rendah) FP n=567 SFC n=568
FP n=577 SFC n=583
Kejadian eksarsebasi lebih sedikit* pada kelompok SFC dibandingkan dengan FP (†p ≥ 0.009)
Memerlukan steroid oral atau rawat inap/kunjungan IGD
Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3421
randomisasi) pada pasien (≥12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC (50/100 μg bid) dan
SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis
maksimal FP (500 μg bid).
FP, fluticasone propionate; ICS, inhaled corticosteroid; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; bid, dua kali
sehari
Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan di Bateman et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844. Grafik ini dibuat secara independen oleh
GSK berdasarkan grafik aslinya.
14
R e r a t a e k s a s e r b a s i p e r p a s ie n p e r t a h u n
Waktu bebas gejala lebih lama & risiko eksaserbasi berat lebih rendah pada SFC
dibandingkan FP tunggal
M e d ia n % h a ri b e b a s g e ja la
OR 1.30§
(96% CI: 1.08, OR 2.06±
1.84) (96% CI: 1.66,
2.58) OR 1.78±
(95% CI: 1.43,
2.21)
Minggu 1-52 p=0.007
100 p=0.014
80
p=0.993
60
0 .0 7
40 0 .0 5
20 0 .0 3
Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
0 0 .0 1
(bebas steroid) (ICS dosis (ICS dosis sedang) Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
-0.01
FP n=550 rendah) (bebas steroid) (ICS dosis rendah) (ICS dosis sedang)
SFC n=548 FP n=578 FP n=579 FP n=550 FP n=578 FP n=579
SFC n=585 SFC n=576 SFC n=548 SFC n=585 SFC n=576
SFC vs FP: †p=0.005; ± p<0.001; §p=0.025
Hasil post-hoc dari penelitian selama 1 tahun yang terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3416
ITT) pada pasien (≥12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi terapi SFC (50/100 μg bid) dan
SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis
maksimal FP (500 μg bid).
OR dan CI berdasarkan analisis regresi logistik proporsional
CI, confidence interval; FP, fluticasone propionate; ITT, intent to treat; OR, odds ratio; SFC, salmeterol/fluticasone
propionate combination; bid, dua kali sehari
15
PIR Malang 2019
P ro p o rs i p a s ie n y a n g m e n c a p a i
R e r a t a k e ja d ia n e k s a s e r b a s i
pada pasien asma tanpa memperhitungkan status merokok
p e r p a s ie n p e r t a h u n
c o n tr o l b a i k (% )*
EKSASERBASI
KONTROL ASMA SFC n=496
0.4
SFC n=1213
100
0.3
80
60 0.2
40
0.1
20
Ini merupakan hasil post-hoc dari penelitian selama 1 tahun yang terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok
paralel (n=3421 randomisasi) pada pasien (≥12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi terapi
SFC (50/100 μg bid) dan SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg bid) atau FP (100 μg bid) dan FP
(250 μg bid) hingga dosis maksimal FP (500 μg bid).
* Signifikansi statistik tidak dicantumkan pada naskah. Strata digabungkan untuk analisis ini.
FP, fluticasone propionate; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; bid, dua kali sehari
16
PIR Malang 2019
R e r a t a a n g k a e k s a s e rb a s i s e la m a 2 4 m in g g u
s e da ng / be r a t d a l a m 1 ta hun
R e r a ta a ng k a e k s a s e r ba s i
Angka eksaserbasi
sedang/berat yang
Ratio 0.96 (95% CI: 0.84, 1.10); p=0.571 disesuaikan, sesuai
SFC (n=694) Form/Bud (n=697)
OR: 0.70 (95% OR: 1.01 (95% OR: 0.78 (95% OR: 0.43 (95%
dengan definisi CI 0.48, 1.01) CI 0.61, 1.67) CI 0.45, 1.35) CI 0.23, 0.79)
protokol berdasarkan p=0.059 p=0.96 p=0.371 p=0.006
interval penelitian. Rata-rata kejadian eksaserbasi sedang/berat pada pasien asma
Perbedaan terapi
keseluruhan: 0.3
3 2.69 2.79
0.1
2
SFC Form/Bud
0
(50/250µg) (6/200µg) Minggu 1-24 Minggu 1-8 Minggu 9-16 Minggu 17-
24
1 n=694 n=697 Interval penelitian
0 Penurunan angka kejadian eksarsebasi terlihat pada kedua kelompok pengobatan.
Secara umum, angka kejadian eksarsebasi pertahun 30% lebih rendah pada kelompok
SFC dibandingkan dengan Form/Bud (p=0.059).
Pengobatan reguler dengan SFC dan Form/Bud dua kali perhari mengurangi gejala asma dan meningkatkan fungsi paru
secara signifikan pada pasien dengan asma persisten
SFC jangka panjang mengurangi eksarsebasi sedang/berat secara signifikan dibandingkan Form/Bud pada minggu ke 17
Penelitian selama 6 bulan, acak, tersamar ganda, double-dummy, kelompok paralel, multisenter, pada pasien (usia > 18
tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC 50/250 µg bid (n=694) atau Formoterol/Budesonide (Form/Bud)
6/200 µg bid (n=697).
CI, confidence interval; Form/Bud, formoterol fumarate/budesonide; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination;
bid, dua kali sehari
17
PIR Malang 2019
Hanya mengatasi puncak dari gunung es
Yang
Terlihat Eksaserbasi
Gejala
Fungsi paru
Yang
tidak
terlihat Hiper-reaktivitas bronkus
bermasalah dalam
mencapai inhalasi cepat
dalam
DPI, penggunaan
dry powder inhaler. DPI
2,3
19
PIR Malang 2019
D o s i s y a n g d ih a n t a r k a n ( % k la im la b e l)
Diskus mengeluarkan dosis* yang lebih besar
dibanding Turbuhaler pada laju inspirasi yang lebih rendah
Salbutamol Diskus
Terbutaline Turbuhaler
100
95.1 97.8 99
80 89.4
72.1
60
53.7
40
20
0
30 60 90
Laju aliran (L/menit)
Data dosis terhantarkan (% klaim label) mengukur secara in vitro untuk dua inhaler pada berbgai laju aliran; median untuk 10 penentuan dari
6 alat
*studi In vitro tidak selalu korelasi dengan efektivitas klinis.
20
PIR Malang 2019
P r o p o r s i p a s ie n d e n g a n p e n a n g a n a n t
Kesalahan penanganan lebih rendah pada pasien
yang menggunakan Diskus vs Turbuhaler
60
74.6
**
40 43.2
20
16.9 6.8
0
MDI Turbuhaler Aerolizer Diskus
Prospektif, cross-sectional, penelitian observasional untuk menilai kesalahan penanganan pada 300 pasien
menggunakan MDI atau DPI yang berbeda
21
PIR Malang 2019
Frekuensi kesalahan meningkat seiring usia untuk semua device
tetapi lebih rendah dengan Diskus vs Turbuhaler
Aerolizer < 30
tahun
Autohaler
Diskus
MDI
Turbuhaler
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pasien (%)
Penelitian observasional untuk mengevaluasi penanganan inhaler oleh pasien di dunia nyata, pada primary care
MDI, metered-dose inhaler .
Hasil ini pertama kali dipresentasikan di dalam Molimard M et al. J Aerosol Med. 2003; 16:249-54. Gambar ini diciptakan secara independen
oleh GSK dari data aslinya
22
PIR Malang 2019
PIR Malang 2019 23
Tn J: Pemeriksaan setelah 6 bulan
Seiring dengan perbaikan
Gejala pasien telah membaik gejala, pasien juga
dengan penggunaan kombinasi menanyakan kembali apakah
ICS/LABA dan Pasien dapat dia dapat menghentikan
Dokter menekankan penggunaan inhalernya.
bermain sepak bola Bersama
pentingnya perhatian pasien Dokter kembali menekankan
anak-anaknya
pada pengingkatan gejala pentingnya penggunaan
yang dirasakan oleh pasien pengobatan secara teratur
Pasien diberikan catatan meskipun pasien tidak
untuk mencatatat munculnya merasakan adanya gejala
gejala
26