Anda di halaman 1dari 44

TEKNIK RADIOGRAFI II

TEKNIK PEMERIKSAAN STERNUM


DAN RIBS

Annisa Azkya
Attika Susdelia
Masni Delima
Muhammad Iqbal
Putri Bella Olivia
Syukri Ulya
Tiara Suci Pangestu
sternum…
Sternum atau tulanng dada terletak diarah anterior
dan inferior serta dipusatkan diatas garis tengah
toraks anterior. Tulang yang sempit dan panjang nya
rata – rata sekitar 6 inci. Sternum terdiri dari tiga
bagian, manubrium, tubuh dan prosedur xiphoid.
Tulang dada menopang klavikula pada sudut
manubrium sternum dan memberikan perletakan
pada kartilago kosta dari tujuh pasang iga pertama
diperbatasan lateral.
KETERANGAN GAMBAR STERNUM AP……

1. Manubrium sterni
2. Incisura jugularis
3. Incusura clavicula
4. Incisura costalis I
5. Angulus sterni
6. Incisura costalis II
7. Sympisis manubiriumsternalis
8. Corpus sternalis
9. Incisura costalis III
10. Incisura costalis IV
11. Incisura costalis V
12. Incisura costalis VI
13. . Synchondrosis Xyphosternalis
14. Proc. Xyphoideus
KETERANGAN GAMBAR STERNUM LATERAL ……

1. Manubrium sterni
2. Incisura clavicularis
3. Angulus sterni
4. Caput sterni
5. Proc. Xyphoideus
6. Proc. Xyphoideus
Ribs……
Kedua belas pasang iga diberi nomor secara berurutan dari atas
kebawah. Angka tulang rusuk berhubungan dengan vertebrae
thorax yang melekat. Setiap tulang rusuk adalah tulang panjang,
sempit, melengkung, dengan sepotong tulang rawan hialin yang
menempel dianterior, tulang rawan kosta. Tulang rawan kosta dari
kosta pertama hingga ketujuh melekat langsung kesternum. Tulang
rawan kosta dari rusuk kedelapan hingga kesepuluh menempel
pada tulang rawan kosta ketiujuh dari tulang rusuk ketujuh. Tulang
rusuk terletak dibidang miring anterior dan inferior bahwa ujung
anterior mereka terletak 3 hingga 5 inci dibawahh tinggak ujung
vertebrae mereka. Tingkat miring secara bertahap meningkat dari
yang pertama keiga dan kemudia menurun ke iga belasan.
Anatomis ribs….

1. Costae Vera (iga


sejati) I - VII
2. Intercostal Space
3. Costae Cartilage
4. Costae Spuriae (iga
semu) VIII - X
5. Costae Fluctuates
(iga melayang) XI – XII
6. Costal Margin
Patologi sternum….
Pada sternum umumnya terdapat beberapa gangguan
atau penyakit, diantaranya:
1. Sindrom Marfan
2. Fraktur sternum
3. Tumor Mediastinum
4. Pectus Exavatum
Patologi ribs….

1. Iga Serviks
2. Fraktur Ribs (costae)
1. Teknik Pemeriksaan Sternum…
a. Proyeksi PA Oblique RAO Position
1. Posisi Pasien
 Posisikan pasien dalam posisi erect menghadap ke bucky
stand
 Kedua tangan disamping tubuh atau semi prone di atas
meja pemeriksaan
 Tangan kanan lurus disamping tubuh dan tangan kiri di
fleksikan.
2. Posisi Objek
 Posisi pasien obliq 150-200 sisi kanan tubuh dekat kaset.
 Sternum berada di pertengahan kaset dan CR
 Batas atass kaset sekitar 4cm diatas jugular notch
3. Focus Film Distance (FFD)
 100 cm
4. Central Ray (CR)
 Sinar pusat tegak lurus terhadap kaset
5. Central Point (CP)
 MID sternum (dari MSP ke kiri dan pertengahan antara jugular notch
dan xiphoid process)
6. truktur yang ditampilkan
 Gambar menunjukkan proyeksi sternum yang agak miring. Detail
yang ditunjukkan sangat tergantung pada prosedur
7. Hasil radiograf
b. Proyeksi PA Oblique Moor Method
1. Posisi Pasien
 Sebelum menempatkan pasien, posiskan IR melintang di bucky
stand
 Tempatkan tabung x-ray di sisi kanan pasien dan arahkan sinar
pusat ke IR
 Tempatkan spidol di atas meja di dekat kepala pasien untuk
menunjukkan pusat IR yang tepat.
 Minta pasien berdiri di samping meja radiografi langsung di
depan baki Bucky
 Minta pasien menekuk pinggang, dan letakkan tulang dada di
tengah meja langsung di atas preposisi JR.
2. Posisi Objek
 Tempatkan lengan pasien diatas bahu dan telapak tangan diatas meja.
Lengan berperan sebagai penopang kepala. Pastikan pasien dalam posisi
tengkurap yang benar
 Instruksikan pasien mengambil napas yang lambat dan dangkal selama
paparan
 Disarankan pengaturan mA rendah dan waktu pencahayaan hingga 3 detik
 Ketika pengaturan mA rendah dan teknik waktu pajanan yang lama tidak
dapat digunakan, anjurkan pasien untuk menunda pernapasan pada akhir
ekspirasi untuk mendapatkan kepadatan yang lebih seragam.
3. Focus Film Distance (FFD)
 100 cm
4. Central Ray (CR)
 Sinar pusat dimiringkan 25 drajat dan dipusatkan ke IR
5. Central Point (CP)
 Jika posisi pasien akurat, sinar sentral masuk pada tingkat T7 dan sekitar 2
inci (5 cm) di sebelah kanan tulang belakang
6. Struktur yang ditampilkan
 Gambaran ini menunjukan proyeksi sternum yang agak miring. Tingkat
kerincian yang ditunjukan sangat tergantung pada teknik yang digunakan.
Jika teknik pernapasan digunakan. Jika teknik pernapasan digunakan,
tanda paru akan dilenyapkan.
7. Kriteria gambar
c. Proyeksi Lateral upright posisition
1. Posisi Pasien
 Posisikan pasien dalam posisi true lateral dan tidak ada rotasi baik
berdiri atau tidur miring.
2. Posisi objek
 Instruksikan kepada pasien agar berdiri tegak dan minta pasien
mengunci tangan dibelakang
 Pusatkan tulang dada kegaris tengah kisi
 Berhati – hatilah untuk menjaga bidang MID sagittal tubuh
vertical, tempatkan pasien ke grid sehingga bahu dapat diletakkan
dengan kuat diatasnya.
 Sesuaikan pasien dalam posisi lateral yang benar sehingga
permukaan sternum yang lebar tegak lurus terhadap bidang IR.
 Payudara besar pada pasien wanita harus ditarik kesamping dan
ditahan dengan perban yang lebar sehinggabayangan nya tidak
mengaburkan bagian bawah sternum.
3. Focus Film Distance (FFD)
 72 inches (183cm) atau 40 inches (102cm) untuk
mengurangi magnifikasi dan distorsi sternum
4. Central Ray (CR)
 Tegak lurus kaset ( erect, horizontal) dan
(Recumbent, vertikal)
5. Central Point (CP)
 Mid sternum (titik tengah antara jugular notch dan
processus xypoideus)
6. Struktur yang ditampilkan
 Gambaran lateral dari seluruh panjang sternum dan
sendi sternoklavikularis yang ditumpangkan di ujung
medial klavikula.
7. Kriteria gambar
a. Proyeksi PA
2. Pemeriksaan Sternoclavicular Articulation

1. Posisi Pasien
 Tempatkan pasien dalam posisi prone atau tengkurap
 Pusatkan bidang MID sagital tubuh pasien kegaris tengah kisi.

2. Posisi Objek
 Pusatkan IR pada spinosus vertebra thorax ke tiga yang terletak di
posterior takik jugularis
 Tempatkan lengan pasien disepanjang sisi tubuh dengan telapak
tangan menghadap keatas
 Sesuaikan bahu untuk berbaring dibidang melintang yang sama
 Untuk pemeriksaan bilateral, tempatkan kepala pasien pada dagu
dan sesuaikan sehingga bidang midsagital vertical
 Untuk pemeriksaan unilateral, minta pasien memutar kepala
menghadap sisi yang sakit dan menempelkan pipinya diatas meja
 Putar sinus sedikit menjauh dari sisi yang sedang diperiksa dan
dengan demikian memberikan visualisasiyang lebih baik dari
bagian lateral manubrium. Lindungi gonad
3. Focus Film Distance (FFD)
 100 cm
4. Centar Ray (CR)
 Tegak lurus terhadap kaset
5. Central Point (CP)
 Mid sternum (dari MSP ke kiri dan pertengahan
antara jugular notch dan xiphoid process).
6. Kriteria Evaluasi
 Terlihat kedua sendi ternoklavikular dan ujung medial
klavikula
 Terlihat sendi ternoklavikular melalui
sumperimprosing vertebral dan tulang rusuk bayangan
 Tidak ada rotasi pada pemeriksaan lateral
7. Kriteria gambar
b. Proyeksi PA Oblique (body rotation method) RAO or LAO Position

1. Posisi Pasien
 Pasien diposisikan prone siatas meja pemeriksaan
2. Posis objek
 Pastikan MSP tepat pada pertengahan bucky
 Posisikan pasien oblique untuk memproyeksikan vertebrae
 Sternoclavicular joint dekan dengan kaset
 Pasien 10-15 drajat terhadap kaset
3. Focus Film Distance (FFD)
 minimal 40 inches (102cm) untuk mengurangi magnifikasi dan distorsi costae
4. Central Ray (CR)
 Tegak lurus terhadap kaset
5. Central Point (CP)
 T2-T3(7 cm distal dari vertebrae prominens) dan 5 cm dari MSP
6.Kriteria Evaluasi
 Sternoclavicular joint terlihat pada tengah hadil radiograf dengan
manubrium dan end of clavucle terlihat
 Terbuka jarak sternoclavicular joint
 Tidak ada bagian yang terpotong
7. Kriteria gambar
Pemeriksaan Ribs…
a. Proyeksi AP (posterior ribs)
1.Posisi Pasien
 Minta pasien menghadaap tabung x-ray baik dalam
posisi erect ataupun supine
 Ketika kondisi pasien memungkinkan, gunakan posisi
tegak lurus untuk gambar tulang rusuk diatas diafragma
dan posisi terlentang untuk gambar tulang rusuk
dibawah diafragma untuk memungkinkan gravitasi ke
kanan dalam menggerakkan diafragma pasien.
2. Posis Objek
 Pusatkan MID sagittal tubuh digaris tengah IR. Untuk
iga diatas diafragma :
2. Posisi Objek
 Pusatkan MID sagittal tubuh digaris tengah IR. Untuk iga diatas
diafragma :
 Letakkan IR memanjang diatas batas diatass bahu yang rilex
 Letakkan tangan pasien, telapak tangan keluar, di pinggul. Posisi
ini memindahkan tulang belikat dari tulang rusuk. Atau
rentangkan lengan keposisi vertical dengan tangan dibawah
kepala.
 Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring dibidang melintang, dan
putar kedepan untuk menarik scapula menjauh dari tulang rusuk,
lindungi gonad.
Untuk ribs dibawah diafragma :
 Tempatkan IR melintang di bucky dengan tepi bawah diposisikan
ditingkat puncak iliac. Pengukuran ini memasstikan
dimasukkannya tulang rusuk yang lebih rendah karena sinar-x
yang berbeda.
 Sesuaikan bahu passion untuk berbaring dibidang melintang,
tempatkan lengan pasien dalam posisi yang nyaman, lindungi
gonad.
3. Focus Film Distance (FFD)
 100 cm
4. Central Ray (CR)
 Tegak lurus kaset
5. Central Point (CP)
 Untuk ribs diatas diafragma : 8-10cm di bawah jugular
notch (setinggi T7). Batas atas kaset 4cm di atas shoulder.
 Untuk ribs dibawah diafragma : pertengahan antara
xiphoid dan batas bawah ribs. Batas bawah kaset pada
iliac crest
6. Struktur yang ditampilkan
 Proyeksi AP terbaik menunjukkan tulang rusuk posterior
diatas ataupun dibawah. Menuurut wilayah yang
diperiksa tulang rusuk anterior akan terlihat.
7. Kriteria gambar
b. Proyeksi PA (anterior ribs)
1. Posisi Pasien
 Posiskan pasien dalam posisi PA baik tegak atau
berbaring
 Karena diafragma turun ke level terendah dalam
posisi tegak, maka posisi berdiri atau duduk tegak ke
atas untuk proyeksi tulang rusuk atas ketika kondisi
pasien memungkinkan. Posisi tegak juga berharga
untuk menunjukkan kadar cairan di dada.
2. Posisi Objek
 Pusatkan bidang MID sagital tubuh di tengah – tengah garis kisi. Untuk
mendapatkan tulang rusuk diatas, sesuaikan posisi IR untuk memproyeksikan
kira – kira 3,8 cm diatas bahu.
 Istirahatkan tangan pasien dipinggul dengan telapak tangan menghadap keluar
untuk memutar scapula menjauh dari tulang rusuk.
 Sesuaikan bahu untuk berbaring dibidang melintang yang sama
 Jika kondisi pasien rentan, letakkan kepala didagu dan sesuaikan bidang MID
sagittal menjadi vertical.
3. Focus Film Distance (FFD)
 100 cm
4. Central Ray (CR)
 Tegak luruss terhadap kaset
5. Central Point (CP)
 T7 (18-20cm di bawah vertebra prominens/C7) dan batas atas kaset 4 cm di
atas shoulder
 Struktur yang terlihat
 Menunjukkan tulang rusuk anterior diatas diafragma. Iga posterior juga akan
terlihat, namun tulang rusuk anterior akan ditunjukkan lebih detail karena letak
nya lebih dekat dengan IR
7. Kriteria gambar
Paparan kasus sternum….
A. Paparan Kasus Untuk Sternum
1. Identitas pasien
 Untuk referensi penunjang dalam melakukan pemeriksaan, penulis
menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang
diperoleh dari formulir permintaan foto radiograf yang telah
didaftarkan sebelumnya.
2. Nama : TN.A
3. Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru,27 Maret 19xx
4. Umur : 55 tahun
5. Jenis kelamin : Laki-laki
6. Alamat : Pekanbaru
7. No. Foto : 20054
8. No. Registrasi : 10822536
9. Permintaan foto : fraktur sternum
` 10. Tanggal pemeriksaan : 27 September 2017
2. Riwayat Pasien
 Pasien datang ke instalasi Radiologi RSUD Dr
Soetomo ,untuk melakukan foto roentgen sternum
atas rujukan dokter pada tanggal 27 September 2016
dengan diagnose Focused Abdominal Sonography
Trauma(F AST) tampak cairan minimal di
hepatorenal dan splenorenal, fraktur terbuka pada
1/3 proksimal humerus kanan.
3. Persiapan Alat
 Pesawat sinar-x : HITACHI
 Computer Radiographic
 Kaset ukuran 35 x 43
 Printer Carestream
4. Persiapan Pasien
 Pada pemeriksaan foto sternum tidak ada persiapan
khusus pada pasien , hanya saja pasien harus
dibebaskan dari benda-benda disekitar dada seperti :
kalung , jalinan rambut pada wanita , kancing baju
yang dapat mengganggu gambaran radiograf.
5. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien
 Posisikan pasien dalam posisi true lateral dan tidak ada rotasi
baik berdiri atau tidur miring.
2. Posisi objek
 Instruksikan kepada pasien agar berdiri tegak dan
minta pasien mengunci tangan dibelakang
 Pusatkan tulang dada kegaris tengah kisi
 Berhati – hatilah untuk menjaga bidang MID sagittal
tubuh vertical, tempatkan pasien ke grid sehingga
bahu dapat diletakkan dengan kuat diatasnya.
 Sesuaikan pasien dalam posisi lateral yang benar
sehingga permukaan sternum yang lebar tegak lurus
terhadap bidang IR.
 Payudara besar pada pasien wanita harus ditarik
kesamping dan ditahan dengan perban yang lebar
sehinggabayangan nya tidak mengaburkan bagian
bawah sternum
3. Pengaturan Arah sinar
 Focus Film Distance (FFD)
 72 inches (183cm) atau 40 inches (102cm) untuk mengurangi
magnifikasi dan distorsi sternum
 Central Ray (CR)
 Tegak lurus kaset ( erect, horizontal) dan (Recumbent, vertikal)
4. Central Point (CP)
 Mid sternum (titik tengah antara jugular notch dan processus
xypoideus)
 Faktor eksposi : 70 Kv , 80 mAs
 Kriteria Gambaran
 Sternum bebas dari superposisi oleh jaringan lunak, humerus,
shoulder, dan rusuk(rib).
 Semua bagian sternumTulang masuk dalam lapangan kolimasi.
 Memperlihatkan manubrium sterni, corpus sterni dan processus
xiphoidius.
 Terjadi fraktur pada corpus sterni
5. Kriteria gambar
6. Pembahasan
Fraktur sternum adalah cedera langka dengan
insiden kurang dari 0,5% dari seluruh fraktur dan
kurang lebih 3-8 % pada trauma tumpul dada.
Trauma pada sternum sebagian besar melintang pada
batang sternal dan jarang terjadi pada daerah
manubrium ataupun xiphoid. Sebagian besar fraktur
sternum disebabkan oleh trauma langsung pada dada.
Trauma ini biasanya disebabkan oleh sabuk
pengaman saat seseorang mengalami kecelakaan
mobil.
Paparan kasus ribs….
B.Paparan Kasus Untuk Ribs
1. Identitas Pasien
Untuk referensi penunjang dalam melakukan pemeriksaan,
penulis menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus
ini yang diperoleh dari formulir permintaan foto radiograf
yang telah didaftarkan sebelumnya.
2. Nama : TN.S
3. Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru,04 Nobember 19xx
4. Umur : 28 tahun
5. Jenis kelamin : Laki-laki
6. Alamat : Pekanbaru
7. No. Foto : 20055
8. No. Registrasi : 10822537
9. Permintaan foto : fraktur kosta
10. Tanggal pemeriksa : 27 September 2017
2. Riwayat Pasien
 Pasien datang ke instalasi Radiologi RSUD Dr Soetomo ,untuk
melakukan foto roentgen fraktur kosta atau sternum atas
rujukan dokter pada tanggal 27 September 2016 dengan
diagnose fraktur dada yang isolated.  
3. Persiapan Alat
 Pesawat sinar-x : HITACHI
 Computer Radiographic
 Kaset ukuran 35 x 43
 Printer Carestream
4. Persiapan Pasien
 Pada pemeriksaan foto costae atau ribs tidak ada persiapan
khusus pada pasien , hanya saja pasien harus dibebaskan dari
benda-benda disekitar dada seperti : kalung , jalinan rambut
pada wanita , kancing baju yang dapat mengganggu gambaran
radiograf.
5. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi AP Posterior Ribs
1. Posisi Pasien
 Berdiri untuk pemeriksaan ribs di atas diafragma
dan supine untuk ribs di bawah diafragma.
2. Posisi Objek
 MSP tubuh pasien pada pertengahan kaset.
 Rotasikan shoulder ke arah anterior agar bayangan
scapula tidak menutupi.
 Angkat dagu untuk mencegah superposisi dengan
rib bagian atas, pandangan lurus ke depan.
 Pastikan shoulder dan pelvis tidak rotasi
3. Pengaturan Arah Sinar
a. Untuk ribs diatas diafragma
 CR : tegak lurus kaset
 CP : 8-10cm di bawah jugular notc (setinggi T7) Batas atas kaset 4cm di
atas shoulder
 FFD : 100 cm
 Faktor eksposi : 70 kV , 32 mAs
 Saat eksposi full inspirasi kedua dan tahan napas

b. Untuk ribs dibawah diafragma


 CR : tegak lurus kaset
 CP : pertengahan antara xiphoid dan batas bawah ribs. Batas bawah kaset
pada iliac crest
 FFD : 100cm
 Faktor eksposi : 80 kV , 32 mAs
 Saat eksposi full ekspirasi kedua dan tahan napas

c. Kriteria Gambaran
 Diatas diafragma=rusuk1-10 harus terlihat
 Dibawah diafragma=rusuk 9-12 harus terlihat
 Tidak terdapat rotasi pada hasil radiograf
 Terjadi fraktur ribs pada coste 6
4. Kriteria gambar
5. Pembahasan…..
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan
tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada
dinding dada. Trauma tajam lebih jarang
mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas
permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma
dapat melalui sela iga. Patah tulang rusuk atau costa
paling sering disebabkan oleh benturan langsung,
seperti dampak dari kecelakaan bermotor, jatuh,
kekerasan pada anak, atau benturan saat berolahraga.
Tulang rusuk juga dapat retak akibat trauma berulang
dari olahraga seperti golf dan mendayung atau dari
batuk parah dan berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai