Anda di halaman 1dari 29

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut
usia dengan menerapkan Ilmu dan Teknologi keperawatan

Makalah Keperawatan Paliatif


Program Studi : Prodi Sarjana Terapan Prodi Profesi Ners Program
Pendidikan Profesi
Kelas : Bridging / Alih Jenjang B
Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif
Dosen Pembimbing : Ni Luh Putu Ekarini, M.Kep., Ns., Sp. Kep. M.B.
Disusun oleh : Kelas AJ B , kelompok 5

1. Atoilah 6. Mardatiningsing
2. Diah Ayu Puspita Rini 7. Nurul Cholifah
3. Farida Rosintan Pakpahan 8. Rini Manurung
4. Friska Taruli Silalahi 9. YuliErnawati
5. Kurniawati 10. Yuvita Dewi

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


TAHUN 2020
BAB I
PERSPEKTIF KEPERAWATAN PALIATIF

1. LATAR BELAKANG

 Definisi paliatif
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan
memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang
dimulai sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan
pasien (World Health Organization, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa
aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam
perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap reaksi
patofisiologis seperti nyeri, gejala lain dan efek samping yang
dialami pasien. Aspek social dalam perawatan yaitu memberikan
pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
komplikasinya, gejala, efek samping dari pengobatan seperti
kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan interpersonal,
kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga untuk
menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu
memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress,
kecemasan, serta pelayanan terhadap proses berduka dan
kehilangan. Aspek spiritual dalam perawatan meliputi pemberian
asuhan terhadap masalah keagamaan seperti harapan dan
ketakutan, makna, tujuan, kepercayaan tentang kehidupan setelah
kematian, rasa bersalah, pengampunan dan kehadiran rohaniawan
sesuai keinginan pasien dan keluarga.
2. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya sebagai
berikut.
1) Mengetahui Definisi Keperawatan Paliatif
2) Mengetahui Aspek Pelayanan Dalam Perawatan
Paliatif
3) Mengetahui Tim Dalam Pelayanan Keperawatan
Paliatif
4) Mengetahui Model Dalam Pelayanan Keperawatan
Paliatif
5) Mengetahui Indikasi Pelayanan Keperawatan Paliatif
6) Mengetahui Prinsip dan Langkah-langkah dalam
Pelayanan keperawatan Paliatif
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi Perspektif Dan Keperawatan Paliatif
Pengertian perspektif
1. Kerangka konseptual, perangkat asumsi,
perangkat nilai atau perangkat gagasan yang
mempengaruhi persepsi seseorang sehingga
pada akhirnya mempengaruhi seseorang dalam
situasi tertentu. (Joel M Charon: 2010)
2. Cara pandang terhadap suatu masalah yang
terjadi, atau sudut pandang tertentu yang
digunakan dalam melihat suatu fenomena.
(Martono : 2010)
Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa
sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial,
dan spritual yang dimulai sejak tegaknya diagnosis
hingga akhir kehidupan pasien.
Perawatan paliatif merupakan kebutuhan yang
sangat esensial bagi pasien-pasien yang mengalami
kondisi medis tertentu dan sudah sepatutnya tenaga
medis dalam hal ini dokter, spesialis, perawat dan
juga ahli lain seperti bidang spritual berkolaborasi
dalam perawatan paliatif (Campbell,2013; Lilley et al.,
2016).
2. Aspek-Aspek Dalam Pelayanan
3. Keperawatan Paliatif

Pelayanan keperawatan paliatif yang diberikan memiliki


beberapa aspek yaitu :
4. Fisik
5. Psikologis
6. Sosial
7. Spritual.
3. Tim dan Tempat Perawatan Paliatif
Pendekatan perawatan paliatif melibatkan
berbagai disiplin ilmu yaitu pekerja sosial, ahli
agama, perawat, dokter, psikolog, relawan,
apoteker, ahli gizi, fisioterapi, dan okupasi
terapi. Masing-masing profesi terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi penderita, dan
penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan tempat
perawatannya.
1. Rumah sakit
Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi antara interdisiplin ilmu dan
biasanya terdiri dari seorang dokter dan atau perawat senior bersama
dengan satu atau lebih pekerja sosial dan pemuka agama/rohaniawan.
Sebagai tambahan, tim tersebut juga dibantu teman sejawat dari gizi dan
rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi. Konsultasi awal
biasanya dilakukan oleh dokter atau perawat yang berhubungan dengan
kebutuhan pasien dan keluarga dan juga memberi rujukan kepada dokter
utama yang menangani pasien tersebut. Terkadang juga konsultan
perawatan paliatif dilibatkan untuk membantu komunikasi dengan keluarga.
Perawatan paliatif berbasis rumah sakit dapat diselenggarakan dalam
beberapa tingkat atau model, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Pertama: perawatan paliatif primer harus tersedia di semua rumah sakit. Pada tingkat ini,
minimal klinisi harus memiliki pendidikan tentang dasar-dasar pengelolaan nyeri dan
gejala lain. Model primer berfokus pada peningkatan pelayanan yang sudah ada dan
pendidikan bagi klinisi. Karena itu, model ini cocok bagi institusi yang memiliki
keterbatasan sumber daya.
Kedua: perawatan palatif sekunder memerlukan semua tenaga kesehatan yang terlibat
dalam perawatan pasien untuk memiliki level kompetensi minimum dan memerlukan
para spesialis yang menyediakan perawatan paliatif melalui tim konsultasi interdisipliner,
unit khusus, maupun keduanya.
Ketiga: program tingkat tersier dapat melibatkan organisasi tersier, seperti rumah sakit
pendidikan dan pusat-pusat pendidikan dengan tim ahli dalam perawatan paliatif. Pada
level ini, program yang dibuat dapat dijadikan sebagai konsultan bagi level praktik
primer dan sekunder ataupun sebagai program percontohan bagi pusat-pusat
pengembangan lainnya. Praktisi dan institusi yang terlibat dalam level perawatan paliatif
tersier juga harus berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas pendidikan dan penelitian.
2. Hospice
Hospice merupakan tempat pasien dengan penyakit stadium terminal yang
tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus
dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah
sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala
yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri

Perkembangan Hospice Care


Di Indonesia, perawatan di hospis atau Hospice care merupakan hal yang
baru. Falsafah Hospice Care “Manusia yang menderita harus dibantu dan
diringankan penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan
selama sakit sampai ajal, dan meninggal dengan tenang.”
Hospice care adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana
pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Hospice care adalah
pelayanan paliatif khusus bagi pasien yang memang benar-benar dalam kondisi
parah, dalam artian, dokter sudah memberikan angka harapan hidup kepada
pasien tak lebih dari satu tahun. Perawatan ini bertujuan meringankan
penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-
psiko-sosial-spiritual.
Ruang lingkup :
 Pasien yang tinggal di daerah pedalaman.
 Pasien dengan Ca,heart disease, AIDS, kidney and lung disease.
 Pasien di nursing home.
 Pasien yang tinggal sendirian
Tujuan Pelayanan Hospice Care
1. Meringankan pasien dari penderitaannya.
2. Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis dalam hal
perawatan pasienbagi keluarga pasien dan pelaku rawat.
3. Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.
Tim Pelaksana Hospice Care
4. Dokter.
5. Perawat.
6. Pekerja Sosial.
7. Relawan
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Pasien dapat memilih dimana ingin dirawat, misalnya :
3. Rumah
Peran keluarga lebih menonjol karena sebagian perawatan
dilakukan oleh keluarga. Keluarga atau orang tua sebagai care
giver diberikan latihan pendidikan keperawatan dasar.
Perawatan di rumah hanya mungkin dilakukan bila pasien
tidak memerlukan alat khusus atau keterampilan perawatan
yang mungkin dilakukan oleh keluarga.

4. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care


1. Rumah Sakit (Hospice Hospital Care), Poliklinik, Rawat
Singkat, Rawat Inap
2. Rumah (Hospice Care)
3. Hospis (Hospice Care)
4. Praktek Bersama, Tim/Kelompok Perawatan Paliatif
5. Prinsip dan Langkah-langkah Pelayanan Paliatif

1. Menghargai setiap kehidupan.


2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual
dalam perawatan pasien dan keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap
aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka
cita
Tujuan umum kebijakan paliatif yaitu:

Tujuan umum
sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan
paliatif di Indonesia.

Tujuan khususnya
Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu
sesuai standar yang berlaku di seluruh Indonesia,
tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak
perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan
non medis yang terlatih, tersedianya sarana dan
prasarana yang diperlukan.
Adapun langkah-langkah dari pelayanan paliatif adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau keingingan
terakhir
3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
4. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah )
5. Informasi dan edukasi perawatan pasien
6. Dukungan psikologis, kultural dan social
7. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga
bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang
memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dll)
8. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal Evaluasi apakah :
9. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik
10.Stress pasien dan keluarga berkurang
11. Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi yang ada
12. Beban keluarga berkurang
13. Hubungan dengan orang lain lebih baik
14.Kualitas hidup meningkat
15. Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual
16.Jika Pasien MENINGGAL dilakukan Perawatan jenazah, kelengkapan surat dan keperluan
pemakaman, dukungan masa duka cita (berkabung) (Kemenkes RI, 2017
Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu
penyakit yang menuju ke arah kematian yang
membutuhkan pendekatan dengan perawatan
Palliative sehingga menambah kualitas hidup
seseorang.
Jenis-jenis penyakit kronis dan terminal
seperti
Gagal Jantung, Penyakit Paru Obstruktif
menahun, Gagal Hati, Penyakit Ginjal Kronis
dan Gagal Ginjal, Penyakit Syaraf/Stroke,
Keganansan, HIV/AIDS. Manusia merupakan
mahluk hidup yang terbentuk atas unsur-
unsur : bio-psiko-sosiokulturo & spiritual.
Prinsip-Prinsip Etik

1. Autonomy (otonomi )
2. Non maleficience (tidak merugikan)
3. Beneficience (berbuat baik)
4. Veracity (kejujuran)
5. Justice (keadilan)
6. Kerahasiaan (confidentiality)
7. Akuntabilitas (accountability)
BAB III
KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF

a. Pengertian
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN

Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia

Tujuan khusus:
1) Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia.
2) Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan
paliatif.
3) Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif

1) Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota


keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan
paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
2) Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya.
3) Institusi-institusi terkait, misalnya:
4) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota
5) Rumah Sakit pemerintah dan swasta.
6) Puskesmas
7) Rumah perawatan/hospis.
8) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
B. LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi:
1) Penatalaksanaan nyeri.
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis.
5) Dukungan social.
6) Dukungan kultural dan spiritual.
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita
(bereavement).

b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap,


rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
C. ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN
PALIATIF

a. Persetujuan tindakan medis/informed consent


untuk pasien paliatif.

1) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan


pelaksanaan perawatan paliatif melalui
komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan
paliatif dengan pasien dan keluarganya.
2) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran
(medis) yang membutuhkan informed consent, tetapi pada
perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko
dilakukan informed consent.
4) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan
diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten,
dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
5) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia
sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau
tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya
kemudian menurun (advanced directive).
6) Pada keadaan darurat, tim perawatan paliatif dapat
melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
b. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya
tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang
kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
2) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak
menghendaki resusitasi, sepanjang informasi
adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan telah dipahaminya.
3) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh
membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah
dipesankan dalam advanced directive tertulis.
4) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan
untuk tidak melakukan resusitasi sesuai dengan
pedoman klinis di bidang ini
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
1) Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang berlaku
sebagaimana diuraikan di atas.
2) Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan
paliatif harus mengikuti pedoman penentuan kematian
batang otak dan penghentian peralatan life-supporting.
3) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien
paliatif
4) Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan
kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan Rumah Sakit
5) Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus
dikerjakan oleh tenaga medis
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qadire, M. 2013. Knowledge of Palliative care: An Online Survey. Nurse Education Today, Elsievier.
Campbell, M.L. 2013. Nurse to Nurse Perawatan Paliatif. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:EGC.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial :Perspektif Klasik, Modern, Pasmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Misgiyanto & Susilawati. 2014. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Penderita Kanker Serviks Paliatif. Semarang: Universitas Diponegoro.
NANDA. 2015. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Jakarta: EGC.
Nasrullah, D. 2014. Etika dan Hukum Keperawatan untuk Mahasiswa dan Praktisi Keperawatan. TIM:
Jakarta.
Rasjidi,Imam. 2010. Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri Pada Kanker. CV Sagung Seto: Jakarta.
Yodang. 2018. Buku Ajar Keperawatan Paliatif Berdasarkan Kurikulum AIPNI. Jakarta: Trans Info
Media.
Susi Ernawati. 2018. Etik Perawatan Paliatif Dan Implementasinya Dalam Pelayanan Paliatif Di Rumah.
Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri – RSUD Dr. Soetomo.
https://www.palliativersdssurabaya.com/etik-perawatan-paliatif-dan-implementasinya-dalam-pel
ayanan-paliatif-di-rumah/
. Diunduh pada 19 juni 2020 pukul 19.00
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Palliative Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
White,PG,2002 , Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day, Pediatric Heart Network,
www.hospiceinternational.com, diambil pada tanggal 08 September 2019
Becker, R. (2015).Fundamental Aspects of Palliative Care Nursing: AnEvidence-Based Handbook for
Student Nurses 2nd Edition Andrews UKLimited.
Breaden, K. (2011). Teaching palliative care across cultures:The Singapore experience.ndian Journal

Anda mungkin juga menyukai