Identitas Pasien
03 Maret 2019
Perempuan menikah
Forest Company
3
Anamnesis
Instalasi Gawat Darurat RSUD Indramayu
03 Maret 2019 pukul 19.00 WIB
Forest Company
4
Forest Company
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 03 Maret 2019
Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis di ICS VI teraba 1 cm medial di garis midklavikularis
Paru kiri
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Perkusi : ICS III-IV garis sternalis kanan dengan suara redup (batas
Palpasi : Vocal fremitus dextra sama dengan sinistra
kanan)
Perkusi : Sonor dikedua hemi thoraks
ICS VI, 1 cm medial garis midklavikularis kiri dgn suara redup
Auskultasi : Vesikuler, Wheezing -/-, Rhonki -/-
(batas kiri)
ICS III linea parasternal kiri dengan suara redup (batas atas)
Auskultasi:Bunyi jantung I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Mata
Exophthalmos : -/- Telinga
Enopthalmos : -/- Bentuk : Normotia Serumen : +/+
Kelopak : Oedem -/- Membran timpani : Tidak dinilai Perdarahan : -/-
Lensa : Jernih Liang telinga : Lapang Cairan/sekret : -/-
Sklera : Ikterik -/- Penyumbatan : -/- Tuli : -/-
Gerakan bola mata : Hambatan (-)
Visus : Tidak dievaluasi
Konjungtiva : Anemis -/-
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Hidung Tonsil
Trismus
: T1-T1, tenang
: Tidak ada
Bentuk : Faring : Tidak hiperemis
Normal Lidah : Normoglosia, atrofi papil (-)
Septum deviasi : -/- Mukosa : Tidak hiperemis
Deformitas : (-)
Cavum nasi :
Lapang
Pernafasan cuping hidung : (-)
Sekret : -/-
Concha Inferior : Eutrofi Leher
Epistaxis :-
Inspeksi : Oedem (-), hematom (-), benjolan (-)
Palpasi : Deviasi trakea (-), pembesaran
KGB (-), nyeri tekan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, warna sawo matang, tidak ikterik, tidak
ada spider navy, tidak ada efloresensi yang bermakna,
tidak ada dilatasi vena.
Auskultasi : Bising usus 2x/menit
Palpasi : Dinding perut = Supel, nyeri tekan (-) pada Inguinal
perut bagian bawah, nyeri lepas (-), defense Inspeksi : Terdapat benjolan pada inguinal kanan
muscular (-), Palpasi : Nyeri tekan (-), teraba benjolan pada inguinal kanan,
massa (-), undulasi (-), turgor kulit baik konsistensi kenyal dan dapat digerakan
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani di empat kuadran abdomen, pekak sisi (-),
shifting dullness (-)
Anggota Gerak
Status Lokalis
Diagnosis
• Vulnus Morsum Serpentis dorsum pedis
sinistra Envenomasi ringan
• Hipertensi Urgensi
Diagnosis Banding
• Vulnus Morsum Serpentis dorsum
pedis sinistra Envenomasi sedang
Lab Anjuran
• 20 WBCT
• ELISA
• Biokimiawi
• Urinalisa
• PT APTT
Forest Company
9
Tatalaksana Prognosis
Forest Company
PEMBAHASAN
11
Epidemiologi
Bangladesh: medically important species include B. caeruleus, B. niger, B. walli; N. kaouthia, N. naja; D. russelii and T. (T.) erythrurus.
2009
Di Indonesia terdapat 5 juta / tahun, dengan
beberapa spesies kematian 125.000 kasus
penting B candidus , N
Di D
es
Sputatrix, N Sumatrana,
i
C Rhodostoma, Spes
u
nia
n
ra W
>> Papua Barat, Maluku, WHO memasukkan gigitan ular
b a HO
ye dalam daftar neglected tropical
Kalimantan, Sumatra, Pe
n
Sulawesi, Jawa disease
Forest Company
Beberapa Jenis ular 12
Berdasarkan WHO
Yang Berada di Indonesia
Daerah Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi dan sebagian pulau-pulau Sunda tetapi terletak di barat garis Wallace
Kategori 1
-Elapidae : Bungarus candidus (Sumatera dan Jawa), Naja sputatrix (Jawa dan sebagian pulau-pulau Sunda), Naja sumatrana
(Sumatera dan Borneo).
-Viperidae : Calloselasma rhodostoma (Jawa), Cryptelytrops albolabris, Daboia siamensis.
Kategori 2
-Elapidae : Bungarus fasciatus, Bungarus flaviceps (Sumatera dan Borneo), Calliophis bivirgatus, Ophiophagus Hannah (Sumatera,
Borneo dan Jawa).
-Viperidae : Cryptelytrops insularis, Cryptelytrops purpureomaculatus (Sumatera).
Forest Company
13
• Gigi taring pendek di depan • Gigi taring yang cukup panjang • Dua spesies penting yang
(proteroglyph). Famili ini (solenogyph) yang secara telah diidentifikasi pada
meliputi kobra, raja kobra, normal terlipat rata terhadap regional Asia Tenggara adalah
kraits, ular koral, ular Australia rahang atas, tetapi saat Rhabdophis subminiatus
dan ular laut. Elapidae secara menyerang akan menjadi berleher merah dan
relatif tegang Rhabdophis triginus
Viperidae
Colubridae
Komposisi bisa ular 90% terdiri dari protein. Masing-masing bisa memiliki lebih dari ratusan protein berbeda: enzim
(meliputi 80-90% bisa viperidae dan 25-70% bisa elapida)
17
Gejala Klinis
Forest Company
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan dan hasil akhir gigitan ular
Forest Company
19
20
21
Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan antivenom
Antivenom merupakan satu-satunya
pengobatan antidotum spesifik
terhadap bisa ular. Keputusan paling
Penilaian klinis mendetail dan diagnosis penting dalam penanganan gigitan
spesies ular adalah perlu atau tidaknya
Diagnosis terhadap spesies dapat memberikan antivenom
dilakukan apabila ular dibawa untuk
diidentifikasi, misalnya ular yant
telah mati; namun pada kondisi tanpa
bukti ular, identifikasi secara tidak
langsung dari deskripsi pasien,
bentuk luka gigitan, dan sindrom
klinis gejala dan ta
Forest Company
• Envenomasi sistemik 25
• Envenomasi lokal
a) Abnormalitas hemostatik: perdarahan sistemik
a) Pembengkakan lokal meliputi lebih dari
spontaneous (klinis); koagulopati (20 WBCT atau tes
setengah tungkai yang tergigit (tanpa
lain seperti PT), atau trombositopenia (<100.000)
tourniquet) dalam 48 jam pertama.
(laboratorium).
Pembengkakan setelah gigitan pada jari-jari.
b) Tanda neurotoksik: ptosis, optalmoplegia eksternal,
b) Ekstensi cepat pembengkakan (seperti
paralisis (klinis).
dibawah pergelangan tangan atau kaki dalam
c) Abnormalitas kardiovaskular: hipotensi, syok, aritmia
beberapa jam setelah gigitan pada tangan
(klinis); abnormal EKG.
atau kaki).
d) Gangguan ginjal akut: oliguria/ anuria (klinis);
c) Dijumpai pembesaran kelenjar getah bening
peningkatan kreatinin/ urea darah (laboratorium).
yang mendrainase tungkai yang tergigit.
e) Hemoglobin-/ Mioglobin-uria: urine coklat gelap
(klinis), dipstick urine, tanda lain hemolisis
intravaskular atau rhabdomiolisis menyeluruh (nyeri
otot, hiperkalemia) (klinis, laboratorium).
f) Tanda-tanda pendukung laboratorium adanya
envenomasi sistemik.
metode pembrian antivenom 26
Forest Company
27
Adapun pedoman lain dari terapi pemberian antivenom dapat mengacu pada Schwartz
dan Way (Djunaedi 2009):
• Derajat 0 dan I: tidak diperlukan antivenom, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, bila derajat
meningkat maka diberikan antivenom.
• Derajat II: 3-4 vial antivenom
• Derajat III: 5-15 vial antivenom
• Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial antivenom
28
29
Beberapa reaksi terhadap antivenom adalah: 30
“Pasien dengan reaksi awal dan diobati dengan antihistamin dan kortikosteroid lebih jarang mengalami reaksi
terlambat”
“penggunaan 0,25 mL dari 1:1.000 adrenalin yang diberikan secara subkutan segera sebelum pemberian
mengurangi kejadian reaksi efek samping akut pada serum”
31
a) Umum: pasien mengalami perbaikan. Nausea, sakit kepala dan nyeri menyeluruh berkurang secara cepat.
d) Pada pasien syok: tekanan darah meningkat dalam 30-60 menit pertama dan aritmia mengalami perbaikan.
e) Envenomasi neurotoksik pada tipe post-sinaptik (tipe kobra) dapat dijumpai perbaikan dalam 30 menit setelah
antivenom, tetapi biasanya membutuhkan beberapa jam. Envenomasi dengan toksin presinaptik (krait dan ular
f) Hemolisis dan rhabdomiolisis aktif dapat berhenti dalam beberapa jam dan urine kembali menjadi warna
normal.
Forest Company
32
1 Antibiotik
Antibiotik berupa antibiotik spektrum luas (amoksisilin atau sefalosporin + dosis tunggal
gentamisin + metronidazol) dan profilaksis tetanus
Ditempatkan dengan posisi nyaman, tetapi tidak dalam kondisi elevasi berlebihan
karena dapat mengurangi tekanan perfusi arteri pada daerah bengkak yang tegang dan
meningkatkan resiko iskemia intrakompartemen