Anda di halaman 1dari 36

SUPERVISI DAN

MONITORING BIDAN

Oleh :
Kasmiaty Silalahi, M.KM
Supervisi Fasilitatif

■ Supervisi merupakan terjemahan dari supervision yang


berasal dari dua suku kata ”super” (lebih) dan ”vision”
(pandangan).
■ Supervisi adalah instrumen manajemen yang digunakan
oleh petugas yang lebih tahu (bidan koordinator) untuk
memastikan bahwa petugas dibawahnya (bidan di desa)
melakukan pelayanan sesuai standar yang ditetapkan
Perbendaan Supervisi, Monitoring
dan Evaluasi

■ Supervisi mempunyai perhatian terhadap pemenuhan


standar masukan (input) dan proses.
■ Monitoring lebih berfokus pada penilaian terhadap
standar hasil langsung (output) atau hasil antara.
■ Evaluasi berfokus pada hasil akhir (outcome) dan
dampak (impact).
Indikator Supervisi, Monitoring dan Evaluasi

■Supervisi menggunakan indikator yang sangat


spesifik (seperti “persentase balita yang diimunisasi),
sedangkan evaluasi menggunakan indikator yang tidak
spesifik ( seperti angka kejadian Tetanus Neonatorum)
Prinsip Supervisi
Tugas tim Supervisi Fasilitatif mencakup pembinaan aspek
klinis medis dan aspek manajerial program KIA terhadap
fasilitas kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya

■ Tugas-tugas Tim Supervisi :


– Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan fasilitas
kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya yaitu bidan di
polindes, poskesdes, bidan di puskesmas, bidan praktek swasta
dan bidan yang bekerja di RB maupun sesama lintas program
dan lintas sektor.
Lanjutan..............

– Merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif di


polindes, poskesdes, puskesmas, bidan praktek swasta
maupun bidan yang bekerja di rumah bersalin.
– Menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan KIA
di polindes, poskesdes, dan di puskesmas serta melakukan
verifikasi tingkat kepatuhan yang disupervisi.
– Mengidentifikasi komponen yang tidak memenuhi standart
dan secara bersama-sama mencari solusi pemecahan
masalahnya.
– Membuat rencana tindak lanjut bersama-sama.
– Melaksanakan dan memantau upaya perbaikan mutu yang
dilakukan.
– Membuat pencatatan dan pelaporan hasil penyeliaan.
– Memberikan masukan untuk perencanaan baik di tingkat
puskesmas maupun di tingkat kabupaten sebagai bagian
penguatan sistem penyeliaan.
– Mengusulkan penghargaan bagi tenaga kesehatan
berprestasi, peningkatan kompetensi dan pengembangan
karir.
Peran tim penyeliaan fasilitatif
■ Sebagai pembina fasilitas kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya,
baik di polindes, poskesdes, puskesmas, bidan praktek swasta maupun
bidan yang bekerja di Rumah Bersalin. Secara lebih luas tim
penyeliaan fasilitatif antara lain:
– Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap
bidan.
– Membina bidan dan tenaga kesehatan terkait dengan pengelolaan
program KIA.
– Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA
termasuk penilaian terhadap prasarana dan logistik (fasilitas
pendukung), kinerja klinis dan kinerja manajerial fasilitas
kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya.
Lanjutan .............
– Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi
serta melaksanakan tindakan yang mengarah peningkatan mutu
pelayanan KIA.
– Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta
memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada fasilitas
kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya.
– Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara
horizontal (pada tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat
kabupaten).
– Mengusulkan pemberian penghargaan bagi fasilitas kesehatan dan
bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan
pengembangan karir
Kualifikasi tim Supevisi fasilitatif
■ Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Pengelola program KIA dan
unit yang bertugas di puskesmas.
■ Koordinator program KIA di kabupaten/kota dan yang masih
bekerja di dinas kesehatan kabupaten / kota. Dinas kesehatan
kabupaten / kota yang tidak mempunyai bidan maka dapat ditunjuk
salah satu bidan puskesmas atau melibatkan organisasi profesi (IBI)
/ bidan yang bertugas di RSUD. Selain itu juga unit terkait seperti
bagian imunisasi.
■ Mampu dan terampil dalam pelaksanaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA (perencanaan, pemanatauan, evaluasi)
■ Dapat bekerja dalam tim
Supervisi Tradisional

Kegiatan supervisi telah dilakukan sejak lama dalam manajemen pelayanan


kesehatan. Namun, kegiatan supervisi yang berlangsung selama ini ternyata
mempunyai beberapa kelemahan:
■1. Hasil pengamatan dangkal.
■2. Sering menghakimi.
■3. Terfokus pada individu, bukan pada proses.
■4. Melihat apa yang sudah terjadi, bukan pada perbaikan mendatang.
■5. Tidak berkesinambungan
Supervisi Fasilitatif

■ adalah suatu proses pengarahan, bantuan dan pelatihan yang


mendorong peningkatan kinerja dalam pelayanan yang bermutu
■ Penyeliaan fasilitatif dilakukan secara terarah. Hal ini berarti
kegiatan penyeliaan membutuhkan alat bantu berupa daftar tilik
penyeliaan sehingga proses penyeliaan dapat dilakukan secara
terurut dan sistematis.
■ Daftar tilik adalah kumpulan syarat esensial yang
diterima/disepakati untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap
standar (harapan) tertentu.
■ Daftar tilik tidak ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh
prosedur standar dipenuhi, namun pada syarat esensial dari
prosedur tersebut. Dengan demikian , daftar tilik berisi syarat
terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu
( terutama standar input dan proses).
■ Perubahan peningkatan mutu pelayanan dapat dirasakan dan
diukur dengan baik. Penetapan dan pembandingan tingkat
kinerja individu dan fasilitas dapat dilakukan dengan sederhana
Cara Penilaian supervisi fasilitatif
1. Pengamatan langsung
■Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas/sarana
pendukung (ruangan, obat, dan alat) dengan menggunakan daftar tilik
yang telah diisi.
■Untuk penyeliaan ketrampilan klinis paling ideal tim penyelia melakukan
pengamatan langsung bidan yang diselia pada saat melaksanakan
pelayanan KIA sehingga penyelia tahu tingkat kepatuhan bidan yang
diselia.
■Bila pengamatan langsung pada pasien tidak mungkin dilakukan, maka
pada saat pertemuan konsultatif dapat dimanfaatkan untuk melakukan
praktek/peragaan ketrampilan-ketrampilan yang diseliakan.
Lanjutan ................

2. Kajian Dokumen:
■Mengkaji pencatatan hasil pelayanan kesehatan dengan
menggunakan rekam medis (status ibu, partograf, status bayi atau
yang lain yang telah diisi).
■Mengkaji kohort ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah,
laporan laporan yang ada.
3. Wawancara
■ Penyeliaan juga membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi
petugas dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang
diselia didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar
pelayanan. Setelah selesai melaksanakan penyeliaan tim penyelia harus
membuat kesimpulan tertulis tentang semua temuan dalam keunjungan
(kekurangan maupun kelebihan/ hal yang baik), tindakan/upaya untuk
memperbaiki kekurangan dan cara pemecahan masalah yang ditemui
saat kunjungan penyeliaan. Hasil kunjungan ini dapat juga digunakan
oleh pengelola program untuk melakukan perbaikan sesuai tanggung
jawab masing-masing
Bidan Koordinator Sebagai Penyelia Fasilitatif
■ Tugas dan fungsi bidan koordinator sangat terkait dengan fungsi supervisi,
dibanding dengan fungsi pemantauan dan evaluasi yang lebih banyak
merupakan tugas dan fungsi jabatan di atasnya (kepala Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kabupaten).
■ Bidan koordinator berperan sebagai penyelia terhadap bidan di wilayah
kerjanya terutama terhadap bidan di desa.
■ Supervisi yang baik adalah supervisi yang dijalankan secara efektif dan
bersifat fasilitatif, tidak mengagetkan atau mencari-cari kesalahan.
■ Supervisi fasilitatif menuntut bidan koordinator mempunyai keterampilan
dalam komunikasi, membantu memecahkan masalah, membangun
kerjasama tim serta membimbing dan mengarahkan bidan yang diselianya
ke arah praktek terbaik dan memenuhi standar
Langkah bikor dalam penyeliaan fasilitatif

Pra- penyeliaan: Bikor puskesmas diharapkan mempunyai pemahaman dan


keterampilan memberikan penyeliaan fasilitatif dan menguasai dengan
benar daftar tilik penyeliaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
pelatihan penyeliaan fasilitatif atau belajar sendiri melalui buku acuan
penyeliaan fasilitatif.
a. Orientasi
■Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan, dan penjelasan daftar
tilik yang diterapkan melalui kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat ini
juga dilakukan kesepakatan tentang jadwal dan operasional kegiatan
penyeliaan
b. Kajian Mandiri
■Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik
dilakukan oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. Bikor bersama tim
puskesmas juga melakukan kajian mandiri terhadap program KIA
dengan menggunakan daftar tilik yang ada.
c. Verifikasi
■Verifikasi dilakukan oleh bikor puskesmas terhadap bidan di
wilayah kerjanya dengan menggunakan daftar tilik yang telah diisi
terlebih dahulu oleh bidan.
Lanjutan ..............

■ Bikor melakukan verifikasi untuk setiap komponen yang


dianggapnya perlu diverifikasi kebenaran dan kelengkapan
pengisiaannya.
■ Bikor puskesmas kemudian melakukan melakukan rekapitulasi
hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan memberikan bimbingan
untuk proses yang tidak memenuhi standar. Hal yang sama
dilakukan pengelola program dinas kesehatan kabupaten/kota
yang melakukan verifikasi ke puskesmas
Lanjutan ............
d. Pertemuan Bulanan
■Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat
kepatuhan terhadap standar aupun item-item yang tidak mematuhi
standar. Pada pertemuan ini juga dilakukan rencana tindak lanjut
untuk mengatasi ketidakpatuhan.
■Tiap item dipilah, mana yang dapat dipenuhi oleh bidan, mana
yang dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan
dipenuhi oleh dinas kesehatan kabupaten. Proses bimbingan yang
bersifat fasilitatif juga dapat diberikan pada pertemuan bulanan
ini.
Lanjutan ............
e. Upaya Peningkatan Mutu
■Berdasarkan temuan hasil dari penilaian daftar tilik, baik bikor di
puskesmas maupun bidan di wilayah kerjanya membuat perencanaan mutu
layanan. Hasil pencapaian dan peningkatan yang dilakukan akan
dibicarakan pada pertemuan berkala periode berikutnya.
■Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan penyeliaan fasilitatif
yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan secara
berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada
menurunnya angka kematian ibu dan anak diwilayah kerja bikor
puskesmas
Sumber data penyeliaan
■ Sumber data yang digunakan dalam kegiatan penyeliaan terutama komponen
dari daftar tilik. Namun berbagai instrumen pemantauan dan evaluasi internal
dapat digunakan untuk peningkatan kualitas program seperti :
1 PWS-KIA (Perencanaan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak)
2 Buku register kohort ibu, bayi, dan balita.
3 Pencatatan asuhan kebidanan pada :
– Kartu/ status ibu (hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir)
– Kartu/ status pemeriksaan kesehatan bayi.
– Kartu/ status pelayanan KB.
– Buku KIA
– KMS (Kartu Menuju Sehat)
Monitoring

■ Monitoring adalah kegiatan untuk mengikuti suatu program dan


pelaksanaanya secara mantap, teratur dan terus menerus dengan cara
mendengar, melihat dan mengamati dan mencatat keadaan serta
perkembangan program tersebut.
■ Monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin untuk
mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program
sebagaimana telah direncanakan, waktu pelaksanaan program
sebagaimana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan
program (UNESCO).
■ Monitoring melacak kinerja yang nyata terhadap apa yang
direncanakan dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
■ Monitoring meliputi kegiatan pengumpulan dan analisis data
tentang proses dan hasil dari pelaksanaan program atau
kegiatan dan memberikan rekomendasi untuk melakukan
tindakan koreksi.
■ Hasil monitoring akan memberikan umpan balik, apakah
kegiatan dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi adanya
penyimpangan dari yang direncanakan, atau bahkan
perencanaan yang tidak tepat oleh adanya perubahan
lingkungan.
■ Hasil monitoring dipakai sebagai dasar tindakan
manajemen, mulai dari penjaminan kegiatan tetap
pada tracknya sampai pada tindakan koreksi atau
penyesuaian.
■ Pengertian inilah yang dilmaksud sebagai
pengendalian, sehingga sering pengendalian tidak
dapat dipisahkan atau bahkan sulit dibedakan
dengan monitoring itu sendiri.
■ Monitoring dan pengendalian adalah sebuah
kesatuan kegiatan, yang sering juga disebut
sebagai on-going evaluation atau former
evaluation.
Fungsi monitoring dan pengendalian
■ Adalah fungsi manajemen yang berkesinambungan untuk
memberikan rekomendasi untuk melakukan tindakan koreksi
kepada pimpinan puskesmas dan stakeholders lainnya. Bila
kemudian tindakan koreksi dilakukan maka fungsi pengendalian
akan terlaksana secara lengkap.
■ Hasil monitoring dan pengendalian yang telah dianalisis dan
diolah dapat dijadikan sebagai informasi yang dapat dipahami
dengan mudah oleh manajer/stake holder (Pimpinan Puskesmas)
untuk dasar pengambilan keputusan tindak lanjut, baik
menyangkut kegiatan yang sedang berjalan maupun kegiatan
yang akan datang.
Tujuan monitoring dan pengendalian
■ Menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, yang mencakup standar input
(waktu, biaya, SDM, tehnologi, prosedur dll).
■ Memberikan informasi kepada pengambil keputusan
tentang adanya penyimpangan dan penyebabnya, sehingga
dapat mengambil keputusan untuk melakukan koreksi pada
pelaksanaan kegiatan atau program berkait, baik yang
sedang berjalan maupun pengembangannya di masa
mendatang.
Lanjutan ..............
■ Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan
hasil kinerja program/kegiatan kepada pihak yang
berkepentingan, secara kontinyu dan dari waktu ke waktu.
■ Informasi dari hasil monitoring dan pengendalian dapat
menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat dan
akuntabel, untuk menjamin pencapaian hasil/tujuan yang lebih
baik, efektif dan lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya .
■ Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan
tentang adanya perubahan-perubahan lingkungan yang harus
ditindak lanjuti dengan penyesuaian kegiatan.
Langkah-langkah monitoring dan pengendalian

■ Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses


pelaksanaan program/ kegiatan. Standar biasa mencakup
semua input yang digunakan (dana, meteri/bahan, cara atau
metode, SDM, Prosedur, Tehnologi dll).
■ Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja
(pengamatan) dari pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan
yang dipilih untuk dibandingkan dengan standar/indikator
(baik kualitatif maupun kuantitatif) yang telah ditentukan.
Lanjutan .............
■ Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk
pengkajian pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
■ Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data yang dikumpulkan
(termasuk perubahan lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat
penilaian dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil
analisis dan kesimpulan akan digunakan lebih lanjut untuk perumusan
rekomendasi tindak lanjut.
■ Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dn
penyesesuai kegiatan, maupun perencanaan ulang).
■ Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut
kepada pihak yang berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan
proses pengambilan keputusan lebih lanjut
Kesimpulan

■ Monitoring, pengendalian dan evaluasi merupakan alat


manajemen untuk memberikan informasi kepada
pengambil keputusan dan menunjukkan akuntabilatas
program atau kegiatan.
■ Evaluasi bukan pengganti monitoring dan pengendalian,
demikian sebaliknya monitoring dan pengendalian tidak
bisa menggantikan evaluasi. Data yang dihasilkan secara
sistematis pada waktu kegiatan monitoring sangat
menentukan keberhasilan evaluasi
Tugas !
■ Pilihlah salah satu kegiatan yang dilaksanakan di
Puskesmas anda (apa saja yang terkait dengan MDGs),
yang paling anda anggap tidak berhasil. Buatlah rancangan
monitoring dan pengendalian pada kegiatan yang anda
pilih tersebut. Implementasikan rancangan yang telah anda
buat tersebut, termasuk melakukan tindakan
koreksi. Rancangan yang telah anda buat akan dipaparkan
dan didiskusikan pada pertemuan SELANJUTNYA

Anda mungkin juga menyukai