Anda di halaman 1dari 49

TRAUMA CAPITIS

DISUSUN OLEH :

M.JABAL NUR B.PUTRA 121677714127


SITTI RAHMADITA 121777714177
NOVI HERMAN 121777714174
P E MB I MB I NG : D R . D R . A N N I S A AN WA R MU TH A H E R , S H . ,
M . K E S . , S P. F
D R . S I T T I AT I K A H , M . K E S

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2019
PENDAHULUAN

• Trauma kepala merupakan suatu cedera pada jaringan scalp,


tulang tengkorak, atau jaringan otak. Trauma kepala
merupakan salah satu kondisi medis yang paling sering terjadi
di banyak negara, termasuk Indonesia
• Jika ditilik dari pola distribusinya, trauma kepala di Indonesia
banyak terjadi pada pasien anak berusia kurang dari 1 tahun
(50%) serta usia sekolah dan produktif antara 15-44 tahun
(33.7%). Prevalensi ini akan terus meningkat seiring
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pemakaian
sepeda motor.
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang
secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang
mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak,
robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri,
serta mengakibatkan gangguan neurologis.1,3
EPIDEMIOLOGI

• Di Eropa, kejadian cedera kepala masih sangat tinggi untuk


beberepa tahun lagi dalam menyebabkan kecacatan dibanding
penyebab lainnya
• World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
sekitar 70 -90% dari cedera kepala yang menerima pengobatan
yang ringan
• Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa luka sedang
dan berat masing-masing berjumlah 10% dari trauma kepala,
dan sisanya ringan
ANATOMI

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai

SCALP yaitu :

1. Skin atau kulit

2. Connective Tissue atau jaringan penyambung

3. Aponeurosis atau galea aponeurotika

4. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar

5. Perikranium. Jaringan penunjang longgar memisahkan galea

apone urotika dari perikranium dan merupakan tempat

tertimbunnya darah (hematoma subgaleal). Kulit kepala memiliki

banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat

laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah,

terutama pada bayi dan anak-anak.6


 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Fraktur Kranium
Fraktur kranium diklasifikasikan berdasarkan lokasi
anatomisnya, dibedakan menjadi fraktur calvaria dan fraktur basis
cranii. Berdasarkan keadaan lukanya, dibedakan menjadi fraktur
terbuka yaitu fraktur dengan luka tampak telah menembus
duramater, dan fraktur tertutup yaitu fraktur dengan fragmen
tengkorak yang masih intak
 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Perdarahan Epidural
Hematom epidural terletak di luar duramater tetapi di dalam
rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau
menyerupai lensa cembung. Biasanya terletak di area temporal
atau temporo parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri
meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.3
 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan
epidural. Robeknya venavena kecil di permukaan korteks
cerebri merupakan penyebab dari perdarahan subdural.
Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer
otak, dan kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih
buruk bila dibandingkan dengan perdarahan epidural.3
 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Contusio dan perdarahan intraserebral


Contusio atau luka memar adalah apabila terjadi kerusakan
jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah
sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak,
menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar
pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak.Contusiocerebri
sering terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat
juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Contusio cerebri dapat
terjadi dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi
perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi.3
 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Commotio cerebri
Commusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan
pingsan yang berlangsung kurang dari 10 menit setelah trauma
kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien
mungkin akan mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah
dan pucat.3
 BERDASARKAN MORFOLOGI

 Fraktur basis cranii


Hanya suatu cedera kepala yang benar benar berat yang
dapat menimbulkan fraktur pada dasar tengkorak. Penderita
biasanya masuk rumah sakit dengan kesadaran yang menurun,
bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang dapat
berlangsung beberapa hari. Dapat tampak amnesia retrogade dan
amnesia pascatraumatik.
Gejala tergantung letak frakturnya:
 Fraktur fossa anterior
 Fraktur fossa Media
 Fraktur fossa Posterior
Tabel 2. Klasifikasi trauma capitis berdasarkan GCS.2

Kategori GCS Gambaran Klinik CT-scan Otak

Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologis (-) Normal

Ringan 13-15 Pingsan <10 menit, defisit Normal


neurologis (-)

Sedang 9-12 Pingsan >10 menit, defisit Abnormal


neurologis (+)

Berat 3-8 Pingsan >6 jam, defisit neurologis Abnormal


(+)
PATOMEKANISME

 Translasi

• Akselerasi
• Deselerasi
 Rotasi
DIAGNOSIS
Tidak semua trauma kapitis perlu dibawa ke rumah sakit untuk
pemeriksaan lebih lanut. Indikasi ke rumah sakit adalah:
 Nilai CS 15 pada pemeriksaan awal jika  Rasa baal pada tubuh.
diduga karena alkohol observasi selama  Nyeri kepala berat dan persisten.
2 jam dan bawa ke rumah sakit bila  Muntah berulang >2 kali.
nilai GCS tetap <15.  Adanya amnesia post-traumatik
 Terdapat post-traumatic seizure. >5 menit.
 Terdapat tanda-tanda defisit neurologi.  Terdapat amnesia retrogard > 30
 Terdapat tanda fraktur tengkorak menit.
adanya cairan serebrospinal dari hidung  Mekanisme trauma yang berisiko
atau telinga, hemotimpani, memar di besar seperti kecelakaan lalu
belakang aurikula, memar di periorbital. lintas, jatuh dari ketinggian.2
 Penurunan kesadaran.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Memiliki sensitivitas
Ct-Scan
dan spesisitas rendah
dalam mendeteksi • Standar baku
perdarahan
intrakranial
untuk
mendeteksi
Foto Polos perdarahan
intrakranial.
EPIDURAL HEMATOM
A. EPIDURAL HEMATOM

 Epidural hematoma (EDH)  Trauma tumpul paling sering


adalah perdarahan di ruang menyebabkan EDH, seperti jatuh
antara duramater dengan dari ketinggian, dipukul benda
kranium tumpul, dan lainnya
 EDH disebabkan adanya  EDH bukan karena akselerasi atau
pergerakan kepala. Tapi akibat
gangguan dari pembuluh darah langsung kerusakan struktur
duramater, yaitu cabang arteri pembuluh dura dan kranium dan
meningea media, vena, sinus biasanya terjadi fraktur kranium.
dura, dan pembuluh darah  Laserasi arteri meningea media
kranium dan sinus dura adalah penyebab
 Trauma adalah penyebab utama tersering EDH.2,8
EDH
Gambaran klinis pasien
EDH dapat terjadi :
 laserasi kulit kepala,
 cephal hematoma, dan
 yang khas adanya lucid
interval

Gbr. CT-Scan Epidural Hematom berbentuk


lensa dengan ditemukan buble udara karena
fraktur linear tulang temporal.
EPIDURAL
HEMATOM

 Untuk mendiagnosis EDH


dapat dilakukan CT Scan
kepala, pada CT scan kepala
akan didapatkan bentuk lensa
atau lentiform hyperdensity
atau bikonveks, kemudian
hematoma tidak melewati
garis sutura seperti gambar
di samping.8 Gbr. CT-Scan Epidural Hematom
berbentuk lensa dengan ditemukan buble
udara karena fraktur linear tulang
temporal.8
EPIDURAL HEMATOM

Gambar 4. Potongan MRI T2 menunjukkan


Gambar 3. Epidural hematoma dengan bentuk hipointens bikonveks ekstraaxial di regio
konveks disertai midline shift8 temporal.8
EPIDURAL
HEMATOM
• Guidelines for the Surgical Management of
Traumatic Brain Injury merekomendasikan
pasien EDH dengan :
 Perdarahan kuran dari 30 cc,
 Ketebalan kurang dari 15 mm, dan
 Midline shift kurang dari 5 mm,
 Tanpa defisit neurologis, GCS lebih dari 8
dapat dilakukan konservatif.
SUBDURAL HEMATOM
SUBDURAL HEMATOM

• Subdural hematoma (SDH) adalah adanya kumpulan darah di


bawah duramater, tapi masih di atas otak, lebih tepatnya di atas
arachnoid mater.

• Subdural hematoma biasanya dicirikan dari ukuran, lokasi, dan waktu dari awal kejadian
(dapat akut, subakut, kronis). Jika waktu tidak diketahui maka tampilan pada CT Scan
dapat membantu kapan SDH mulai terjadi. Faktor ini, selain klinis pasien, menentukan
pengobatan yang tepat dan mempengaruhi outcome.

• Umumnya SDH akut terjadi kurang dari 72 jam dan hiperdensitas pada
CT Scan kepala. Subakut terjadi 3-7 hari setelah masa akut. Sedangkan
SDH kronis terjadi lebih dari 14 hari dan gambaran hipodensitas
dibanding otak pada CT Scan kepala.
• SDH kronis dikarenakan
Subdural Hematom Akut atrofi cerebral.
(SDH) Menyebabkan bridging vein
• SDH akut terjadi 50-60% teregang dan robek. SDH
semua SDH. Paling sering yang kecil biasanya
terjadi karena pergerakan diresorbsi dengan
kepala tiba-tiba akibat jatuh sendirinya. SDH kronis
atau benturan. SDH spontan biasanya sudah terjadi
dapat terjadi akibat trauma likuifikasi dari gumpalan
minor, pemakaian darah sehingga pada CT
antikoagulan yang lama, Scan di dapatkan
atau ruptur aneurisma arteri hipodensitas.
komunikans posterior.

Subdural Hematom Kronis


GEJALA KLINIS GEJALA KLINIS
(SUBDURAL (SUBDURAL
HEMATOM AKUT) HEMATOM
KRONIS)
Gejala yang dapat ditemukan pada Gejala SDH kronis paling sering
SDH adalah adalah
 Penurunan kesadaran,  Sakit kepala (51%),
 Sakit kepala,  Kesadaran menurun (47%),
 Kehilangan keseimbangan,  Tampak bingung (38%),
 kehilangan memori, perubahan  Muntah (30%), dan
 Kelemahan anggota gerak
kepribadian, afasia, kejang, dan
(22%).
hemiparese.  Manifestasi klinis pada pasien
 Sakit kepala yang terjadi dengan tanpa riwayat trauma,
mempunya ciri onset tiba-tiba, sakit yaitu peningkatan tekanan
kepala berat, disertai muntah- intrakranial tanpa ada pupil
muntah, dan dapat dicetuskan anisokor, kesadaran yang
dengan batuk dan aktivitas berfluktuasi, dan demensia
progresi.2,8
SUBDURAL HEMATOMA AKUT

Gambar 5. SDH akut pada sisi kanan disertai Gambar 6. SDH akut pada sisi kanan,
midline shift pada CT Scan.8 tampak hiperdensitas disertai midline
shift.8
SUBDURAL HEMATOMA KRONIS

Gambar 8. SDH kronis berbentuk cresent atau Gambar 9. SDH subakut dengan
bulan sabit8 gambaran isodens dengan otak8
 
TABEL 2. PERBEDAAN EPIDURAL HEMATOM
DAN SUBDURAL HEMATOM.8
INTRACEREBRAL
HEMATOMA
INTRACEREBRAL HEMATOMA

• Intracerebral hematoma (ICH) terjadi 20% sampai 30% dari


semua trauma intrakranial.

• ICH didefinisikan sebagai hematoma dengan ukuran 2 cm atau


lebih yang tidak ada kontak dengan permukaan otak. Massa
hemoragik ini disebut ICH jika kumpulan darah tersebut
mempunyai densitas yang sama

• Trauma tersering di lobus orbitofrontal dan temporal, yang


sering menyebabkan kontusio
MANIFESTASI KLINIS YANG TERJADI AKIBAT MENINGKATNYA
TEKANAN INTRAKRANIAL

- Penurunan kesadaran
(hampir 50%)
- Mual dan muntah (40-50%)

- Sakit kepala (40%)


- Kejang (6-7%)
- Defisit neurologis fokal2,8
PENYEBAB ICH

Penyebab terjadinya ICH ini terbagi dua :


Trauma dan Non trauma

 Penyebab non trauma adalah hipertensi, ruptur aneurisma,

arteriovenous malformation, arteriopati (cerebral amiloid

angiopati), nekrosis hemoragik (tumor), osbtruksi vena

(cerebral venous trombosis), dan gangguan pembekuan darah

(konsumsi antikoagulan, diatesa hemoragik).2,8


INTRACEREBRAL HEMATOM

Pemeriksaan CT Scan kepala akan didapatkan multifokal


hiperdensitas.2,8

Gambar 10. Intracerebral hemoragik pada kedua frontal. 8


TATALAKSANA

Terapi ditujukan menurunkan tekanan intrakranial segera. Jika GCS 8


atau kurang intubasi harus dilakukan.
 Evaluasi tanda vital,
 Laboratorium (melihat adanya gangguan hematologi atau tidak),
kontrol hipertensi, dan tatalaksana kejang. 8
 Terapi spesifik untuk peningkatan tekanan intrakranial dapat
diberikan manitol 0,25-1 g/kgBB dan monitoring tekanan
intrakranial dibutuhkan untuk observasi ketat.
PERDARAHAN
SUBARACHNOID
PERDARAHAN SUBARACHNOID

Perdarahan subarachnoid (SAH) adalah ekstravasasi darah ke


rongga subarachnoid antara piamater dan arachnoid

Terjadi karena berbagai sebab, paling sering disebabkan trauma kepala. Namun
istilah SAH lebih tertuju untuk yang spontan atau non trauma, seperti ruptur
aneurisma atau arteriovenous malformasi (AVM).
GEJALA KLINIS

Gejala yang dapat dirasakan adalah


 Sakit kepala (48%),
 Pusing berputar (10%),

 Sakit di sekitar mata (7%), diplopia (4%), dan kehilangan


penglihatan (4%).
PERDARAHAN SUBARACHNOID

Gambar 11. Subarachnoid hemorrhage di


Parietal sebelah kanan8
TATALAKSANA

Penanganan SAH pada trauma hampir sama dengan cidera


kepala lainnya :
Jika tekanan intrakranial meningkat dapat diberikan manitol,
rawat di ruang intensif, tekanan darah dimonitor ketat tidak
boleh tinggi (jika mean arterial pressure > 130 dapat
dipertimbangkan diberikan antihipertensi).8
Diffuse Axonal Injury
(DAI)
DIFFUSE AXONAL INJURY (DAI)

Diffuse axonal injury (DAI) adalah cedera paling sering pada cedera
kepala berat, kurang lebih 50% dari semua cedera kepala berat. Pada
kasus ringan tidak ada lesi pada CT Scan kepala atau MRI.
Diffuse Axonal Injury (DAI)

Gambar 13. Multipel ptekie yang menunjukkan


difus axonal injury8
TATALAKSANA

Penanganan pertama pasien dengan cidera kepala berat fokus


pada tiga aspek, yaitu meminimalkan hipotensi dan hipoksia,
menilai adanya herniasi dan segera mengatasinya, dan
memberikan koagulasi darah yang terganggu karena antiplatelet
atau antikoagulan.
Fraktur Kranial
Terdepresi dan Fraktur
Basis Kranii
FRAKTUR KRANIAL TERDEPRESI DAN
FRAKTUR BASIS KRANII

• Penelitian pada 359 pasien fraktur kranial terbuka mendapatkan


106 keadian infeksi intrakranial. Infeksi meninkatkan kejadian
defisit neurologi persisten, kejang sampai lebih dari 1 minggu
setelah trauma serta kematian.2
FRAKTUR KRANIAL TERDEPRESI

 Fraktur kranial terdepresi terbuka yang melebihi ketebalan


kranium harus dioperasi untuk mencegah infeksi.
 Fraktur kranial terdepresi tertutup tidak memerlukan tindakan
operasi. Seumlah 106 keadian infeksi berhubungan dengan
defisit neurologi yang lebih baanyak dan persisten terjadinya
late epilepsy (kejang teradi 1 minggu setelah trauma dan
kematian).
GEJALA KLINIS FRAKTUR BASIS
KRANII
Pada fraktur basis kranii geala klinis sesuai dengan lokasinya.
Pada fraktur bagian anterior gejala dan tanda klinisnya adalah:
1. Keluarnya cairan likuor melalui hidung/ rhinorrhea
2. Perdarahan ecchymosis periorbital bilateral/raccoon eye
3. Anosmia
Pada fraktur bagian media gejala dan tanda klinisnya adalah:
1. Keluarnya cairan likuor melalui telinga/ otorrhea
2. Gaggnuan N.II dan III
• Pada raktur bagian posterior gejala dan tanda klinisnya adalah
ecchymosis mastoid bilateral/Battle sign
FRAKTUR KRANIAL TERDEPRESI

Gambar 13. Fraktur cranial terdepresi2


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai