2. Iftah Sofia S (04) 9. Melinda Dwi P.R (30) 3. Millenia Nurfitriana S.D.M (05) 10.M. Reza Darmawan (36) 4. Ristika Nur L (18) 11.Sukma Melati Ningrum (37) 5. Indah Novia P.A (22) 12.Sherina Utama P (39) 6. Desi Safitri F (23) 13.Anggi Dwi A (40) 7. Risma Dwi R (25) Hubungan Antara Budaya Dan Perkembangan Budaya Dengan Penyakit Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Kebudayaan mempunyai hubungan dengan kesehatan dalam hal pencegahan serta pengobatan penyakit, meskipun dalam prakteknya masih dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional yang barbau mistis. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan dipercaya serta diyakini itu, sesuai dengan pemahaman masyarakat, sesuai dengan kebudayaan dan teknologi yang masyarakat miliki. Adaptasi Budaya dan Penyakit
Adaptasi dapat diartikan sebagai penyesuaian terhadap lingkungan.
Sementara adaptasi kebudayaan dapat diartikan sebagai perubahan di dalam unsur-unsur kebudayaan yang menyebabkan unsur-unsur ini dapat berfungsi lebih baik bagi manusia yang mendukungnya. Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya : Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut. Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan. Budaya dan Preferensi dengan Penyakit Nilai-nilai sosial budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turun-temurun mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu, begitu juga pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa contoh yang dapat dijadikan pembanding seberapa besar pengaruh sosial budaya dalam praktik kesehatan masyarakat. a. Pengaruh Sosial Budaya pada Saat Kehamilan 1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih senang memeriksakan kehamilannya dengan dukun kampung karena dianggap sudah terpercaya dan turun-temurun dilakukan. Padahal, dukun kampung tersebut tidak memiliki pengetahuan standar dalam pelayanan kehamilan yang normal. 2) Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau makanan bergizi lainnya karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat melahirkan. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan protein yang terkandung pada ikan. b. Pengaruh Sosial pada Masa Kelahiran 1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah dipercaya turun-temurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut dengan logam. Hal ini tidak boleh dilakukan karena sebenarnya akan mengakibatkan iritasi dan infeksi kuman pada tali pusar bayi baru lahir. 2) Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung menyebabkan kematian ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah melanggar pantangan yang diberikan oleh si dukun. 3) Plasenta bayi baru lahir,setelah di cuci hendaknya di injak dulu oleh kakaknya jika bayi tsb memiliki kakak. Jika mempercayai mitos tersebut jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga, jadi sebaik nya tidak dilakukan. 4) Pusar bayi yang puput di simpan dan jika bayi sudah besar,pusat tersebut bisa jadi obat untuk bayi,caranya tali pusat di rendam dan di minum kan kepada si bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karena jika sampai terminum oleh bayi maka akan membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta akan masuk ke tubuh bayi. 6) Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara, secara tradisi memakan garam kurang selama periode nifas, untuk meningkatkan produksi air susunya. Mereka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit. Oleh sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor pencetus terjadinya kegagalan jantung. TERIMA KASIH