Anda di halaman 1dari 37

PAPER OBSTRERI

“KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU”

DISUSUN OLEH:
MAS’UT RIFAI 16360390
PEMBIMBING :
dr. H MUSLICH PERANGIN-ANGIN, Sp.OG
LATAR BELAKANG
 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen. Kondisi ini merupakan kondisi yang
gawat yang bila lambat ditangani akan berakibat
fatal bagi penderita. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan salah satu penyebab utama mortalitas
ibu, khususnya pada trimester pertama.
DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

 Kehamilan Ektopik tergangu (KET) merupakan


kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen, dengan trias gambaran klasik yaitu 1.
amenore,
 2. nyeri abdomen akut dan
 3. perdarahan pervaginam
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia berdasarkan penelitian kehamilan
ektopik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo selama
3 tahun (1 Januari 1997- 31 Desember 1999)
wanita yang mengalami kehamilan ektopik
terbanyak pada usia 26-30 tahun yaitu 44,59 %.
Sedangkan resiko untuk mengalami kehamilan
ektopik yang berulang dikatakan 7-13 kali lebih
besar atau sekitar 10-25% dibandingkan wanita
yang tidak pernah mengalami kehamilan ektopik.
ETIOLOGI
1. FAKTOR UTERUS
 Tumor rahim yang menekan tuba
2. FAKTOR TUBA
 penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
 Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
 Endometriosis tuba
3. FAKTOR OVUM
 Migrasi eksterna dari ovum
 Perlekatan membrana granulosa
PATOFISIOLOGI

 Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi


di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada nidasi yang kolumner, telur
berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
dipengaruhi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan dengan mudah
dapat diresorbsi total.
GEJALA KLINIS
Trias gejala klinik
 Amenore
– Lama’a amenore b’variasi
– Dg amenore tdp tanda2 hamil lain’a
 Nyeri pada perut
– Nyeri abdomen→kehamilan tuba yg pecah
– Rasa nyeri menjalar keseluruh abdomen
– Bila darah sampai diafragma→ nyeri didaerah bahu
– hematokel→nyeri di perut bag bawah & susah BAB
 Perdarahan
– Tjd abortus/ruptur kehamilan tuba
– Timbunan darah ganggu sirkulasi umum→ nadi meningkat dan TD menurun →
syok
– Ibu tampak anemis, ujung ekstrimitas dingin, b’keringat dingin, kesadaran
menurun, pd abdomen tampak timbunan darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium
 Ultrasonografi (USG)
 Kuldosintesis
1. Garis merah - bagian Luar uterus,
2. Hijau - uterus,
3. Kuning - kehamilan ektopik.
4. Cairan dalam uterus yang dilingkari warna biru disebut dengan “pseudosac
DIAGNOSIS
 Anamnesa trias KET
 Pemeriksaan fisik
– Fisik umum
 Penderita tampak anemis & sakit
 Kesadaran b’variasi dari baik sampai koma tidak sadar
 Daerah ujung dingin
 Nadi meningkat, TD turun smp syok
 Pemeriksaan abdomen : perut kembung, tdpt cairan bebas –
darah, nyeri saat perabaan
 Pemeriksaan khusus melalui vagina
– Nyeri goyang pd pemeriksaan serviks
– Kavum douglas menonjol dan nyeri
– Mungkin terasa tumor disamping uterus
PENATALAKSANAAN
 Resusitasi syok
 Operatif :

laparatomi
Medikamentosa, pada kehamilan ektopik yang belum terganggu : metotreksat.
 Dosis tunggal : MTX 50 mg/m2 IM. Hitung kadar beta-hCG pada hari ke 4 dan 7.
 Bila penurunan > 15 %, diulang tiap minggu hingga tidak terdeteksi.
 Bila penurunan < 15 %, ulangi pemberian MTX dan hitung sebagai hari pertama.
 Jika aktivitas jantung masih ada pada hari 7, ulangi pemberian MTX dan hitung sebagai hari
pertama. 
 Pembedahan bila kadar beta-hCG tidak turun atau aktivitas jantung persisten setelah 3 dosis
MTX.
 Dosis variable :
 MTX 1 mg/kgBB IM, hari 1, 3, 5, 7
 Injeksi yang kontinyu diberikan hingga kadar beta-hCG berkurang 15 % dalam 48 jam, atau
4 dosis MTX diberikan, kemudian perminggu hingga beta-hCG tidak terdeteksi.
KOMPLIKASI

 Perdarahan saat ovulasi


 Kompliksai kista
– Torsi kista ovarii
– Perdarahan kista ovarii
– Infeksi kista ovarii
 Torsi mioma uteri b’tangkai
PROGNOSIS
 Kematian karena kehamilan ektopik terganggu
cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan
darah yang cukup. Pada umumnya, kelainan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral.
Sebagian wanita menjadi steril setelah mengalami
kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan
ektopik lagi pada tuba yang lain. Selain itu, kemungkinan
untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang
pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi
lebih tinggi.
Kesimpulan
 Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan
dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus dan
menimbulkan keadaan gawat.
 Kalau diagnosis sudah ditegakkan maka harus
dioperasi. Operasi dilakukan sesuai dengan lokasi
dari kehamilan ektopik terganggu. Komplikasi yang
dapat ditimbulkan oleh kehamilan ektopik terganggu
adalah terjadi syok irreversibel, perlekatan dan
obstruksi usus.
 
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. F W
 Umur : 39 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Dusun XVII/ Tambak Bayan Saentis, Percut Sei Tuan
 Tanggal masuk : 24-01-2018
 Pukul : 18.15 WIB 
IDENTITAS SUAMI
 Nama suami : Tn. H S
 Umur : 39 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Pendidikan : SMP
 Alamat : Dusun XVII/ Tambak Bayan Saentis, Percut Sei Tuan
II. Anamnesa
Ny.F W, 39 tahun, G3P2A0, SMA, Islam, IRT, i/d Tn.HS, 39 tahun,
Islam, SMP, Wiraswasta datang ke RS Haji Medan pada tanggal 24
Januari 2018 pada pukul 18.15 WIB dengan :
 
Keluhan Utama : Tekanan darah tinggi
Telaah : Hal ini dialami os pada saat hamil ini, riwayat tekanan
darah tinggi sebelum hamil (+), riwayat tekanan darah tinggi pada saat
hamil sebelum nya (+), riwayat mules-mules mau melahirkan (+),
tanggal 24-01-2018 pukul 07.00 WIB. Riwayat keluar lendir
bercampur darah (+), tanggal 24-01-2018. Riwayat keluar air-air dari
kemaluan (-), riwayat nyeri uluh hati (+). Riwayat trauma (-), minum
jamu-jamuan (-), riwayat pandangan kabur (-), mual (-), riwayat nyeri
kepala (-). BAK/BAB : (+) N / (+), RPT/RPO : (Hipertensi)
RPT/RPO : Hipertensi/-
HPHT : 20-04-2017
TTP : 27-01-2018
ANC : Bidan 2x

a. Riwayat Persalinan
 Perempuan, 3200gr, Aterm, PSP, Bidan, Klinik, 15 Tahun

 Laki-laki, 3200gr, Aterm,PSP, Bidan, Klinik, 10 tahun

 Hamil ini

b. Tanda2 Keracunan hamil


Edema : - Vertigo : -
Pening : - Gangguan visus : -
Mual : - Kejang – kejang : -
Muntah : - Coma : -
Nyeri ulu hati : + Icterus : -
III. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Anemia :-
Hipertensi :+
Peny. Ginjal :-
Diabetes Melitus :-
Tuberculosis :-
IV. HASIL PEMERIKSAAN UMUM
 
Berat Badan : 62 Kg
Tinggi badan : 157 cm
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 80 x /i
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Suhu: 36,7° C
Pernapasan: 20 x/i
Anemia : -
Ikterus : -
Edema : -
Sianosis: -
Dispnea: -
V. STATUS LOKALIS

Abdomen : Membesar asimetris, soepel serta paristaltik (+)


normal
Leopold I : Fundus uteri teraba bulat, lunak, kesan
bokong. Tinggi fundus uteri 32 cm kesan (37-38 minggu)
Leopold II : punggung teraba bagian kanan
Leopold III : bagian bawah teraba keras dan bundar
(PK)
Leopold IV : 4/5
DJJ : 146 x/mnt (reguler)
Formula Johnson : (32 cm – 12) x 155.
TBJ : 3100 gr
His : (+) 1x20” selama 10 menit
DIAGNOSIS BANDING :
 PEB + MG + KDR (37 – 38 ) Minggu + PK + JH

 Hipertensi Kronik + MG + KDR (37 – 38 ) Minggu + PK + JH

 Hipertensi gestational+ MG + KDR (37 – 38 ) Minggu + PK + JH

 Superimposed Preeklamsia + + KDR (37 – 38 ) Minggu + PK + JH

TERAPI :
 O2 2-4 l/menit

 Pasang kateter

 IVFD RL + MgSO 40% 30cc→14 gtt/i→selama 48 jam


4
 Nifedipine Tab 3x10 mg → bila TD ≥ 180/110 mmHg berikan
nifedipine Tab 10 gr / ½ jam sampai dosis maksimal 120 mg/24 jam
 Inj. Dexamethasone 6 mg/12 jam
 Rencana :
 Pantau vital sign, tanda-tanda maternal distress dan
fetal distress
 Rawat ekspektatif di VK
 Bila sewaktu-waktu dijumpai tanda-tanda fetal
distress dan maternal distress dilakukan terminasi
segera
VI. PEMERIKSAAN DALAM (VT)

Pembukaan : 3 cm
Cervix : Axial
Effacement : 60%
Bagian terbawah : kepala
Promontorium : Tidak teraba
Lin. Inominata : Teraba 2/3 anterior
Sacrum : Cekung
Spina ischiadica : Tidak menonjol
Arcus Pubicum : Tumpul
Vagina : Dalam batas normal
Vulva : Dalam batas normal
Sarung tangan : Lendir darah (+)
Meconium :-
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS (Tanggal 24-01-2018)
 JT, JH

 Fetal Movement (FM) : (+)


 Fetal Heart Rate (FHR) : (+)

 Biparietal Diameter (BPD) : 8,90 cm

 Abdominal Circumference (AC) : 34,4 cm

 Femur Lenght : 7,4 cm

 EFW : 3100 gr

 Placenta : Letak Fundal

 Cairan Ketuban : Cukup


 Kesan : KDR (38-39) minggu + JT + JH + PK

 
Hasil laboratorium tanggal 24-01-2018
Hematologi
 Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
 Hemoglobin 11.4 12 – 16 g/dl
 Hitung eritrosit3.9 3,8 - 5,2 10*6/µl
 Hitung leukosit 16,700 4,000- 11,000 /µl
 Hematokrit 34.5 35-47 %
 Hitung trombosit 353.000 150,000-440,000 /µl
Index eritrosit
 MCV 88.0 80 – 100 fL
 MCH 29.0 26 – 34 pg
 MCHC 33.0 32 – 36 %
Hitung jenis leukosit
 Eosinofil2 1 – 3 %
 Basofil 0 0 – 1 %
 N.Stab 0 2– 6 %
 N. Seg 84 53–75 %
 Limfosit 10 20–45 %
 Monosit 4 4–8 %
 Laju Endap Darah69 0-20 mm/jam
Fungsi Hati
 Bilirubin total 0,63 0,3-1 mg/dl

 Bilirubin direk 0,34 <0,25 mg/dl

 Alkali Phospat 62 15-70 u/i

 SGOT 9 <40 u/i


 SGPT13 <40 u/i
Urine rutin
 Makroskopis

 Warna kuning kuning


 Kejernihan jernih jernih
 pH6.0 4,6-8,0
 Berat jenis 1.025 1.013-1.030

 Pritein negatif negatif


 Glukosa negatif negatif
 Nitrit negatif negatif
 Bilirubin negatif negatif
 Urobilinogen negatif 0,1-1
 Diagnosa Sementara :
 PEB + MG + KDR (37 – 38 ) Minggu + PK + JH

Lapor Supervisor dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG.


P :
 IVFD RL + MgSO 40% 30 cc 14 gtt/i
4

 Inj. MgSO4 20% 20 cc IV bolus lambat dalam 15 menit


 Nifedipin 4x10 mg tablet per oral

R :
 Awasi vital sign, His, DJJ.

 Cyto Sectio Caesare a/i PEB + MG + KDR (38-39) +

PK + JT +JH
PERIHAL PERSALINAN
 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang dengan baik,
dilakukan anestesi spinal dan dilakukan tindakan septik dan antiseptik dengan
betadine dan alkohol 70%, lalu ditutupi dengan duk steril kecuali lapangan operasi.
 Dilakukan insisi phanensteil dimulai dari kutis, subkutis, facia digunting ke kanan
dan ke kiri, otot dilebarkan secara tumpul .
 Peritoneum di jepit, dijinjing dan digunting ke atas dan kebawah, tampak uterus,
identifikasi SBR, pasang hack blast, insisi uterus low cervical sampai sub
endometrium, endometrium digunting kekiri dan ke kanan, cairan ketuban berkurang
 Dengan meluksir kepala, lahir bayi Laki-laki dengan berat badan : 3000 gram,
panjang badan 50cm, A/S : 8/9, Anus (+) , tali pusat diklem di dua tempat lalu
digunting, placenta lahir spontan dengan ptt, kesan lengkap.
 Tepi luka uterus dijepit, cavum uterus dibersihkan, kesan bersih, uterus dijahit lapis
demi lapis, evaluasi pedarahan jahitan luka insisi, kesan : terkontrol.
 Cavum abdomen dibersihkan, kesan bersih. Dinding
abdomen dijahit lapis demi lapis mulai dari peritoneum,
otot, facia, subkutis dan kutis.
 Luka operasi ditutupi dengam supratule dan kassa steril.
 Operasi selesai, Keadaan umum ibu post SC stabil

Terapi:
 IVFD RL + Oxytocin 10-10-5-5 IU → 20 gtt/i

 IVFD RL + MgSO 40% (30cc) 14 gtt/i


4

 Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam


 Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
 Inj. Ketorolac 30 gr/8jam
 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
FOLLOW UP 2 JAM POST SC
Jam Nadi Tek. Darah Pernapasan Kontraksi Perdarahan
Uterus

00.30 WIB 80x/ menit 160/90 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)

00.45 WIB 80x/ menit 160/90 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)

01.00 WIB 80x/ menit 160/90 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)

01.15 WIB 80x/ menit 160/100 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)

01.45 WIB 84x/ menit 160/90 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)

02.15 WIB 84x/ menit 150/90 20 x/menit Kuat Lochia


mmHg rubra (+)
FOLLOW UP
Follow Up Tgl 25-01-2018 pukul 07.00 WIB
S : Nyeri diluka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 140/90 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Dyspnoe : -
RR : 20x/menit Sianosis :-
T : 36,7ºC Oedem :-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari bpst, kontraksi kuat
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (- ) lochia (+)rubra
BAK : (+) via kateter 50cc/jam BAB : (-)
Flatus : (+)
A: Post SC a/i PEB+ NH1
P:
 IVFD RL + MgS0 40% 14gtt/i
4

 IVFD RL + Oxytocin 10-10-5-5 IU → 20 gtt/i


 Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam

 Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam

 Inj. Ketorolac 30 gr/8jam

 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

 Nifedipin 4x10 mg

R : aff IVFD RL + MgS04 40% 14gtt/i pukul 00.30


wib
Follow Up Tgl 26-01-2018 pukul 07.00 WIB
S : -
 
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 130/90 mmHg Ikterik : -/-
HR : 86x/menit Dyspnoe : -
RR : 20x/menit Sianosis :-
T : 36,8ºC Oedem : -
 
SL: Abd : Soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari bpst, kontraksi kuat
L/O : Tertutup verban, kesan kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter 60cc/jam
BAB : (-)
Flatus: (+)
A: Post SC a/i PEB+ NH2
 
P:
IVFD RL + Oxytocin 10-10-5-5 IU → 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 gr/8jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
Nifedipin 4x10 mg
 
R:
Aff kateter
Mobilisasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai