S
SsSoerojo Wignjodipoero, S.H.
Chrisnoven M pasaribu
Company
173309010199
LOGO
Company
LOGO BAB I :Pendahuluan
MENGENAL ADAT
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu
bangsa, merupakan salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang
bersangkutan dari abad ke abad.
Oleh karena itu, maka tiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-
sendiri yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Justru oleh karna ketidak
samaan inilah kita dapat mengatakan bahwa adat itu merupakan unsur yang
terpenting yang memberikan identitas kepada bangsa yang bersangkutan.
Di dalam negara Republik Indonesia ini, adat yang dimiliki oleh daerah-dearah
suku-suku bangsa adalah berbeda-beda, meskipun dasar serta sifatnya adalah
satu, yaitu ke-Indonesiaannya. Oleh karena itu adat bangsa Indonesia dikatakan
merupakan “Bhineka” (berbeda-beda di daereh suku-suku bangsanya), “Tunggal
Ika” (tetapi tetap satu juga, yaitu dasar dan sifat ke Indonesiaannya), ini tidak
mati melainkan selalu berkembang, senantiasa bergerak serta berdasarkan
keharusan selalu dalam keadaan evolusi mengikuti proses perkembangan
peradaban bangsanya.
Company
LOGO
Menurut prof.Dr.Supomo S.H
Dalam karangan beliau “Beberapa catatan mengenai kedudukan hokum adat”
memberi pengertian hukum adat sebagai hokum yang tidak tertulis di dalam
peraturan-peraturan legislatif meliputi peraturan-peraturan hidup yang
meskipun tidak di tetapkanoleh yang berwajib, toh ditaati dan di dukung oleh
rakyat berdasrkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan tersebut
mempunyai kekuasaan hokum.
Hukum adat memiliki dua unsur, yaitu:
Unsur kenyataan : bahwa adat itu dalam keadaan yang sama selalu
diindahkan oleh rakyat.
Usur Psikologis: bahwa terdapat adanya keyakinan pada rakyat, bahwa adat
dimakksud mempunyai kekuatan hokum.
Unsur inilah yang menimbulkan adanya kewajiban hokum (opinion yuris
necesiatis).
Company
LOGO BAB II Sejarah Hukum Adat
Persekutuan Hukum
Apabila hokum adat hingga kini masih terus hidup, bahkan maju terusmenuju
kepada kehidupan sendiri meskipun berpulu-puluh tahun mendapat rintangan,
tantangan dan ancaman pelbagai rupa teruma pada jaman colonial sebelum tahun
1928 maka segala sesuatu itu disebabkan oleh kekuatan mempertahankan serta
kekuatan hidup dari badan-badan persekutuan hkum Indonesia sendiri.
Struktur Persekutuan Hukum
Faktor territorial yaitu factor terikat pada suatu daerah tertentu, ternyata
merupakan factor yang mempunyai peranan yang terpenting dalam tiap timbulnya
persekutuan yang hokum.
Lingkaran Hukum Adat atau Lingkungan Hukum Adat
Van Vollenhoven dalam”Adatrecht” menyebut suatu daerah didalam
daerah mana garis-garis besar, corak dan sifatnya hokum adat yang berlaku di situ
seragam, yang kalau disalin dalam Bahasa Indonesia menjadi lingkaran hokum
atau ada juga yang menyalin dengan lingkungan hokum.
Company
LOGO
Suasana Tradisional Masyarakat Desa
Religieus
Jadi sebuah persekutuan desa dengan demikian merupakan suatu kesatuan
hidup bersama antara mereka yang masih hidup dengan arwah-arwah nenek
moyang serta dengan segala hidup di lingkungannya di dalam alam ini. Dan tugas
persekutuan adalah memelihara keseimbangan lahir dan batin antara golongan dan
lingkungan alam hidupnya.
Kemasyarakatan atau Komunal
Hidup bersama di dalam masyarakat tradisional Indonesia bercorak
kemasyarakatan, bercorak komunal. Manusia di dalam hokum adat adalah orang
yang terikat kepada masyarakat, tidak sama sekali bebas dalam segala
perbuatannya, ia terutama menurut paham tradisoanal hokum adat adalah warga
golongan.
Demokratis
Suasana demokratis di dalam kesatuan masyarakat hokum ini adalah selaras dengan
sifat komunal dan gotong royong daripada kehidupan masyarakat Indonesia.
Company
LOGO BAB VI HUKUM PERORANGAN
Subyektum Yuris
Dalam hokum adat di samping manusia juga di kenal badan hokum sebagai
subyek hokum. Badan-badan hokum yang ada ialah antara lain desa, suku, nagari,
wakaf dan akhir akhir ini juga yayasan. Hal ini ditetapkan dalam lembaran Negara
tahun 1927 nomor 91 pasal 1. Jawa Tengah mengakui juga sebagai badan hokum,
perkumpulan-perkumpulanyang mempunyai organisasi yang dinyatakan dengan tegas
dan rapi.
Manusia sebagai Subyektum Yuris
Meskipun pada prinsipnya semua orang dalam hukumadat diakui
mempunyai wenang hokum (Djojodiguno memakai istilah “kecakapan berhak”) yang
sama, tetapi dalam kenyataannya di beberapa daerah terdapat perkecualian-
perkecualian sebagai berikut:
Di Jawa Tengah dalamtahun 1934-1938 didalam beberapa desa hanyalah orang laki-
laki saja yang berhak menjadi kepala desa
Di Minangkabau orang perempuan tidak berhak menjadi pegnhulu andiko atau
mamak-kepala-waris.
Company
LOGO
Badan Hukum Sebagai Subyektum Yuris
Perlu mendapat pembahasan kuhsus adalah kiranya yang tersebut terakhir itu
(wakaf dan yayasan), sebab yang lain-lain telah mendapat sorotan cukup pada
pembahasan acara-acara yang lain dimuka
Wakaf
Ada pendapat yang menkaitkan peerbuatan hokum yang menimbulkan wakaf itu
dengan tujuan-tujuan ataupun maksud-maksud religeus. Tetapi sesungguhnya
dalam realita kita dapat me”wakaf”-kan tanah atau barang untuk tiap maksud asal
kan tidak bertentangan ataupun tidak dilarang oleh Agama.
Yayasan
Masyarakat membutuhkan juga suatu badan yang tidak terikat oleh syarat-syarat
hokum islam. Badan hokum yang demikian ini adalah “yayasan”dan koperasi.
Yayasan merupakan badan hokum yang melakukan kegiatan dalam bidang social.
Yayasan demikian ini dapat dibentuk dengan akta pembentukan. Akhir-akhir ini
dijumapi pula yayasan-yayasan di kalangan masyarakat yang bergerak dibidang
kematian, bidang pemeliharaan anak yaitm piatu dan lain sebagainya.
Company
LOGO BAB VII HUKUM KEKELUARGAAN
Keturunan
Apakah keturunan ini mempunyai akibat-akibat kemasyarakatan? Ya, pada
umumnya kita melihat adanya hubungan Hukum yang di dasarkan kepada
hubungan kekeluargaan antara orang tua dangan anak-anaknya. Juga kita melihat
bahwa pada umumnya ada akibat-akibat hokum yang berhubungan dengan
keturunan, bergandengan dengan ketunggalan leluhur, akibat-akibat hokum ini
tidak semua sama diseluruh daerah.
Hubungan Anak Dengan Orang Tuanya
Di samping upaya upaya adat yang berhubunngan dengan pertumbuhan fisik anak
seprti yang di uraiakan di atas, lazimnya pada hari-hari kelahiran anak ( misalnya
anak lahir pada hari kamis manis, tiap hari kamis manis) diadakan pula “sesajen”
demi keselamatan anak tersebut. Demikianlah perhatian orang tua terhadap
anaknya, serta kesumua itu hanya dengan tujuan satu, yaitu supaya si anak di
maksud senantiasa mendapat perlidungan dan berkah dari Yang Maha Esa dan
leluhurnya serta memperoleh bantuan dari segala kekuatan gaib di sekelilingnya.
Company
LOGO
Memelihara Anak Piatu
Jika kedua-dua orang tua sudah tidakada lagi, maka yang memelihara anak-anak
yang ditinggalkan adalah salah satu dari keluarga pihak bapak atau pihak ibu
terdekat serta biasanya juga yang keadaannya yang paling memungkinkan untuk
keperluan itu.
Apabila dalam hal kelurga yang menganut susunan ultilateral,salah satu
orangtuanya meninggal dunia, sedangkan masih ada anak-anak yang belum
dewasa? Maka kekuasaan orangtua terhadap anak-anak yang ditinggalkan
selanjutnya berada pada keluarga pihak bapak jika keluarga tersebut keluarga
paitrineal dan berada pada keluarga pihak ibu jika kelaurga tersebut keluarga
matrilineal.
Mengangkat Anak (Adopsi)
Mengangkat anak adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke dalam
keluarga sendiri demikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan
anak yang di pungut itu timbul suatu hubungan kekeluargaan yang sama seprti yang
ada antara orang tua dengan anak kandung sendiri.
Company
LOGO BAB VIII HUKUM PERKAWINAN
Arti Perkawinan
Perkawinan adalah salah suatu peristiwa yang sangat penting dalam penghidupan
masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal
mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan
kelurga-keluarga mereka masing-masing.
Malahan dalam hokum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penting
bagi mereka yang masih hidup saja, tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang
sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah
para leluhur kedua belah pihak.
Perkawinan Tanpa Lamaran Dan Tanpa Pertunangan
Ada beberapa corak perkawinan yang tidak didahului oleh lamaran dan pertunangan.
Corak perkawinan yang demikian ini kebanyakan diketemukan dalam persekutuan
yang bersifat patrilineal, tetapi dalam persekutuan yang matrilineal dan parental (garis
bapak-ibu) meskipun agak lebih kurang toh terdapat juga.
Daerah-daerah yang mengenal perkawinan demikian ini adalah antara lain: Lampung,
Kalimantan, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Company
LOGO
Perkawinan Anak-Anak
Kecuali di beberapa daerah, yaitu daerah kerinci, di roti dan pada suku toraja,
maka adat tidaklah melarang perkawinan antara orang-orang yang masih kanak-
kanak. Khususnya dipulau Bali perkawinan gadis yang belum dewasa itu
merupakan suatu perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman. Tetapi meskipun di
kebanyakan daerah perkawinan anak-anak itu diperkenankan didalam kenyataan,
biasanya tidak akan terjadi, bahwa orang tua atau wali dari anak-anak itu akan
memberi ijin mereka kawin sebelum mereka masing-masing mencapai umur yang
pantas, yaitu 15 atau16 tahun bagi orang perempuan dan umur 18 atau 19 tahun
bagi orang laki-laki
Pengaruh Agama Islam dan Agama Kristen Terhadap Perkawinan Adat
Bila sesuatu memeluk agama Islam atau Kristen, maka terlihat adanya pengaruh
agama yang bersangkutan terhadap ketentuan-ketentuan tentang perkawinan adat.
Perkawinan secara Islam ataupun Kristen tidak memberikan kewenangan turut
campur yang besitu jauh dan menentukan pada keluarga, kerabat dan persekutuan
seperti dalam adat.
Company
LOGO
Upacara-Upacara Perkawinan Adat
Upacara-upacara adat pada sesuatu perkawinan ini adalah berakar pada adat
istiadat serta kepercayaan yang sejak dahulu kala, sebelum agama Islam masuk di
Indonesia, telah di turut senantiasa dilakukan. Upacara adat ini sudah mulai
dilakukan pada hari-hari sebelum pernikahan serta ber;angsung pada hari-ahri
sesudah upacara nikah.
Perceraian
Perceraian adalah menurut adat merupakan peristiwa luar biasa, merupakan
problema social dan yuridis yang penting dalam kebanyakan daerah. Pada asasnya
dan sedapat-dapatnya, artinya apabila memang menurut keadaan serta kenyataan,
perceraian itu demi kepentingan bukan bagi suami isteri saja, melaiankan juga
kepentingan keluarga kedua belah pihak, bahkan malahan juga demi kepentingan
keseluruhan perlu dilakuka, maka perbuatan itu dapat dijalankan.
Company
LOGO BAB IX HUKUM HARTA PERKAWINAN
Fungsi Harta Perkawinan
Guna keprluan hidup bersama-sama inilah dibutuhkan suatu kekayaan duniawi
yang dapat dipergunakan oleh suami isteri untuk membiayai ongkoskehidupan
mereka sehari-hari, besrta anak-anaknya. Kekayaan duniawi inilah yang disebut
“harta perkawinan”, “benda perkawinan”, “harta keluarga”, “harta benda
keluarga”.
Pemisahan Harta Pernikahan Dalam 4 Golongan
Harta perkawinan lazimnya dapat dipisah-pisahkan dalam 4 golongan sebagai
berikut:
Barang-barang yang diperoleh suami atau isteri secara warisan atau penghibaan
dari kerabat (family) masing-masing dan di bawa kedalam perkawinan
Barang-barang yang diperoleh suami atau isteri untuk diri sendiri serta atas jasa
diri sendiri sebelum perkawinan atau dalam masa perkawianan
Barang-barang yang dalam masa perkawinan diperoleh suami dan isteri
sebagaimilik bersama
Company
LOGO
Hak milik atas tanah dari seseorang warga persekutuan yang membuka dan
mengerjakan tanah itu pengertianya adalah, bahwa warga yang mendiami tanah
itu berhak sepenuh-penuhnya atas tanahnya tetapi dengan ketentuan wajib
menghormati:
Hak ulayat desanya
Kepentingan-kepentingan orang lain yang memiliki tanah
Peraturan-peraturan adat seperti kewajiban memberi ijin ternak orang lain
masuk dalam tanah pertaniannya selama tanah itu tidak dipergunakan dan tidak
dipagari.
Company
LOGO BAB XII HUKUM HUTANG PIUTANG
Dalam hokum adat hutang piutang tidak hanya meliputi ataupunmengatur
perbuatan-perbuatan hokum yang menyangkut masalah kredit perseorangan saja,
tetapi juga masalah-masalah yang menyangkut:
1.Hak atas perumahan, tumbuh-tumbuhan, ternak dan barang.
2.Sumbang-menyumbang, sambat-sinambat, tolong-menolong
3.Panjer