Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

Rhinosinusitis
Anatomi Sinus Paranasal
 Sinus paranasal terdiri atas : sinus maksila,
etmoid, sfenoid dan frontal.

 Secara klinis berdasarkan lokasi perlekatan konka


media dengan dinding lateral hidung maka sinus
dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Sinus anterior, terdiri dari : sinus frontal,


maksila dan etmoid anterior yang bermuara ke
dalam atau dekat infundibulum.

2. Sinus posterior, terdiri dari : sinus sfenoid dan


etmoid posterior yang bermuara diatas konka
media
Fungsi Sinus Paranasal
 Fungsi utama sinus paranasal adalah mengeliminasi
benda asing dan sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. terbukanya kompleks ostiomeatal,
2. transpor mukosilia dan
3. produksi mukus yang normal
 Kompleks ostiomeatal adalah pertemuan jalur
drainase kelompok sinus anterior yang terdiri dari
meatus media, prosesus unsinatus, hiatus
semilunaris,infundibulum etmoid, bula etmoid,
ostium sinus maksila dan resesus frontal. Jika
terjadi obstruksi pada kompleks ostiomeatal oleh
mukosa yang inflamasi atau massa, akan
menyebabkan terjadinya obstruksi ostium sinus,
stasissilia dan infeksi sinus (Welch, 2008).
Definisi
 Rinosinusitis menurut EPOS (2007) adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal yang
ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/
obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior):

1. nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah

2. penurunan/ hilangnya penghidu dan salah satu dari:

 Temuan nasoendoskopi:

 polip dan/ atau

 sekret mukopurulen dari meatus medius dan / atau

 edema/ obstruksi mukosa di meatus medius dan/ atau

 Gambaran tomografi komputer:

 perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus


Etiologi
Penyebab Rhinosinusitis akut adalah :
 Virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya pilek). Contohnya rhinovirus, Influenzavirus, parainfluenzavirus
 Bakteri
Bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptociccus pneumonia (30-
50%), Hemophylus influenza (20-40%) dan Moraxella catarrhalis (4%).
 Jamur
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur yang
bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan.
 Peradangan menahun pada saluran hidung.
 Penyakit tertentu.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita
kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).
 Etiologi patofisiologi rinosinusitis kronik bersifat multifaktorial dan belum
sepenuhnya diketahui; rinosinusitis kronik merupakan sindrom yang terjadi karena
kombinasi etiologi yang multipel.

 Berdasarkan EP3OS 2007, faktor yang dihubungkan dengan kejadian rinosinusitis


kronik tanpa polip nasi yaitu “ciliary impairment, alergi, asma, keadaan
immunocompromised, faktor genetik, kehamilan dan endokrin, faktor lokal,
mikroorganisme, jamur, osteitis, faktor lingkungan, faktor iatrogenik, H.pylori dan
refluks laringofaringeal”
PATOFISIOLOGI
 Bila terinfeksi, organ yang membentuk KOM mengalami oedem mukosa
yang berhadapan akan saling bertemu  silia tidak dapat bergerak dan
lendir tidak dapat dialirkan  gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus
 silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus
menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya
bakteri patogen.

 Bila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir 
timbul infeksi oleh bakteri anaerob  terjadi perubahan jaringan menjadi
hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista
KLASIFIKASI

Rhinosinusitis
Rhinosinusitis akut Rhinosinusitis
subakut
(4 minggu) kronis (>12 minggu)
(4-12 minggu)

Rhinosinusitis kronik
Rhinosinusitis akut
eksaserbasi akut
rekuren
perburukan gejala tiba-
≥ 4 episode pertahun.
tiba dari Rhinosinusitis
Tiap episode ≥ 7-10
kronik dengan
hari resolusi komplit
kekambuhan berulang
diantara episode
setelah pengobatan
SUBKLASIFIKASI RHINOSINUSITIS KRONIS

Rhinosinusitis kronik dengan polip


• Ditandai dengan mukosa polipoid dengan edema, infiltrasi
eosinophil, limfosit T dan B, serta kerusakan pada epitel
yang disebabkan oleh produk-produk aktivasi sel eosinophil.
Tipe ini berhubungan dengan meningkatnya prevalensi polip
hidung dan juga berhubungan dengan lebih luasnya
hubungan patologis kelainan sinus pada topografi computer.
Rhinosinusitis kronik tanpa polip
• Tanpa ditandai dengan tanda-tanda polip, namun ditandai
dengan hyperplasia kelenjar seromukosa yang jelas.
KRITERIA DIAGNOSIS RHINOSINUSITIS
KRONIS
Inflamasi hidung dan sinus paranasal dengan 2 atau lebih tanda
berikut :
• Discharge nasal purulent
• Obstruksi nasal
• Nyeri atau sensasi penuh di wajah
• Menurunnya fungsi penghidu

Serta terdapat minimal satu dokumentasi tanda inflamasi dari


pemeriksaan
• Mucus purulen atau edema pada meatus media/regio ethmoid anterior
• Polip di cavum nasi atau meatus media
• Gambaran radiologis yang menunjukkan inflamasi dari sinus paranasal
• CT scan: mucosal thickening, bone changes,air-fluid levels
• Plain sinus Xray: air-fluid levels atau >5 mm opasifikasi pada ≥ 1 sinus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
 Sensasi terasa penuh daerah hidung dan sekitarnya.
 Sekret / discharge nasal Dapat berupa anterior atau
posterior nasal drip.
 Abnormalitas penciuman
 Nyeri / tekanan fasial Lebih nyata dan terlokalisir pada
pasien dengan rinosinusitis akut, pada rinosinusitis kronik
keluhan lebih difus dan fluktuatif.
Pemeriksaan Fisik

 Rinoskopi anterior -> kelainan rongga hidung yang berkaitan


dengan rinosinusitis kronik seperti udem konka, hiperemi,
sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip.
 Rinoskopi posterior (Bila diperlukan) -> melihat patologi di
belakang rongga hidung.
Pemeriksaan Penunjang
 Transiluminasi.
 Radiologi, merupakan pemeriksaan tambahan yang umum dilakukan,
meliputi X-foto posisi Water, CT-scan, MRI dan USG.
 Sitologi nasal, biopsi, pungsi aspirasi dan bakteriologi
 Tes alergi
 Tes fungsi mukosiliar
 Tes fungsi olfaktori
 Penilaian aliran udara nasal (nasal airflow): nasal inspiratory
peakflow, rinomanometri, rinometri akustik dan rinostereometri
 Pemeriksaan CRP ( C-reactive protein)
TATALAKSANA
Medikamentosa
 Antibiotika
 Antiinflamatori dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik.
 Terapi Penunjang, antara lain :
a. Dekongestan oral/topikal yaitu golongan agonis α-adrenergik
b. Antihistamin
c. Stabilizer sel mast, sodium kromoglikat, sodium nedokromil
d. Mukolitik
e. Antagonis leukotrien
f. Imunoterapi
Lainnya: humidifikasi, irigasi dengan salin.
Pembedahan
Sinus Maxilla
 Antrum lavage
 Maxilla Antrostomy
 Caldwel-Luc

Sinus Etmoidalis
 Etmoidektomi intranasal, eksternal dan transantral

Anda mungkin juga menyukai

  • Patofisiologi, Klasif, Kriteria DX
    Patofisiologi, Klasif, Kriteria DX
    Dokumen6 halaman
    Patofisiologi, Klasif, Kriteria DX
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Akper PDF
    Akper PDF
    Dokumen5 halaman
    Akper PDF
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Lagoftalmus
    Lagoftalmus
    Dokumen17 halaman
    Lagoftalmus
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • ORIF OREF Irma
    ORIF OREF Irma
    Dokumen17 halaman
    ORIF OREF Irma
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Referat Dr. Tri Yuli Pramana SP - PD KGEH
    Referat Dr. Tri Yuli Pramana SP - PD KGEH
    Dokumen24 halaman
    Referat Dr. Tri Yuli Pramana SP - PD KGEH
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Asites
    Asites
    Dokumen2 halaman
    Asites
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • ORIF OREF Irma
    ORIF OREF Irma
    Dokumen17 halaman
    ORIF OREF Irma
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka Preeklampsia Berat
    Tinjauan Pustaka Preeklampsia Berat
    Dokumen16 halaman
    Tinjauan Pustaka Preeklampsia Berat
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen9 halaman
    Artikel
    Dheyta Harusst Dieet
    Belum ada peringkat
  • Read
    Read
    Dokumen1 halaman
    Read
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Ludah
    Kelenjar Ludah
    Dokumen5 halaman
    Kelenjar Ludah
    Wildan Satrio Wemindra
    100% (1)
  • BPH G
    BPH G
    Dokumen7 halaman
    BPH G
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Jump 7 Geriatri
    Jump 7 Geriatri
    Dokumen18 halaman
    Jump 7 Geriatri
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Dokumen - Tips Laporan Pediatri Skenario 3 5654bfbd94a13
    Dokumen - Tips Laporan Pediatri Skenario 3 5654bfbd94a13
    Dokumen48 halaman
    Dokumen - Tips Laporan Pediatri Skenario 3 5654bfbd94a13
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Breaking Barriers
    Breaking Barriers
    Dokumen5 halaman
    Breaking Barriers
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • 6 Kalor Lebur Es
    6 Kalor Lebur Es
    Dokumen12 halaman
    6 Kalor Lebur Es
    Fajar Rumanto
    50% (2)
  • BPH G
    BPH G
    Dokumen7 halaman
    BPH G
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Inhal Histo SSP
    Inhal Histo SSP
    Dokumen4 halaman
    Inhal Histo SSP
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen13 halaman
    Endometriosis
    Kurnia Fitri Aprilliana
    Belum ada peringkat
  • Hematokolpos
    Hematokolpos
    Dokumen13 halaman
    Hematokolpos
    Opi SaNg MadRidistas
    50% (2)
  • Genu Varum
    Genu Varum
    Dokumen5 halaman
    Genu Varum
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Dokumen - Tips Gonore
    Dokumen - Tips Gonore
    Dokumen32 halaman
    Dokumen - Tips Gonore
    Wildan Satrio Wemindra
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri - PPT Ndri
    Mioma Uteri - PPT Ndri
    Dokumen18 halaman
    Mioma Uteri - PPT Ndri
    William Grandinata Soeseno
    Belum ada peringkat