Anda di halaman 1dari 69

Viral and bacterial infection

Clinical Overview: Emerging Infectious Diseases


VIRAL INFECTION : INFLUENZA
INFLUENZA
“One of the most common infectious disease, that highly contagious airborne and
cause significant loss of workdays, human suffering and mortality”

disebabkan oleh infeksi virus RNA dari


famili Orthomyxoviridae yang terdiri atas
subtipe A,B dan C

Ditularkan melalui udara atau bahan


makanan yang tertular virus influenza
seperti daging unggas atau telur
Transmisi virus antar manusia terjadi
Transmisi antar spesies dipengaruhi oleh melalui batuk, bersin (droplet dan
jenis reseptor sialic acid masing-masing aerosol), alat yang dipakai, muntahan,
spesies yang spesifik terhadap strain virus dan tinja
influenza tertentu
Transmisi virus influenza A antar
manusia terjadi cepat dalam 1 – 2 hari
setelah onset terinfeksi.
EPIDEMIOLOGI INFLUENZA

Seasonal flu (annual flu) yaitu flu Pandemic flu yaitu influenza
yang setiap tahun dapat berubah yang telah menyebar cepat ke
strain. seluruh dunia seperti Spanish flu,
Asian flu, Hongkong flu dan
Influenza A dengan subtipe virus terakhir Influenza A (pH1N1).
H1N1, H3N2, dan Influenza B
mengenai 5 – 10% penduduk dunia
terutama orang tua dan penderita
dengan penyakit dasar
kardiopulmonal. Kematian terjadi
pada kira-kira 100 dari 1 juta
penduduk dunia terutama orang
tua
Swine Flu (pH1N1) Avian Influenza/Flu burung
( H5N1 )
adalah virus influenza A yang
menyebabkan pandemi terakhir Merupakan influenza yang telah
pada tahun 2009 disebabkan virus terjadi sd 3 gelombang wabah
subtipe H1N1 yang berbeda strain sejak tahun 2003 di Asia.
dengan strain H1N1 yang
bersirkulasi saat itu sebagai Subtipe ini telah mencapai
seasonal flu. tingkat endemik 3 pada tahun
2007 yaitu telah terjadi
penularan antar manusia tetapi
belum efisien dan konsisten.
sumber penularan flu burung (H5N1)
dari unggas kadang tidak dapat Tidak seperti influenza A (pH1N1)
diidentifikasi. Penderita terutama tidak meluas melewati 3 benua,
adalah anak-anak dan dewasa muda. jadi bukan suatu pandemi.
Angka kematian (CFR) di seluruh dunia
61.8% dan di Indonesia 82.4%
ANTIGENIC DRIFT & SHIFT
IN PANDEMIC INFLUENZA
Antigenic drift is the process by which
inaccurate viral RNA polymerase
frequently produce point mutation in
certain error-prone region in the genes
Medscape, 2020

Origin of antigenic shift and pandemic


influenza. The natural reservoir of
influenza viruses is among migratory
aquatic birds. A virus with a new HA
subtype may be introduced into humans
population by direct transmission of an
avian virus to humans or by genetic
reassortment between an avian and a
humans virus.

Lancet 2003; 362: 1733-1745


SIKLUS HIDUP VIRUS INFLUENZA
Life cycle of influenza virus.
(1) Binding of the virus to a sialic acid-
containing receptor.
(2) Engulfment of the virus by the cell
plasma membrane and formation of
an endocytic vesicle.
(3) Delivery of the virus to the
endosomal cell compartment.
(4) Fusion of the viral membrane with
the membrane of the endosome,
induced by the mildly acidic pH in
the endosomal lumen.
(5) Delivery of viral RNA to the nucleus,
synthesis of messenger RNA(mRNA)
and viral RNA replication.
(6) Synthesis of viral protein
components in the cell
cytosol(internal proteins) and
endoplasmic reticulum (ER)
(membrane proteins).
(7) Assembly and budding of progeny
viruses.
CLINICAL MANIFESTATION

Periode inkubasi bervariasi antara 1-


4 hari dengan rerata 2 hari.
Transmisi aerosol dapat terjadi 1
hari sebelum onset gejala, sehingga
penularan dapat terjadi melalui
individu asimptomatik
DIAGNOSIS
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan lab standart : DL (leukopenia &
relative lymphopenia, trombositopenia)
• RDT (rapid diagnostic test)
• Viral culture
• Polymerase Chain Reaction Testing
• Direct Immunofluoresence Test and
serological testing
• Imaging : chest X-Ray, CT thorax -> in severe
case (pneumonia viral)
TREATMENT
• Antiviral
• Supportive Care
• Complications management

Corticosteroid : Not routinely used

Antibiotic: as indication
Antiviral Agents for Influenza

Class/Agent Brand Name Route


M2 Inhibitors
Amantadine Symmetrel PO
Rimantadine Flumadine PO
Neuraminidase
Zanamivir (GG167) Relenza Inhaled
Oseltamivir (GS4104) Tamiflu PO
Peramivir (RWJ270201)# PO,IV,IM
Polymerase Inhibitors #
The mechanism by which antiviral drugs interupt
the replicative cycle of influenza is illustrated.
M2 inhibitors prevent the M2-mediated
acidification of the interior of the virus while it
resides in endosomes and the subsequent
uncoating of the viral genome, thus inhibiting
viral replication. Neuraminidase inhibitors
(NAIs) prevent cleavage of sialic acid residues
and thus newly formed virus cannot be released
from the cell surface to infect adjacent cells:
also, virus particles remain associated to one
another.

Canadian Medical Association Journal 07-Jan-03;


168(1): 49-57
Interventions for
Influenza Prevention
Non-pharmacologic interventions
• Frequent hand washing and improved respiratory hygiene
– Always cough and sneeze into disposable tissues:
– wash your hands with soap and water regularly;
– if you have influenza, stay away from crowded, public places, and wear a
face mask when you see your doctor to stop the spread of disease ;
– don't shake hands with unwashed hands
– Australian & New Zealand guidelines
Luby SP et al. Lancet 2005;366:225--33

Community mitigation strategies


• Isolation of cases and close contacts;
– social distancing by school, preschool, day care closures;
– social distancing of adults by workplace avoidance,
– cancellation of gatherings

Markel et al JAMA. 2007;298(6):644-65.


VIRAL INFECTION : DENGUE
VIRUS DENGUE
• Arbovirus (arthropod-borne • Masing-masing serotipe
virus) group B dari genus akan memberikan imunitas
Flavivirus, familia Flaviviridae yang spesifik seumur hidup
• Berbentuk batang, termolabil, • Semua serotipe dapat
stabil pd suhu 7000C menyebabkan penyakit
yang berat dan fatal
• Sensitif thd inaktivasi oleh
diethyleter & Na dioxycholat
• Single-stranded RNA
• Tdp 4 serotype (DEN-1, 2, 3, 4)
• Semua serotype dapat
dijumpai di Indonesia
Transmisi virus dengue
oleh Aedes aegypti

Mosquito feeds / Mosquito refeeds /


acquires virus transmits virus

Extrinsic Intrinsic
incubation incubation
period period
Viremia Viremia
0 5 8 12 16 20 24 28
DAYS
Illness Illness
Human #1 Human #2
Transmisi dan Replikasi Virus Dengue
1. Virus ditransmisikan pada
manusia di dalam saliva nyamuk
2. Virus bereplikasi
pada target organ •• Dengue
Dengue ditularkan
ditularkan oleh
oleh A.
A. aegypti
aegypti
betina
betina terinfeksi
terinfeksi
3. Virus menginfeksi sel
•• Hidup
Hidup terutama
terutama di di siang
siang hari
hari
darah putih dan
jaringan limfe •• Hidup
Hidup di
di habitat
habitat manusia
manusia
•• Jarak
Jarak terbang
terbang 40-100
40-100 m m memudahkan
memudahkan
4. Virus dilepaskan dan penularan
penularan dari
dari rumahrumah
rumahrumah
bersirkulasi dalam darah •• Kebiasaan
Kebiasaan :: multiple
multiple biters
biters
•• Meletakkan
Meletakkan telurnya
telurnya dan
dan
5. Nyamuk kedua menghisap memproduksi
memproduksi larva
larva pada
pada atificial
atificial
darah yang mengandung virus containers
containers
6. Virus bereplikasi pada usus •• Faktor
Faktor yang
yang mempengaruhi
mempengaruhi
nyamuk dan organ lain, penularan:
penularan:
menginfeksi kelenjar ludah –– Kepekaan
Kepekaan vektor/kepadatan
vektor/kepadatan
–– Mobilitas
Mobilitas penduduk/kepadatannya
penduduk/kepadatannya
7. Virus bereplikasi pada
kelenjar ludah
Manifestasi infeksi dengue
Gejala DF dan DHF
Definisi Kasus untuk
Demam Berdarah Dengue

4 kriteria:
• Demam atau riwayat demam akut
• Manifestasi Perdarahan
• Trombositopenia (< 100,000/mm3)
• Ada bukti obyektif “leaky capillaries:”
– Kenaikan hematokrit (> 20% dari
baseline)
– Albumin rendah
– Efusi Pleura atau efusi lainnya
Definisi Kasus untuk
Sindroma Syok Dengue
• 4 kriteria DHF
• Bukti gagal sirkulasi yang bermanifestasi:
– Nadi cepat dan lemah
– Tekanan nadi rendah ( 20 mm Hg) atau
hipotensi sesuai dengan usia
– Kulit dingin dan lembab dan terjadi gangguan
kesadaran
• Frank shock : terdapat bukti langsung gagal
sirkulasi
WHO guidelines for the diagnosis of dengue haemorrhagic fever (DHF) and
dengue shock syndrome (DSS).
Bentuk Presentasi yang tidak biasa
dari Demam Dengue yang berat

• Ensefalopati (Penurunan kesadaran :


lethargy, confusion, coma; kejang; nuchal
rigidity; Parese)
• Kerusakan liver
• Cardiomiopati
• Perdarahan gastrointestinal berat
Patofisiologi DHF
•• Patofisiologi
Patofisiologi utama
utama DHF
DHF :: • Reinfeksi  konsentrasi
1.
1. Peningkatan
Peningkatan permeabilitas vaskular 
permeabilitas vaskular  kebocoran
kebocoran kompleks virus-Ab >>
plasma 
plasma  hemokonsentrasi,
hemokonsentrasi, tekanan
tekanan nadi
nadi melebar
melebar
dan
dan tanda2
tanda2 syok.
syok.
– Aktivasi sistem komplemen
2.
2. Gangguan
Gangguan hemostasis
hemostasis karena
karena perubahan
perubahan vaskular,
vaskular,
trombositopenia
trombositopenia dan koagulopati 
dan koagulopati  syok
syok dan
dan
 pelepasan anafilatoksin
perdarahan
perdarahan C3a dan C5a 
permeabilitas dd vasa ↑
•• DSS
DSS terjadi
terjadi setelah
setelah demam
demam turun (3-7) 
turun (3-7)  the
the – Agregasi trombosit 
immunological
immunological enhancement
enhancement hypothesis
hypothesis :: permeabilitas kapiler >>
–– Monosit,
Monosit, makrofag,
makrofag, histiosit
histiosit &
& sel
sel kupfer
kupfer tempat
tempat – Aktivasi faktor Hageman (XII)
utama
utama infeksi
infeksi  pembekuan intravaskuler
–– Non
Non neutralizing
neutralizing Ab,
Ab, sebagai
sebagai reseptor
reseptor spesifik
spesifik  plasmin : pembentukan
melekatnya
melekatnya virus
virus anafilatoksin dan
–– Virus
Virus berreplikasi.
berreplikasi. DHF/DSS
DHF/DSS tergantung
tergantung jumlah
jumlah sel
sel penghancuran fibrin
terinfeksi
terinfeksi
–– Permeabilitas
Permeabilitas vasa
vasa &
& DIC
DIC karena
karena mediator
mediator
Patofisiologi
• Perdarahan pada DHF :
– Trombositopenia
– Gangguan fungsi trombosit
– Kelainan sistem koagulasi

• BT memanjang : defek trombosit kuantitatif/kualitatif (mungkin karena proses


imunologis : kompleks imun dalam sirkulasi)

• Trombositopenia :
– Megakariosit muda dlm SSTL >> fungsinya terganggu
– Masa hidup trombosit & destruksi dlm SRE >>
– Kompleks imun dalam darah  agregasi trombosit
– Gangguan fungsi hati

• Syok tak teratasi  anoksia jaringan  asidosis metabolik  kematian (lih. Skema)
• Virus yang mati ≈ endotoksin  kerusakan sistem kapiler
• Masuknya virus  kompleks virus-antibodi  aktivasi sistem agregasi trombosit  DIC
Infeksi
Infeksi Dengue
Dengue
(heterolog)
(heterolog)

Gangguan
Gangguan lekosit
lekosit monosit
monosit Gangguan
Gangguan endotel
endotel Gangguan
Gangguan trombosit
trombosit
makrofag
makrofag

Pelepasan
Pelepasan PF3,
PF3, Sekuestrasi
Sekuestrasi SRE
SRE Degranulasi
Degranulasi
Aktivasi PF4,
PF4, BRG,
BRG, TXA2
TXA2
Aktivasi limfosit
limfosit

Sel Trombosit
Trombosit << Disfungsi
Disfungsi
Sel BB Sel
Sel NK
NK Sel
Sel TT PG
PG 22
Trombosit
Trombosit

Virus Permeabilitas
Permeabilitas kapiler
kapiler Aktivasi
Aktivasi pembekuan
pembekuan
Virus >> IFN
IFN ƔƔ
TNF >>
TNF
IL-1
IL-1
Ab+Ag
Ab+Ag >>
>> Permeabilitas
Permeabilitas kapiler
kapiler
>>
>>
Aktivasi
Aktivasi komplemen
komplemen
Permeabilitas
Permeabilitas kapiler
kapiler DIC
DIC Perdarahan
Perdarahan
Anafilatoksin
Anafilatoksin >>>
>>>
C3a,
C3a, C5a
C5a Konsumsi
Konsumsi faktor2
faktor2
pembekuan
pembekuan

Syok
Syok DIC
DIC Perdarahan
Perdarahan

Syok
Syok DIC
DIC Perdarahan
Perdarahan

Kematian
Kematian
Yip, 2009
SEPSIS
ACCP/SCCM Consensus Definition

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

• Temperature > 38°C or < 36°C


• HR > 90 beats/min
• RR > 20 breaths/min
• WBC > 12.000 cells/mm3, < 4.000 cells/mm3, or > 10% immature
(band) form

• One or two have to be abnormal temp or WBC


Infection :
Inflammatory response to microorganisms, or Invasion of normally sterile tissues

Bacteremia:
The presence of bacteria in the bloodstream (BSI)

Septicemia (NO LONGER USED)


The invasion and persistence of pathogenuc bacteria in blood stream

Sepsis :
infection plus 2 or more SIRS criteria

Severe Sepsis :
Sepsis plus cardiovascular dysfunction, ARDS or other 2 organ dysfuction

Septic Shock :
Hypotension despite fluid resucitation, need vasoactive drugs and 2 organ
dysfunction
Parasite

Others
SIRS
Virus
Severe Sepsis Burns
Infection
Sepsis
Fungus
shock
Trauma

BSI
Bacteria
Pancreatitis

Adapted from SCCM/ACCP Consensus Guidelines


SEPSIS & SEPTIC SHOCK
“life-threatening organ dysfunction caused by a dysregulated host
response to infection”

(Singer M et al. JAMA. 2016; 315[8]: 801- 810)

Septic shock is a subset of sepsis in which underlying


circulatory and cellular/metabolic abnormalities are profound
enough to substantially increase mortality.

Need Vassopressor to maintain


Persisting hypotension despite MAP ≥ 65 mmHg

adequate fluids resuscitation Serum lactat level > 2


mmol/L (18 mg/dL)
Sepsis mortality

• SIRS = 7%
• Sepsis Syndrome = 16%
• Severe Sepsis = 20%
• Septic Shock = 46%

• Once hypotension occurs


 50% mortality!!!!

Every hour a patient in septic shock doesn't receive


antibiotics,
the risk of death increases by 7.6%.
Greg Martin, David mennino,et al.
N Engl J Med, vol 347, No 13 – Sept 26, 2002 – www.nejm.org
Sepsis Pathophysiology
DIAGNOSIS SEPSIS
• Clinically sometimes difficult to diagnose
• Delay to diagnose and treatment  bad prognosis

• Criteria Inside ICU : Using


SOFA score or LODS score

• Criteria Outside of the ICU :


– There is an increasing
focus on early
recognition of sepsis.
(Singer M et al. JAMA. 2016; 315[8]: 801- 810)
– Using quick SOFA
(qSOFA)

44
SOFA SCORE

LODS SCORE

45
Screening patients likely to have sepsis

Sepsis

From: The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3) JAMA. 2016;315(8):801-810.
doi:10.1001/jama.2016.0287
TREATING SEPSIS : THE
LATEST EVIDENCE

07/05/2020 47
The Sepsis Bundle
Treating Severe Sepsis & Septic Shock

Per the New Core Measure Requirement!

1. Implement the Sepsis Protocol


a) Blood Culture X 2 sets = 4 bottles
b) Stat Serum Lactate and repeat Lactate if >18mg/dL
2. IV Broad spectrum antibiotics
3. IV fluid bolus of 30mL/kg (minimum) if patient has-
• SBP<90 or >40 below baseline or MAP <65
OR
• Initial Lactate ≥36mg/dL
Fluid bolus must
be completed
within 3 hours
from time of
presentation
Severe Sepsis/Septic Shock Bundle
Activate Within ONE hour of presentation
• Blood cultures x 2 sets
– Drawn before antibiotic and within 1 hr after TOP (time of presentation)
– 4 bottles total with minimum 8-10 mL/bottle
• IV Broad Spectrum Antibiotic
– Start within 1 hr after TOP unless given within past 24 hours
• Lactate
– Drawn within 1 hr after TOP
– Require 2-5mL blood in GREY top tube: Immediately put sample on ICE
Physician needs
& transport to lab for analysis. to document
– If initial Lactate >18, then repeat within 3 hrs after 1st lactate draw when the
• IV fluid bolus (0.9% NS or LR) treatment is
contraindicated
– Min 30 mL/kg only if Septic Shock present or patient
– Start within 1 hr after TOP and complete within 3 hrs refused.
50
(Vincent JL, 2011).
BACTERIAL INFECTION : LEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS
Merupakan penyakit infeksi pada manusia dan hewan bakteri
akibat spirochaeta patogen dari genus Leptospira. Infeksi ini
menimbulkan manifestasi klinik beragam mulai ringan hingga
gagal multi organ
ETIOLOGI
•• Genus leptospira, Famili Trepanometaceae, Ordo
Spirochaetales
–– L.
L. interrogans
interrogans yang
yang patogen
patogen
–– L.
L. biflexa
biflexa yang
yang non
non patogen
patogen
•• L. interrogans
interrogans tda
tda ++ 240 serotipe dalam 23 serogroup
•• Serotipe mengakibatkan sakit berat/fatal : L.
icterohemorhagica
•• Serotipe mengakibatkan sakit ringan : L. autumnalis, L.
bataviae, dll
•• Reservoir : rodent
rodent (tikus), babi, sapi, kambing, anjing,
kucing, burung, insektivora (landak, lkelelawar,
lkelelawar, tupai),
tupai), dll
dll
•• Tersering menginfeksi manusia :
–– L.
L. icterohemorrhagica
icterohemorrhagica dengan
dengan reservoir
reservoir tikus
tikus
–– L.
L. canicola
canicola dengan
dengan reservoir
reservoir anjing
anjing
–– L.
L. pomona
pomona dengan
dengan reservoir
reservoir sapi/babi
sapi/babi
PATOGENESIS
• Masa
Masa inkubasi
inkubasi 2-26
2-26 hr/7-13
hr/7-13 hr (10 hr)
• Melalui
Melalui port
port d’entrée
d’entrée (kulit, selaput lendir oral,
oral, nasal,
konjungtival,
konjungtival, dsb) leptospira
leptospira masuk
masuk dlm
dlm darah,
darah, berkembang
berkembang
biak,
biak, dan
dan menyebar
menyebar keke organ/jaringan
organ/jaringan tubuh.
tubuh.
• Imun
Imun respon
respon (humoral
(humoral & selular)  spirochetemia
selular)  spirochetemia
menghilang,
menghilang, namun
namun leptospira
leptospira (+) pada area imunologis
terisolasi
terisolasi (mis, ginjal)  di
di convoluted
convoluted tubules
tubules membentuk
membentuk
koloni2
koloni2  masuk
masuk dalam
dalam kemih
kemih (8
(8 hr-bbrp
hr-bbrp minggu
minggu pasca
pasca
infeksi
infeksi –– fase
fase konvalesens)
konvalesens)
• Bisa
Bisa (+)
(+) pada
pada binatang
binatang seronegatif
seronegatif  di
di ginjal
ginjal bisa
bisa
permanent
permanent nephritis
nephritis damage
damage
• Leptospirosis
Leptospirosis bisa
bisa mengakibatkan
mengakibatkan ggnggn hemostasis
hemostasis
• Endotoksin
Endotoksin leptospira
leptospira  kerusakan endotel  BT
memanjang
memanjang
• Demam mendadak Pola klinis 559 kasus di
• Nyeri kepala frontal, oksipital, bitemporal Malaysia (Tan, dkk) :
• Nyeri otot & muscular tenderness :
• Hiperestesia kulit

Demam 100%, Menggigil 22%
• Mual, muntah, mencret (50% kasus)

Conjunctival injection 54%


Ikterus 46%
Batuk dan sakit dada (25-86% kasus) 
Muscular tenderness 45%
• Hemoptisis (40% kasus di Korea/China) 
Nyeri otot/seluruh tubuh 32%
• Penurunan kesadaran (25% kasus) 
Gejala abdominal 29%
• Bradikardia relatif, TD normal 
Pening/sakit kepala 25%
• Conjunctival injection, fotofobia (hari 3-4) 
Hepatomegali 18%
• Pharingeal injection 
Splenomegali 6%
• Ruam kulit makular, urtikaria pada truncal 
Perdarahan 5%
• hepatoslenomegali 
Batuk-batuk 4%

Proteinuria 25%

Azotemia 20%

Fase I (leptospiremia) 
Munculnya IgM
4-9 hari  gejala hilang sementara 
Kadar C3 normal

Manifestasi klinis lebih bervariasi

Klinis fase leptospiremia muncul

Demam jarang > 390C (1-3 hr)

Meningismus (-)
Fase II (Fase Imun) 
LCS : pleiositosis (50-90% kasus)

Iridosiklitis

Neuritis optik

Mielitis jarang
Fase III (Fase rekonvalesens) 
Ensefalitis
Minggu II-IV – gejala menghilang 
Neuropati perifer
Leptospirosis ikterik & anikterik
Sindroma, Fase Gambaran klinik Laboratorium
Leptospirosis anikterik
Fase leptospiremia (3-7 hari) Demam tinggi, nyeri kepala, Darah, LCS
mialgia, nyeri perut, mual,
muntah, conjunctival suffusion
Fase imun (3-30 hari) Demam ringan, nyeri kepala, Urin
muntah, meningitis aseptik
Leptospirosis ikterik
Fase leptospiremia dan fase Demam, nyeri kepala, mialgia, Darah, LCS (mgg I), urin
imun (sering overlapping) ikterik, gagal ginjal, hipotensi, (mgg II)
manifestasi perdarahan,
pneumonitis hemoragik,
lekositosis

Antara
Antara fase
fase leptospiremia
leptospiremia dengan
dengan fase
fase imun
imun terdapat
terdapat periode
periode asimtomatik
asimtomatik (1-3
(1-3 hr).
hr).
Gejala pada komplikasi
• Ginjal : • Paru paru :
–– Gagal ginjal 
Gagal ginjal  kematian
kematian –– Hemorrhagic
Hemorrhagic pneumonitis
pneumonitis dg
dg
batuk
batuk darah
darah
• Mata : –– Nyeri
Nyeri dada
dada
–– Konjungtiva hemoragik 
Konjungtiva hemoragik  –– Respiratory
Respiratory distress
distress
septikemia
septikemia –– Sianosis
Sianosis
–– Fotofobia
Fotofobia • Perdarahan
• Liver : –– Vascular
Vascular damage
damage
–– Ikterus/jaundice
Ikterus/jaundice hr
hr IV-VI
IV-VI • Infeksi pada kehamilan
–– Hepatomegali
Hepatomegali –– konsistensi
konsistensi –– Abortus
Abortus
lunak
lunak –– Lahir
Lahir mati/prematur
mati/prematur
• Jantung : –– Kecacatan
Kecacatan
–– Aritmia
Aritmia
–– Dilatasi
Dilatasi jantung
jantung
–– Gagal jantung 
Gagal jantung  kematian
kematian
Klinis khas - Sindroma Weil
•• Leptospirosis
Leptospirosis berat
berat yang
yang ditandai
ditandai dengan
dengan ikterus,
ikterus, kadang
kadang
disertai
disertai perdarahan,
perdarahan, anemia,
anemia, azotemia,
azotemia, gangguan
gangguan kesadaran
kesadaran
dan
dan demam
demam tipe
tipe febris
febris kontinua
kontinua

•• Gejala
Gejala khas
khas muncul
muncul hari
hari ke
ke 3-6
3-6
–– Hepatomegali
Hepatomegali & & nyeri
nyeri tekan
tekan
–– SGOT
SGOT meningkat
meningkat (( jarang
jarang >> 5x
5x ))
–– Bilirubin
Bilirubin meningkat
meningkat
–– Gangguan
Gangguan ginjal
ginjal :: Proteinuria,
Proteinuria, Azotemia.
Azotemia. ATN,
ATN, Oliguria
Oliguria
–– Perdarahan
Perdarahan (epistaxis,
(epistaxis, hemoptisis,
hemoptisis, dll)
dll) karena
karena vaskulitits
vaskulitits difus
difus di
di
kapiler
kapiler disertai
disertai hipoprotrombinemia
hipoprotrombinemia & & trombositopenia
trombositopenia
Klinis khas - Meningitis aseptik
• Leptospirosis
Leptospirosis fase imun terjadi pleositosis hebat/cepat
• CSF
CSF
–– Lekosit
Lekosit 10-100/mm3
10-100/mm3 sd sd 1000/mm3
1000/mm3
–– Terbanyak
Terbanyak netrofil
netrofil &
& mononuklear
mononuklear
–– Glukosa
Glukosa normal/menurun
normal/menurun
–– Protein
Protein meningkat
meningkat sdsd 100
100 mg%
mg%
–– Xantokromasi
Xantokromasi CSF
CSF pada
pada pasien
pasien ikterus
ikterus
• Tersering
Tersering karena
karena L. canicola

Miokarditis

Aritmia
Aritmia jantung
jantung :: AF,
AF, VT,
VT, VPB
VPB

Jarang
Jarang :: kardiomegali,
kardiomegali, CHF
CHF

Kausa
Kausa :: L.
L. pomona
pomona &
& L.
L. grippotyphosa
grippotyphosa
Gambaran laboratorik
•• Lekositosis, netrofil 
Lekositosis, netrofil •• Diagnosis
Diagnosis laboratorik
laboratorik ::
•• KED 
KED –– Mikroskopik
Mikroskopik ::
•• Anemia
Anemia padapada keadaan
keadaan berat
berat •• Mikroskopik
Mikroskopik medan
medan gelap
gelap
•• Proteinuria,
Proteinuria, pyuria,
pyuria, cast,
cast, k/k
k/k •• Immunofluorescent
Immunofluorescent technique
technique
hematuria
hematuria mikroskopik
mikroskopik –– Kultur
Kultur darah/urine
darah/urine dan
dan LCS
LCS
•• BUN,
BUN, Ureum
Ureum dan
dan kreatinin
kreatinin penderita
penderita
meninggi
meninggi padapada komplikasi
komplikasi –– Serologis
Serologis (hr
(hr 6-12)
6-12)
•• Transaminasi
Transaminasi & bilirubin 
& bilirubin •• Macroscopic
Macroscopic agglutination
agglutination
pada
pada komplikasi
komplikasi hati
hati (40%
(40% ps)
ps) test
test
•• CPK  55 xx normal
CPK normal pada
pada fase
fase •• Mikroskopic
Mikroskopic agglutination
agglutination test
test
awal
awal (50%
(50% ps)
ps) (MAT)
(MAT)
•• LCS
LCS :: pleiositosis
pleiositosis dengan
dengan •• Indirect
Indirect hemagglutination
hemagglutination
peningkatan
peningkatan kadar
kadar protein
protein && •• IgM
IgM spesifik
spesifik ELISA
ELISA
glukosa
glukosa normal
normal
Diagnosis
• Riwayat pekerjaan
• Gejala/keluhan klinis Diagnosis
Diagnosis Banding
Banding ::
–– Demam
Demam mendadak
mendadak
–– Nyeri
Nyeri kepala
kepala frontal
frontal •• Influensa
Influensa
–– Mata
Mata merah
merah •• Meningitis
Meningitis septik
septik viral
viral
–– Keluhan •• Riketsiosis
Riketsiosis
Keluhan gastrointestinal
gastrointestinal •• Penyakit
Penyakit dg
dg ikterus
ikterus
•• Crandular
Crandular fever
fever
• Pemeriksaan fisik •• Brucellosis
Brucellosis
–– Demam •• Pneumonia
Pneumonia atipik
atipik
Demam
–– •• DBD
DBD
Bradikardia
Bradikardia •• Penyakit
Penyakit skut
skut SSP
SSP
–– Muscular
Muscular tenderness
tenderness •• FUO
FUO
–– Hepatomegali
Hepatomegali

• Laboratorik
–– Lekositosis
Lekositosis netrofilia, KED 
netrofilia, KED
–– Proteinuria,
Proteinuria, lekosituria,
lekosituria, cast
cast (+)
(+)
–– Bilirubin/transaminase 
Bilirubin/transaminase
–– BUN,
BUN, Ureum, kreatinin 
Ureum, kreatinin
Terapi
• Antibiotika : Penisilin, Streptomisin, Tetrasiklin,
Kloramfenikol, Eritromisin, Siprofloksasin
Pilihan I : Penisilin-G 1,5 juta IU/6 jam (5-7 hr)
• Antimikrobial efektif hr 1-3 namun kurang manfaat pada
fase imun dan tidak efektif jika disertai ikterus, gagal
ginjal maupun meningitis
• Suportif
–– Sesuai
Sesuai keparahan
keparahan & & komplikasi
komplikasi
–– Ggn
Ggn fungsi
fungsi hati
hati :: perawatan
perawatan hepatitis
hepatitis
–– Ggn
Ggn fungsi
fungsi ginjal
ginjal ::
•• Protein
Protein diet
diet sesuai
sesuai kreatinin
kreatinin
•• Keseimbangan
Keseimbangan cairan/elektrolit/asam
cairan/elektrolit/asam basa
basa
•• Azotemia/uremia
Azotemia/uremia berat
berat dilakukan
dilakukan dialisis
dialisis
Pengobatan & Profilaksis Leptospirosis
Derajat penyakit Penatalaksanaan Regimen
Leptospirosis ringan 1. Antipiretik Doxycycline, 100 mg 2x1, atau
2. Cairan/nutrisi adekuat Ampicillin, 500-750 mg 4x1, atau
Amoxicillin, 500 mg 4x1
3. Antibiotika
4. Penanganan komplikasi
Leptospirosis berat 1. Antipiretik Penicillin G, 1.5 jt unit IV /6 j, atau
2. Nutrisi dan cairan Ampicillin, 1 g IV /6 j, atau
Amoxicillin, 1 g IV /6 j, atau
3. Antibiotika-antileptospiral
Erythromycin, 500 mg IV /6 j
4. Penanganan gagal ginjal
5. Penanganan infeksi sekunder
6. Penanganan khusus
a. Hiperkalemia
b. Asidosis metabolik
c. Hipertensi
d. Gagal jantung
e. Kejang
f. Perdarahan
Chemoprophylaxis Doxycycline, 200 mg 1x seminggu
Prognosis
• Tergantung
Tergantung
–– KU
KU
–– Umur
Umur
–– Virulensi
Virulensi
–– Ada/tidaknya
Ada/tidaknya kekebalan
kekebalan
• Mortalitas
Mortalitas (AS)
(AS) 2,5-16,4
2,5-16,4 %% (7,1%)
(7,1%) pertahun
• Mortalitas
Mortalitas 10%
10% pd
pd usia
usia << 50 th dan 56% pada umur > 51
th
th
• Kematian
Kematian biasanya
biasanya akibat
akibat sekunder
sekunder faktor pemberat :
–– Gagal
Gagal ginjal
ginjal
–– Gagal
Gagal hati
hati
–– Perdarahan
Perdarahan
–– Keterlambatan
Keterlambatan pengobatan
pengobatan
Pencegahan
• Pekerja berrisiko tinggi harus diberi perlindungan dari
kontak dengan bahan terkontaminasi dengan urine
binatang reservoir  sepatu, masker, sarung tangan
• Hygiene perorangan
• Penyediaan air minum/pembersihan tempat
air/lingkungan
• Vaksinasi
• Pengendalian hospes perantara
• Edukasi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai