Anda di halaman 1dari 49

ANGARAN BAHAN BAKU

LANGSUNG

Pertemuan minggu ke 6

1
Pengantar :
• Perencanaan & Pengendalian Bahan Baku dan
suku cadang merupakan bagian dari PPL
Komprehensif
• Fase ini menuntut Perencanaan & Pengendalian
kebutuhan bahan baku dan suku cadang, tingkat
persediaan dan jumlah pembelian
• Jika kuantitas setiap produk telah ditentukan da -
lam Rencana Produksi, langkah selanjutnya ada -
lah menentukan berapa besar kebutuhan bahan
baku (unit & biaya) dan suku cadang, biaya tenaga
kerja langsung dan Biaya Overhead

2
Anggaran Bahan Baku (BB) & Komponen Suku
Cadang (SC)
Untuk menjamin jumlah yang tepat dari BB dan ter -
sedianya SC serta untuk merencanakannya, rencana
laba taktis harus meliputi :
1. Anggaran yang terinci yang menentukan jumlah dan biaya
BB & SC
2. Anggaran pembelian BB & SC yang saling berhubungan

Untuk merencanakan BB & SC diperlukan Sub Ang-


garan :
1. Anggaran BB dan SC
2. Anggaran Pembelian BB dan SC
3. Anggaran Persediaan BB & SC
4. Anggaran BB & SC yang Dipakai
3
Anggaran Bahan Baku

Bahan baku dikelompok menjadi :


• Direct Material adalah BB yg. membentuk dan meru-
pakan bagian produk yang biayanya dengan mudah ditelu
suri dari biaya produk tersebut. Bersifat variabel, yaitu ber
ubah secara proporsional dengan perubahan output. Suku
Cadang biasanya diklasifikasikan sebagai langsung. Con
• Indirect Material adalah BB yg. dipakai dalam proses
produk, tetapi biayanya sulit ditelusuri dari biaya produk
tersebut. Contoh : minyak pelumas
Anggaran BB Langsung hanya memasukkan jumlah BB lang-
sung yang dibutuhkan, sedang BB tak langsung dibuat dalam
Anggaran BB Tak Langsung (factory overhead)
4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
Anggaran Bahan Baku :
1. Hanya menyangkut kuantitas kebutuhan BB
2. Dibuat untuk setiap jenis produk
3. Untuk satu periode anggaran tertentu
4. Sebaiknya dibuat atas dasar pemakaian BB yang bertang -
gungjawab atas pengeluaran BB tersebut, untuk memper -
mudah pengendalian pemakaian BB
Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku :
1. Memberi data kepada Bagian Pembelian, sehingga dapat
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian pem-
belian BB dengan baik
2. Memberi data untuk Angg. Pembelian BB per-jenis produk
3. Menentukan tingkat persediaan yang optimal
4. Sebagai dasar perencanaan & pengendalian pemakaian BB
5
Estimasi Bahan Baku :

Estimasi jumlah kebutuhan BB memerlukan data penting :


1. Rencana Produksi (data diambil dari budget produksi)
3. Tingkat penggunaan standar (standard using rate = SUR)
• Perkalian antara Rencana Produksi dan SUR merupakan
jumlah kebutuhan bahan baku
• Penentuan SUR diperoleh dengan berbagai metode seperti
riset tehnik, rasio kebutuhan BB terhadap jumlah produk
atau atas dasar pengalaman
• Jika perusahaan telah mempergunakan Standard Cost Sys-
tem, maka dapat digunakan dalam pembuatan Anggaran
Bahan Baku

6
Anggaran Pembelian dan Anggaran Persediaan Bahan
Baku
• Penyusunan Anggaran Pembelian dan Persediaan
BB merupakan tanggungjawab Bagian Pembelian
• Anggaran ini secara rinci memuat :
1. Jumlah setiap jenis BB yang harus dibeli
2. Kapan pembelian harus dilakukan
3. Estimasi harga BB yang dibeli
• Perbedaan Anggaran Pembelian BB dengan Ang-
garan Kebutuhan BB :
1. Kuantitas BB dalam kedua anggaran tsb. berbeda seba-

gai akibat perubahan tingkat persediaan bahan baku


2. Anggaran BB hanya mencantumkan kuantitas kebutuh-
an saja, sedang Anggaran Pembelian BB mencantum -8
Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam Penyusunan Anggaran Persediaan BB, bebe -
rapa yang perlu dipertimbangkan :

1. Waktu dan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi


2. Pembelian yang ekonomis dengan potongan kuantitas
3. Tersedianya BB
4. Tenggang waktu (lead time) pemesanan - pengiriman
5. Daya than BB
6. Fasilitas penyimpanan yang diperlukan
7. Kebutuhan modal kerja untuk persediaan
8. Biaya penyimpanan
9. Perubahan-perubahan harga BB
10. Proteksi kekurangan BB
11. Risiko dalam persediaan
12. Opportunity cast (persediaan yang tidak mencukupi) 9
Sama halnya dengan kebijakan Persediaan Barang Jadi, kebi -
jakan Persediaan BB juga dimaksudkan untuk meminimum -
kan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Biaya Pemesanan :
Merupakan biaya yang dikeluarkan apabila perusahaan mela -
kukan pemesanan. Biaya ini berlawanan dengan tingkat per -
sediaan, yaitu :
• Semakin sering perusahaan melakukan pemesanan sema-
kin besar biaya penyimpanan, tetapi tingkat persediaan
relatif kecil.
• Sebaliknya semakin jarang melakukan pemesanan sema-
kin kecil biaya pemesanan, tetapi tingkat persediaan rela-
tif tinggi.
Contoh biaya pemesanan ini adalah biaya persiapan peme -
sanan biaya administrasi, biaya pengiriman pesanan dll.
10
Biaya Penyimpanan :
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
melaksanakan penyimpnanan bahan baku.
• Semakin banyak BB yang disimpnan sebakin besar tinggi
biaya penyimpanan, begitu pula sebaliknya
• Oleh karena itu, biaya penyimpanan ini mempunyai sifat
berlawanan dengan biaya pemesanan
Contoh biaya penyimpanan adalah sewa rung penyimpnan ,
biaya asuransi , biaya pemeliharaan dll.

11
Model Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantity = EOQ)
• Berdasarkan bahwa jumlah Biaya Pemesanan dan Biaya
Penyimpanan harus minimum , maka manajemen (Bagian
Pembelian) perlu menetapkan berapa jumlah pembelian yang
ekonomis setiap kali melakukan pembelian.
• Pendekatan EOQ sangat membantu menyelesaikan masa - lah
dalam minimalisir jumlah kedua biaya ini, yaitu deng - an
rumus :
EOQ =  2.A.O / C
EOQ = Jumlah yg harus dibeli pada setiap pemesanan
A = Kebutuhan BB selama periode tertentu ( 1 tahun)
O = Biaya pemesanan rata-rata
C = Biaya penyimpanan per-tahun untuk menyimpan
satu unit BB dalam persediaan misal : asuransi.

12
Ilustrasi :
Data PT. A menunjukkan sbb. :
a. Pemakaian BB tahunan yang direncanakan …… 5.400 unit
b. Biaya Pemesanan (setiap kali pesan) …………… $ 10,00
c. Biaya penyimpanan per-unit/per-tahun …………. $ 1,20
Perhitungan :
EOQ =  2.A.O / C
EOQ =  (2)(5.400)(10)/1,20 = $ 108.000/1,20
EOQ =  90.000 = 300 unit
Berdasarkan data diatas, jumlah pesanan yg ekonomis adalah
300 unit; pada nilai ini, biayanya minimal. Jumlah kebutuhan
5.400 unit akan dipesan sebanyak 5.400 : 300 = 18 kali dalam
setahun. Kapan pembelian harus dilakukan disebut sebagai
Reorder Point (ROP) yaitu pemakaian BB selama lead
time + safety stock
13
Dalam menentukan Reorder Point , yang perlu dipertimbang-
kan adalah hal-2 sbb. :
a. Lead time, yaitu waktu yang dibutuhkan (oleh pemasok
dan perusahaan) mulai dari penerimaan pesanan sampai
barang tiba di gudang dan siap digunakan untuk produksi
b. Jumlah barang yang digunakan untuk produksi selama
lead time
c. Safety Stock, yaitu besarnya persediaan yang harus selalu
ada untuk menjaga dari hal-2 yang tak terduga, misal keter-
lambatan pengiriman BB dll.

Perhitungan Reorder Point :


ROP = Pemakaian BB selama lead time + Safety Stock
Artinya, pada saat jumlah persediaan BB di gudang mencapai
jumlah seperti yang tercantum dalam ROP , maka pembelian
harus segera dilakukan.
14
Ilustrasi:
- Pemakaian BB perbulan (5400 : 12) …………… 450 unit
- Lead time ……………………………………….. 2 minggu
- Pemakaian selama lead time (2/4 x 450 unit) ……. 225 unit
- Safety Stock ……………………………………… 25 unit
- Reorder Point (225 + 25 unit) ……………………. 250 unit
(pemesanan kembali saat persediaan pada tingkat ini)

Hubungan antara EOQ, ROP dan Lead time sbb. :


325

250 ROP

EOQ
Safety Stock
25

2 minggu (lead time)


15
Just-in-Time Purchasing (Pembelian secara JIT)
• Perkembangan terakhir dalam pengendalian BB dan
Persediaan adalah pembelian secara JIT.
• Tujuan utama JIT adalah meminimisasi tingkat persediaan
yang akan berakibat pada biaya.
• Pada pendekatan ini BB tidak dibeli sampai diperlukan
untuk kebutuhan produksi, sehingga pendekatan ini dapat
meminimumkan biaya penyimpanan (holding cost)
• Persoalan kritis yang dihadapi adalah bahwa manajemen
harus dapat mengantisipasi secara tepat kapan BB diper -
lukan untuk produksi, sehingga perolehannya dapat ditun-
jukkan dalam Anggaran Bahan Baku untuk tujuan PPL

16
Anggaran Biaya Pemakaian B.B
• Anggaran Kebutuhan BB hanya memuat kuanti -
tas kebutuhan BB yang diperlukan
• Untuk menghitung jumlah biaya pemakaian BB masih di -
perlukan data harga setiap jenis BB per-unit yang diperlu-
kan untuk proses produksi.
• Oleh karena itu, Anggaran Biaya Pemakaian BB merupa -
kan kuantitas BB dikalikan dengan harga setiap jenis BB
per-unit
• Perhitungan tersebut tentu saja hanya berlaku jika harga
per-unit BB tetap, sepanjang periode anggaran
• Jika terjadi perubahan harga per-unit, maka meto
da-2 aliran biaya persediaan yang digunakan per-
lu dipertimbangkan, yaitu metode LIFO, FIFO,
metode rata-rata bergerak dan metode rata-rata
tertimbang 17
Aspek Perencanaan, Koordinasi dan Pengendalian Bahan
Baku

• Perencanaan BB yang dilakukan dengan baik dapat meng-


hindari terjadinya kekurangan atau kelebihan BB, yang
keduanya dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan
• Pada dasarnya Perencanaan BB (melalui Anggaran BB) dapat
mengoptimalkan biaya, karena kelancaran arus dan harga BB
berpengaruh secara langsung terhadap biaya pro duks. Apa yg
tercantum didalam Anggaran BB merupa - kan sasaran yg.
harus dicapai pada periode anggaran yad
• Penyusunan Anggaran BB memerlukan Koordinasi antara
kebutuhan, persediaan dan pembelian BB. Koordinasi yg.
baik sangat membantu perencanaan aspek-2 yg lain, misal
laba, kebutuhan modal kerja posisi kas dll.
18
• Salah satu dari tugas-tugas Bagian Pembelian adalah men-
jaga kelancaraan arus penyediaan BB. Oleh karenanya Ba
gian Pembelian harus memiliki data lengkap mengenai pa
ra pemasok yang baik, pemasok lama dan pemasok yang
baru.
• Bagian Pembelian juga harus mengusahakan kualitas ting-
gi BB yang dibeli, sekaligus dapat menekan harga BB. Hal
ini dapat dilakukan dengan baik apabila proyeksi ma- sa
yang akan datang dilakukan secara realistis.
• Pada dasarnya Anggaran BB merupakan tolok ukur yang
dapat digunakan dalam melakukan Fungsi Pengendalian.
Pengendalian dilakukan dengan cara membandingkan
antara realisasi dengan rencana.

19
Laporan Kinerja Internal
• Laporan ini harus dibuat, biasanya setiap bulan oleh setiap
Pusat Pertanggungjawaban
• Laporan memuat :
a. Varian/penyimpangan harga BB
b. Varian/penyimpangan pemakaian BB (termasuk yang
busuk, rusak dan sisa yang abnormal)
c. Varian/penyimpangan dari persediaan standar

Ilustrasi:
Untuk mengilustrasikan pertanggungan jawaban untuk BB -
pembelian dan pemakaian - dimasukkan dalam Laporan
Kinerja Internal sbb. :

20
1. Fungsi Pembelian (Purchasing Function)
Tanggungjawab Manajer Pembelian terdiri atas harga, kuali -
tas yang dibeli dan tingkat Persediaan BB
Asumsi 1 : Anggaran Pembelian BB A, Januari :
- Rencana Pembelian …………….… 12.000 unit
- Estimasi harga per-unit …………… $ 1,20

Asumsi 2 : Realisasi Pembelian BB A, Januari :


- Jumlah Pembelian ………..…….… 11.500 unit
- Harga aktual per-unit ………….… $ 1,26

21
LAPORAN KINAERJA/PELAKSANAAN

Departemen : Pembelian
Manajer : Ir. Tominse
Bulan : Januari 2005

Varian
Realisasi Rencana Jumlah %

Bahan Baku : A
- Jumlah pembelian 11.500 unit 12.000 500 x) 4%
- Harga per-unit $ 1,26 1,20 0,06 x) 5%
- Jumlah harga $ 14.490 13.800 *) 690 x) 5%
- Rasio perputaran 2,7 2,5 0,2 8%

Bahan Baku : B - idem-


*) Dihitung dengan mengalikan realisasi pembelian dengan estimasi harga :
11.500 unit x $ 1,20 = $ 13.800
x) Varian tidak menguntungan (unfavourable)
22
Laporan Kinerja tersebut menunjukkan tanggungja -
wab Manajer Pembelian :
1. Kuantitas yang dibeli vs yang direncanakan
2. Varian harga beli
3. Keadaan turnover
4. Pengendalian biaya Departemen Pembelian
• Pada beberapa industri, laporan Kinerja juga diukur
dengan kualitas BB yang dibeli
• Sebagai contoh : perusahaan pengolah daging atau pengi -
langan minyak akan memiliki kualitas produk tinggi atau
rendah sangat tergantung pada apakah BB yang diguna -
kan didalam produksi baik atau buruk

23
2. Fungsi Pemakai (User Function)
Tanggungjawab Supervisor Departemen Produksi atas pema-
kaian BB. Realisasi pemakaian BB dibandingkan dengan ren-
cana/standar dalam bulan ybs. dan total pemakaian dilaporkan
dalam Laporan Kinerja

Asumsi 1 : Data rencana laba Dept. Produksi :


- Rencana Produksi ………………………….… 2.200 unit
- Kebutuhan BB A per-unit produk ………… … 2 unit
- Estimasi harga BB A …………………………. $ 1,20
Asumsi 2 : Realisasi pada Dept. Produksi X, Januari :
- Produksi ………………………...………..…. 2.000 unit
- Pemakaian BB A ………………………… … 4.300 unit
- Harga BB A per-unit …………………………. $ 1,26

24
LAPORAN KINAERJA/PELAKSANAAN

Departemen : Produk X
Manajer : Ir. Jie Han
Bulan : Januari 2005

Varian
Realisasi Rencana Jumlah %

- Output Depertemen 2.000 unit 2.200 200 x) 9%


Bahan Baku A :
-Unit 4.300 unit 4.000 300 x) 8%
-Biaya $ 5.160 4.800 360 x) 8%
Bahan Baku B : - idem -
Upah langsung : - idem -
Overhead pabrik : - idem -
x) unfavourable
25
Perhatikan bahwa :
• Realisai biaya $ 5.160 didasarkan pada harga taksiran
(standar) per-unit $ 1,20 (bukan $ 1,26) karena penyim-
pangan harga ini bukan menjadi tanggungjawab Depar -
temen X, tetapi tanggungjawab Bagian Pembelian
• Kolom Rencana bahan baku A disesuaikan dengan rea -
lisasi/aktualnya, yaitu sebesar 2.000 unit (2.000 unit x 2 x
$ 1,20 = $ 4.800)
• Tidak boleh membandingkan biaya sebenarnya ($ 5.160)
untuk memproduksi 2.000 unit dengan jumlah rencana
untuk memproduksi 2.200 unit. Karena laporan yg demi -
mikian akan membandingkan hal yang berlainan dan hasil
varians kinerjanya tidak tepat

26
• Lihat Soal Kasus

27
Perencanaan Tingkat Persediaan dan Pembelian
Perusahaan Non-Manufaktur

Setelah selesai Rencana/Anggaran Penjualan, 3 ang -


garan lainnya harus dibuat :
1. Rencana Persediaan - jumlah barang dagangan yang harus
ada pada awal bulan (Persediaan Awal)
2. Rencana Pembelian pada Harga Eceran - jumlah barang
dagangan yang harus dibeli tiap bulan. Rencana ini juga
menunjukkan Persediaan Akhir)

3. Pembelian pada Biaya yang Direncanakan - pengeluaran


yg dbutuhkan untuk membayar pembelian barang dagang

28
Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan tingkat Persediaan Awal :
1. Kebutuhan dasar persediaan, yaitu bahwa investasi yang
penting untuk menjaga bermacam barang yang perminta -
annya relatif stabil, tetap memadai
2. Barang dagang yang dipromosikan diperlukan untuk men-
capai volume yang direncanakan untuk bulan itu.
3. Kebijakan Departemen : Apakah sejauh ini kebijakan yang
dominan sudah mempertimbangkan persaingan ?
4. Apa hubungan persediaan dengan penjualan ? Apakah hu -
bungan ini menjamin perputaran yang maksimum dan pa -
da saat yang sama mencapai persediaan yang memadai ?

29
Perencanaan Tingkat Persediaan pada Perusahaan
Non-Manufaktur
• Perusahaan harus merencanakan jumlah stock persediaan
pada awal bulan.
• Persediaan awal + pembelian selama bulan ybs. cukup
mendukung penjualan yang direncanakan
• Persediaan harus dijaga pada tingkat yang meminumkan
risiko kerugian karena perubahan model atau produk mu-
siman, keusangan, dana yang tertanam dalam persediaan.
• Koordinasi keperluan penjualan, pembelian dan tingkat
persediaan membutuhkan pertimbangan yang baik disam-
ping pendekatan analitik dan komputerisasi
• Perusahaan dagang menggunakan rasio persediaan - penju
alan untuk merencanakan tingkat persediaan
30
Metode Perhitungan Rasio Penjualan sbb. :
1. Pada harga eceran :
Persediaan rata-2 harga eceran/ Penjualan bersih = Rasio
persediaan-penjualan pada harga eceran
2. Pada harga biaya :
Persediaan rata-2 harga pokok/ Biaya Penjualan = Rasio
persediaan-penjualan pada harga pokok

Biasanya, perusahaan besar dan eceran mendasarkan perhi -


tungannya pada harga eceran bukan pada harga pokok.
Publikasi perdagangan menyediakan informasi yang berguna
mengenai rata-rata industri yang lalu untuk rasio persediaan-
penjualan

31
Perencanaan Pembelian pada Perusahaan Non-
Manufaktur
Formula yang digunakan untuk menghitung pembelian yang
direncanakan pada nilai eceran :
Pembelian yang direncanakan (nilai eceran) :
Penjualan bersih yang direncanakan
+/+ Potongan/reduksi yang direncanakan
+/+ Persediaan akhir bulan yang direncanakan
-/- Persediaan awal bulan yang direncanakan

Logika formula ini adalah : pembelian harus sama dengan penjualan,


ditambah atau dikurangi perubahan dalam persediaanbarang yg ada,
dengan mengasumsikan semua barang dinilai pada harga eceran.
Tambahan lagi, barang harus dibeli secukupnya agar termasuk pe -
ngurangan /potongan dalam barang
32
Perhitungan Tingkat Persediaan Awal Bulan (menurut Departemen,
khusus bulan Pebruari) Ready Department Store :

Rasio Persediaan Penjualan Bersih Persed. Awal Bulan


Penjualan Awal Yang Direncana- Yang Direncanakan
Bulan yang Di - kan (data Pebru- Pada harga Eceran
Departemen rencanakan ari gbr.5-6) (Pebruari gbr. 5-6)

Mantel wanita 2 x $ 8,100 = $ 16,200


Pakaian wanita 3 x 29.700 = 89.100
Perlengk. Pria 2,5 x 16.200 = 40.500
Bahan Korden, 1,5 x 10.800 = 16.200
Tirai dsb.
Lain-lain 3,5 x 25.200 = 88.200

To t a l 2,78 $ 90.000 $ 250.200


(rata-rata)

Gambar 7-1
Persediaan akhir bulan, adalah persediaan awal bulan berikutnya

33
Pengurangan/Reduksi, termasuk :
1. Faktor pengurang (markdown)
2. Diskon untuk pegawai
3. Diskon untuk beberapa jenis pelanggan, seperti
panti sosial dll.
4. Pengurangan persediaan karena dicuri dan kasus
lain

Formula dapat dijelaskan dengan ilustrasi sbb. :

34
Item-Pada Harga Eceran Kasus A Kasus B Kasus C
Penjumlahan yg direncanakan $ 10,000 $ 10,000 $ 10,000
+/ Reduksi yg. direncanakan $ 0 $ 1,000 $ 1,000
T o t a l $ 10,000 $ 11,000 $ 11,000
+/ Persediaan akhir bulan
yang direncanakan $ 0 $ 0 $ 4,000
Pembelian yang dibutuhkan
pada nilai eceran $ 10.000 $ 11.000 $ 12.000

• Formula ini dapat digunakan pada klasifikasi dalam suatu depar temen
atau keseluruhan toko
• Pembelian yang direncanakan (pada harga eceran) untuk Pebru- ari
untuk penjualan bersih yang direncanakan seperti dalam gbr. 5-6 bisa
dihitung sepeti gbr. 7-1 dan 7-2
• Pengurangannya tidak termasuk dalam Anggaran Penjualan, namun
harus termasuk dalam pembelian karena barang yang hilang atau
dicuri sudah dibeli _
35
• Gambar 7-2 menunjukkan pembelian yang direncanakan
pada harga eceran saja; meskipun pembelian harus diren-
canakan pada harga pokok. Ini membutuhkan suatu kon -
versi dari harga ecerean ke harga pokok seperti ditunjuk-
kan pada gambar 7-3 Kolom terakhir menunjukkan ang-
garan pembelian pada harga pokok
• Konversi pembelian pada harga eceran ke pembelian pada
harga pokok didapat dengan mengalikan jumlah eceran de
ngan faktor pengali (multiplier) harga pokok yang me -
rupakan pelengkap persentase faktor penambah awal yg
direncanakan atas harga jual.
• Pembelian yang direncanakan, pada harga pokok, terga -
bung dalam anggaran lainnya seperti halnya anggaran kas,
dengan perlakuan yang serupa dengan yang diilustrasikan
untuk biaya produksi perusahaan manufaktur.
36
Perhitungan Pembelian yang Direncanakan pada Harga Pokok (menurut
Departemen, khusus bulan Pebruari) Ready Department Store :
1 2 3 4 5
Penjualan Reduksi Persediaan Persediaan Pembelian
Bersih yg. yg Diren- Akhir bln. Awal bln. yg.Direnc.
Direncana. canakan Pebruari*) Pebruari u/Pebruari
Departemen (gambar 5-6) (ditentukan) (ditentukan) (gbr. 7-1) (1+2+3-4)

Mantel wanita $ 8,100 $ 500 $ 16.200 $ 16.200 $ 8.600


Pakaian wanita 29.700 2.000 87.100 89.100 29.700
Perlengk. Pria 16.200 1.000 41.500 40.500 18.200
Bahan Korden, 10.800 800 17.000 16.200 12.400
Tirai dsb.
Lain-lain 25.200 1.200 86.000 88.200 24.200

To t a l $ 90.000 $ 5.500 $ 427.800 $ 250.200 $ 93.100

Gambar 7-2
Persediaan akhir bulan(mis.Pebr), adalah persediaan awal bulan
berikutnya

37
Konversi Pembelian yang Direncanakan pada Harga Eceran ke Harga Po-
kok (menurut Departemen, khusus bulan Pebruari) Ready Depart. Store :

Pembelian Markup Awal Biaya Pembelian


yang Diren- yang Diren Pengali yg Direncan.
canakan canakan Pebruari
Departemen (harga eceran) (harga jual) (harga pokok)

Mantel wanita $ 8,100 60% 40% $ 3.440


Pakaian wanita 29.700 70% 30% $ 8.910
Perlengk. Pria 18.200 50% 50% $ 9.100
Bahan Korden, 12.400 40% 60% $ 7.440
Tirai dsb.
Lain-lain 24.200 50% 50% $ 12.100

To t a l $ 93.100 $ 40.900

Gambar 7-3
Data ilustrasi ini dibuat hanya untuk 1 bulan (Pebruari) prosedur yang
serupa untuk setiap bulan

38
Faktor Penambah (Markup) dan Faktor Pengali
(Multiplier) Harga Pokok yang Digunakan
Perusahaan Eceran
• Faktor Penambah (Markup) adalah selisih antara Harga Pokok
dan Harga Jual suatu komoditi. Faktor Penambah ditunjukkan
secara beragam dalam nilainya atau sebagai persentase salah
satu dari 1) Harga Pokok, atau 2) Harga Eceran
• Contoh : Jika 100 barang dengan harga pokok total $ 600 di -
putuskan dijual seharga $ 100, maka faktor penambahnya ada-
lah $ 40 atau $ 0,40 per-unit. Markup dalam % dapat ditun juk
kan dalam kedua cara sbb. :

1. Pada Harga Pokok : $ 40/60 x 100% = 66 2/3 %


2. Pada Harga Eceran : $ 40/100 x 100% = 40 %

39
• Faktor Penambah Awal (Initial Markup) adalah selisih antara
Harga Pokok dan Harga Eceran yang semula atau yang pertama-
tama ditetapkan atas barang, Jumlah faktor penambah awal
dalam contoh diatas adalah $ 40 atau $ 0,40 per-unit
• Faktor Penambah Nyata (Maintained atau Realized Markup)
adalah selisih antara Harga Pokok dan Harga Jual aktual. Jika
dalam contoh diatas, ke-100 barang diberi faktor pengurang dari
$ 100 menjadi $ 90 dan kemudian dijual, maka faktor
penambahnya (margin kotor) adalah $ 30 atau $ 0,30 per-unit
Contoh diatas dapat dirangkum dengan cara :
Penjualan (100 unit) $ 100 $ 90
Harga Pokok Penjualan 60 60
Faktor Penambahan Awal $ 40 (40% d/penjual)
Faktor Penambah Nyata $ 30 (331/3%d/ penjual)
Perbedaan faktor penambah awal dan penambah nyata disebabkan oleh pe-
ngaruh faktor penambah tambahan dan pengurangan-2, termasuk faktor
pengurang, diskon dan kekurangan persediaan.
40
• Dalam perencanaan, pertimbangan yang cermat harus dicurahkan untuk
membuat (1) Faktor Penambah Awal yang Direncanakan (2) Faktor
Penambah Nyata yang Direncanakan.
• Prosedurnya dapat diilustrasikan sbb. :
- Penjualan Bersih yang Direncanakan ………………………. $ 5.000
- Pengurangan yang Direncanakan ……………………………. $ 400
Total barang yang dibutuhkan pada harga eceran
(sebelum pengurangan) …………………………………………. $ 5.400
Faktor Penambah Nyata yang direncanakan atas
penjualan bersih, 60%; maka 60% x $ 5.000 = ……………… $ 3.000
Pertanyaan :
Berapa Faktor Penambah Awal barang yang dibutuhkan (dhi. $ 5.400) ha
rus direncanakan untuk mencapai Faktor Penambahan Nyata yang Diren-
canakan sebesar 60% (dalam hal ini $ 3.000) ?
Jawaban :
Faktor Penambah Awal = $ 3.000 ditambah pengurangan $ 4 400. Dengan
demikian % Faktor Penambahan Awal pada harga eceran adalah :
$ 3.400 : $ 5.400 x 100% = 62,9629% pada harga eceran
atau 170% pada nilai harga pokok
(60%+8%) :(100%+8%) = 62,9629%
8% = $ 400 : $ 5.000 x 100%

41
Pembuktian :
- Penjulalan (nilai kotor eceran) …………………… $ 5.400
- Pengurangan …………………………………….. 400
Penjualan bersih ……………………………………. $ 5.000
Harga pokok Penjualan $ 5.400 x (1- 62,9629%) …. $ 2.000
Margin kotor ……………………………………….. $ 3.000

Faktor Penambhan Nyata = $ 3.000 : $ 5.000 x 100% = 60%

42
Konversi Faktor Penambah :
Meskipun Faktor Penambah biasa didasarkan pada harga ecer
an, namun saat barang tiba suatu Faktor Penambah pada har-
ga pokok harus digunakan untuk mencapai Faktor Penambah
pada harga eceran. Sebagai contoh : Suatu barang dengan har
ga pokok satuan $ 0,60 harus diberi Faktor Penambah
662/3%
atas harga pokok untuk dijual pada suatu harga 40% atas har -
ga eceran, yakni :

• Kasus A - Faktor Penambah atas dasar Harga Pokok :


1. Harga Pokok ………………………………….. $ 0,60
2. Harga jual ($ 0,60 x 1662/3%) ……………….. $ 1,00
3. Faktor Penambahn atas harga pokok :
( $ 0,60 x 662/3%) ……………………………….. $ 0,40
43
• Kasus B - Faktor Penambah atas dasar Harga Jual :
1. Harga Jual .. ………………………………….. $ 1,00
2. Faktor Penambahan pada harga eceran :
…………………………………. $ 0,40
( $ 1,00 x 40%)
3. Harga Pokok ( $ 1,00 x 60%) ………………… $ 0,60

Lihat tabel Faktor Penambah yang Disamakan (hal 220)

44
Perencanaan Pembelian Terbuka (open-to-buy) :
• Merupakan istilah yang biasa digunakan dalam perusaha - an
non-manufaktur yang berarti jumlah yang dapat dibe - lanjakan
untuk barang-2 selama periode waktu tertentu. Sebagai
contoh :
Jika harga pokok dari pembelian yang direncanakan untuk
departemen tertentu untuk suatu bulan $ 2.000 maka pem-
belian terbuka adalah $ 2.000 sebelum pembelian apapun
dilakukan. Jika sampai hari yang ke-15, pembelian mem
belanjalkan $ 1.200 maka pembelian terbuka $ 800
• Pengendalian pembelian seringkali dicapai dengan cara
menggunakan laporan pembelian terbuka
• Perhitungan dari pembelian terbuka sepanjang suatu peri -ode
tertentu dapat merupakan fungsi dari beberapa faktor. Contoh :
Data berikut ini untuk Mantel dan Stelan Wanita (dari gambar
7-1)

45
• Contoh :
Data berikut ini untuk Mantel dan Stelan Wanita (dari gambar
7-1)
Pada Harga Eceran
- Penjualan yang direncanakan u/Pebruari …….. $ 8.100
- Persediaan awal bulan …………………… …. 16.200
- Persediaan akhir bulan yang direncanakan …… 16.200
- Pengurangan yang direncanakan untuk sebulan .. 500
- Penjualan aktual sampai saat ini (20 Pebr) ….. 5.000
- Pengurangan aktual sampai saat ini …………... 300
- Barang dagang yang diterima sampai saat ini
(pada harga eceran) ………………………….. 6.000

Faktor penambahan awal yang direncanakan 40% pada


harga eceran (662/3% pada harga pokok)
46
Pembelian Terbuka pada 20 Pebruari dihitung sbb. :
Persediaan yang Diperlukan :
Persediaan Akhir yang direncanakan …………….$ 16.200
Sisa Penjualan yang direncanakan bulan Pebruari :
- Penjualan yang direncanakan untuk Pebr. ….. $ 8,100
- Dikurangi : Penjualan aktual sampai 20 Pebr. 5.000 = 3.100
Pengurangan yang direnc. untuk sisa dari Pebr :
- Pengurangan yang direnc. untuk Pebr. ……... $ 500
- Dikurangi : Pengurangan aktual sampai 20 Pebr. 300 = 200
Total Persediaan yang Diperlukan $ 19.500

47
Persediaan yang Ada :
Persediaan yang tersedia pada 20 Pebr. :
- Persediaan awal bulan …………. $ 16.200
- Barang yang diterima s/20 Pebr 6.000 = $ 22.200
Dikurangi :
- Pengurangan aktual s/20 Pebr. $ 300
- Penjualan aktual s/20 Pebr. 5.000 = $ 5.300 = $ 16.900
Persediaan pesanan untuk pengiriman bulan Pebr. 2.000
T o t a l ……………… $ 18.900
Pembelian Terbuka pada harga eceran (pada 20 Pebr) … $ 600
Faktor Pengali harga pokok (100% - 40%) ……………. 60%
Pembelin Terbuka pada harga penjualan (pada 20 Pebr.) $ 360

Apabila persediaan yang ada lebih dari yang dikebutuhkan, maka


departemen itu “kelebihan membeli”

48
Pembahasan Pokok utama dalam membuat Anggaran
Barang Dagang diilustrasikan pada :
Rencana No. Gbr Masukan dasar Manajemen
(Yang Ditentukan)

Rencana Penjulan 5-5 1. Proyeksi total penjualan


menurut Bulan perusahaan - nilai
2. Siklus penjualan musiman yg.
diproyeksikan - persentase
Rencana Penjualan 5-6 3. Andil Ddepartemen atas total
menurut Departemen penjualan yang diproyeksikan
menurut bulan - persentase (%)
Rencana Persediaan 7-1 4. Persediaan/Penjualan awal bu -
(Awal bulan) lan yg. direncanakan - rasio

Anggran Pembelian 7-2 5. Pengurangan yg direncanakan


(pada harga eceran) menurut dept. - nilai atau %
Anggaran Pembelian 6. Faktor penambah awal yg. di -
(pada harga pokok) rencana. atas harga eceran - %
49

Anda mungkin juga menyukai