Anda di halaman 1dari 46

Afiyah Putri Zada

NIM:1911901002

PEMBIMBING
dr. Devi Gusmaiyanto, Sp.A, M.Biomed

PENDEKATAN DIAGNOSIS
DAN
TATALAKSANA SEFALGIA
DEFINISI

Sefalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau


merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah
kepala
EPIDEMIOLO
GI
 Sefalgia merupakan keluhan nyeri tersering yaitu
sebesar 77,6% pada anak berusia 11-17 tahun

 Prevalensi sefalgia cendrung meningkat seiring


bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada
usia remaja

 Sebelum pubertas :
anak laki-laki > perempuan
 setelah pubertas: anak perempuan
 Sakit kepala juga dapat dijumpai pada anak
yang lebih kecil.
EPIDEMIOLO
GISakit kepala yang paling tersering terjadi:
Sakit kepala primer
(migren dan tension type headache)
yang hampir terjadi pada 40% sefalgia akut pada
anak

Sakit kepala sekunder gejala suatu kelainan atau


penyakit baik di dalam maupun diluar SSP (Infeksi
diluar SSP,Trauma kepala, perdarahan intrakranial,
hipertensi intrakranial idiopatik, medicatione overuse)

Sisanya merupakan penyakit kepala sekunder


dengan penyebab yang tidak berbahaya, misalnya
karena demam atau infeksi virus diluar SSP
PATOFISIOLOGI

Bagian-bagian di kepala memiliki nosiseptor

Kompartemen intrakranial
Kompartemen ekstrakranial
(meningens beserta pembuluh
(arteri, otot, saraf perifer)
darahnya)

Inflamasi, vasodilatasi dan tension (peregangan) pada bagian


tersebut akan menstimulasi nosiseptor yang ada

Stimulus diteruskan ke talamus

sefalgia
PATOFISIOL
OGI
Pada TTH  ekstrakranial
Berupa kontrkasi persisten otot di sekitar kepala Infeksi SSP  proses inflamasi dan
Ex: postur kepala dan leher, mengernyitkan dahi, vasodilatasi
mengatupkan gigi

Tumor otak  pereganggan struktur struktur Migren  interaksi kompleks antara


intrakranial terjadi akibat tekanan intrakranial proses neural dan vaskular
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA

Sefalgia Akut Primer

MIGREN
Pada anak kecil, gejala muntah atau "pusing" (vertigo)
seringkali lebih menonjol daripada sakit kepala.

Unilateral Bilateral

Berdenyut
Atau
seperti di pukul Frontal/ temporal
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA

Sefalgia Akut Primer

MIGREN
Serangan migrain pada anak  durasi 30-60 menit.

Fotofobia atau fonofobia

Anak juga dapat malas makan, mual dan muntah saat


serangan, dan akan perbaikan setelah anak tidur
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA

Sefalgia Akut Primer FAKTOR PEMICU

MIGREN
1. stres psikis
2. Kelelahan
3. kurang tidur
4. Puasa
5. Dehidrasi
6. infeksi
7. Sebagian anak melaporkan makanan atau minuman
tertentu sebagai pemicu migrain.
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA

Sefalgia Akut Primer

MIGREN MIGREN DENGAN AURA  Jarang dijumpai pada anak

Sering kali anak yang mengalami migrain dengan aura juga pernah
mengalami migrain tanpa aura

Aura  5-20 menit, jarang melebihi 30 menit

Visual Sensorik

Setelah serangan aura akan hilang sama sekali.

Pada aura yang tidak diikuti sakit kepala perlu dicurigai penyebab
selain migrain
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Akut Primer MIGREN

Migren Tanpa Aura


A. Minimal 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Sakit kepala berlangsung 1-72 jam (diobati atau terapi gagal)
C. Sakit kepala minimal mempunyai 2 dari kriteria berikut:
1. Lokasi unilateral, bilateral atau frontal
2. Berdenyut
3. Intensitas sedang sampai berat
4. Diperberat atau menyebabkan gangguan aktifitas rutin seperti
berjalan atau naik tangga.
D. Selama serangan terdapat minimal 1 gejala berikut: mual dan/atau
muntah, fotofobia dan fonofobia.
E. Tidak disebabkan penyakit lain
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Akut Primer MIGREN

Migren dengan Aura


A. Minimal 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Aura terdiri dari minimal 1 gejala berikut :
1. Gejala visual yang reversibel (cahaya berkedip-kedip, lingkaran atau
garis) dan/atau hilangnya penglihatan.
2. Gejala sensori yang reversibel (ditusuk-tusuk dengan benda tajam/
tumpul) dan/atau kesemutan.
3. Gangguan bicara yang reversibel
C. Minimal 2 dari gejala berikut :
1. Gejala visual homonimous dan/atau gejala sensori unilateral
2. Minimal 1 gejala aura yang timbul bertahap > 5 menit dan/atau
gejala aura yang berbeda menghilang dalam waktu > 5 menit.
3. Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit
D. Sakit kepala memenuhi kriteria B-D untuk migren yang mulai selama
aura atau setelah aura dalam waktu 60 menit
E. Tidak disebabkan penyakit lain.
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Akut Primer
Tension Type
Headache
sakit kepala primer yang sering terjadi pada anak, namun
biasanya serangan yang terjadi tidak seberat pada migrain

FAKTOR PENCETUS
SAMA SEPERTI Intensitas nyeri  ringan sampai sedang,namun dapat
MIGRAIN berlangsung lama, mulai dari beberapa jam hingga beberapa
hari.

seperti kepala diikat atau ditekan, pemicunya yang khas


adalah nyeri dan ketegangan otot, terutama di leher dan bahu
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Akut Primer
Tension Type
Headache
Tata laksana  identifikasi dan penghindaran faktor pencetus
serta modifikasi perilaku (perbaikan postur dan relaksasi otot).
Serangan akut  obat obat analgetik
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Sekunder

Medication
Overuse Headache Penggunaan analgetik yang terlalu sering menvebabkan sakit
kepala "rebound" akibat disfungsi jalur penghantaran nyeri.

Pada pasien yang menggunakan triptan, alkaloid ergot, atau


kombinasi obat-obatan tersebut ≥10 hari per bulan atau
parasetamol, aspirin, atau obat anti-infiamasi non-steroid ≥15
kali per bulan
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Sekunder TATALAKSANA

Medication
Menghentikan obat penyebab dan edukasi alternatif terutama
Overuse Headache
modifikasi perilaku dan penghindaran faktor pencetus
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Sekunder

Hipertensi
Intrakranial merupakan peningkatan TIK tanpa adanya penyebab yang
Idiopatik jelas
(pseudotumor serebri)

Sakit kepala dirasakan setiap hari dan dapat disertai mual,


muntah, bahkan gejala-gejala mirip migrain. Lokasi dan
karakteristik sakit kepala biasanya lebih sulit dideskripsikan
dibandingkan migrain
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Sekunder

Hipertensi
Intrakranial Pada bentuk klasik umumnya terdapat gangguan visus
Idiopatik sementara, tinitus, dan diplopia.

Terkadang dapat ditemukan kaku kuduk, strabismus,


penurunan kesadaran, dan ataksia.
REFERAT
KLASIFIKASI SEFALGIA
Sefalgia Sekunder

Hipertensi
Intrakranial Pada funduskopi ditemukan edema papil. Anak dengan
Idiopatik dugaan hipertensi intrakranial idiopatik memerlukan
pencitraan otak untuk menyingkirkan penyebab peningkatan
TIK lainnya.

Tata laksananya adalah dengan pemberian asetazolamid dan


pungsi lumbal terapeutik bila diperlukan.
PENDEKATAN DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis yang lengkap merupakan langkah


terpenting untuk menegakkan diagnosis serta menentukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan.
PENDEKATAN DIAGNOSIS

Apabila anak datang ke dokter dengan keluhan sakit kepala, biasanya sakit kepala
sangat berat, akut berulang, atau kronik.

Perlu ditanyakan pola munculnya sakit kepala:


1. akut
2. akut rekuren atau episodik
3. kronik progresif
4. kronik non-progresif
A picture is worth a thousand words

A complex idea can be


conveyed with just a single
still image, namely making it
possible to absorb large
amounts of data quickly.
ANAMNESIS
Karakteristik sakit kepala


apakah berdenyut, berputar, kepala terasa berat, seperti ditekan, atau seperti ditusuk, dan lokasinya

Tanyakan apakah sakit kepala dipengaruhi posisi

Tanyakan frekuensi sakit kepala dan lamanya sakit kepala apabila timbul

Sakit kepala akibat sinusitis paranasalis

• memberat ketika menundukkan kepala, membungkuk, atau bersujud

peningkatan tekanan intrakranial

• biasanya berkurang apabila pasien berada pada posisi tegak dibandingkan pada
posisi berbaring
ANAMNESIS

Gangguan aktifitas akibat nyeri


apakah nyeri sampai membuat pasien tidak dapat masuk sekolah atau
pingsan

perubahan perilaku

penurunan pencetus sakit kepala perlu digali, misalnya kelelahan, aktivitas
fisik, berdiri lama, dehidrasi, pola makan, suhu lingkungan, dan stres psikis
ANAMNESIS

Beratnya sakit kepala


Dapat dinilai menggunakan skala nyeri sederhana, misalnya

0 apabila sama sekali tidak nyeri

1 apabila nyeri tidak mengganggu aktivitas

2 apabila pasien masih bisa beraktivitas namun terbatas

ANAMNESIS

Bila terdapat riwayat pengobatan


Tanyakan jenis obat yang dikonsumsi, frekuensi, dan dosis obat,
serta seberapa sering pasien harus mengonsumsi obat untuk
meredakan sakit kepala
ANAMNESIS

Tanyakan pula:


apakah sakit kepala hilang dalam hitungan detik, menit, jam, atau
hari

Adanya gejala lain yang menyertai:

• pandangan gelap, kabur, atau berkunang-kunang, mata berair, fotofobia,


fonofobia, nyeri telinga, telinga berdenging, mual, muntah, keringat dingin,
atau kelemahan ekstremitas juga perlu ditanyakan
• Tanyakan riwayat trauma dan riwayat penyakit sebelumnya, termasuk riwayat kejang atau
sering pilek
• Riwayat perkembangan pasien sebelumnya
• Riwayat keluarga, pada anak dengan migrain riwayat keluarga seringkali positif.
• Tanyakan pula apakah pasien menggunakan kacamata.
• Pola tidur serta perubahan pola tidur perlu digali.
• Pada remaja perempuan tanyakan riwayat menstruasi dan keterkaitannya dengan sakit kepala.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik umum lengkap

• tanda vital dan tekanan darah


• tanda-tanda penyakit sistemik, misalnya anemia
PEMERIKSAAN FISIK

our office
Pemeriksaan fisik umum lengkap

• Pemeriksaan visus apabila terdapat kecurigaan kelainan


refraksi pasien dapat dirujuk ke spesialis mata.
• Tentukan status pubertas pasien: pada tumor yang
berlokasi di sekitar hipofisis dapat dijumpai gangguan
pubertas
Pemeriksaan neurologis

• derajat kesadaran
• tanda rangsang meningeal
• gangguan penglihatan
• saraf kranial
• gangguan koordinasi
Mayoritas pemeriksaan umum dan neurologis
• gangguan pendengaran

pada sefalgia primer adalah normal.
refleks fisiologis dan patologis
REFERAT
PEMERIKSAAN FISIK

Tanda dan gejala peningkatan Ukur lingkar kepala, bila ubun-ubun besar masih
tekanan intrakranial perlu dicari dan terbuka nilai ukurannya
disingkirkan terlebih dahulu
Ubun-ubun besar yang membonjol  tanda
peningkatan TIK
REFERAT
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan keseimbangan
jika terdapat keluhan ataksia atau vertigo
(uji Romberg)

manuver Dix-Hallpike memalingkan kepala


pasien secara pasif pada posisi berbaring
dengan kepala pasien menggantung di tepi meja,
amati adanya nistagmus.

Uji Dix-Hallpike yang positif (terdapat nistagii


merupakan tanda benign positional paroxysmal
vertigo).
Red Flags tanda sakit kepala sekunder

▸ Perubahan kepribadian, perilaku, perburukan prestasi akademik


atau letargi
▸ Sakit kepala berat awitan pertama
▸ Sakit kepala yang memberat dengan cepat
▸ sakit kepala yang tidak dapat diklasifikasikan (tidak ditemukan
penyebabnya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis-
neurologis)
Red Flags tanda sakit kepala sekunder

▸ Perubahan karakteristik sakit kepala (anak dengan migrain juga


dapat mengalami tumor serebri walaupun jarang)
▸ Memberat ketika berbaring, tertidur, membungkuk, mengedan atau
batuk
▸ Pertumbuhan atau perkembangan abnormal
▸ Terdapat defisit neurologis baru: ataksia, defisit saraf kranial, head-
tilt atau tortikolis, papilloedema, gangguan visus
▸ Kejang atau epilepsy
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada sakit kepala dilakukan atas indikasi.

Tidak semua kasus sakit kepala pada anak memerlukan pencitraan otak.

Pencitraan umumnya dibutuhkan apabila terdapat satu atau lebih red flags
Magnetic resonance imaging (MRI)

Untuk mencari etiologi abnormalitas struktur otak, infeksi, inflamasi, dan iskemia.

CT Scan

Mendeteksi perdarahan atau fraktur

Pemeriksaan elektroensefalografi

diperlukan pada kecurigaan epilepsi

Pungsi lumbal

dilakukan pada kecurigaan infeksi SSP


Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan berdasarkan temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
TATALAKSANA

Tata laksana lebih ditujukan untuk primary headache disorders, karena pada
secondary headache disorders tata laksana tergantung dan ditujukan kepada
penyakit yang mendasarinya
TATALAKSANA
Terdiri dari 4 cara:

1. Pola hidup sehat


SMART management
Sleep :(cukup tidur dan teratur)
Meals :(cukup makan, teratur termasuk sarapan
dan minum yang banyak)
Activity :(olahraga teratur tapi tidak berlebih)
Relaxation :(relaksasi untuk mengurangi stres)
Trigger avoidance :(menghindari stres, kurang tidur atau
pencetus lain)
TATALAKSANA
Terdiri dari 4 cara:

2.Tatalaksana sefalgia akut


pengobatan lini pertama  analgetik, yaitu parasetamol atau ibuprofen.

Pada remaja, apabila analgetik saja tidak menghasilkan perbaikan gejala, dapat
ditambahkan obat golongan triptan, misalnya sumatriptan
TATALAKSANA
2.Tatalaksana sefalgia akut
Jenis dan dosis obat untuk tata laksana akut:

Obat Dosis
Asetaminofen 10-12,5 mg/kgBB, tiap 4-6 jam
Ibuprofen 10 mg/kgBB, tiap 4-6 jam
Sodium naproksen 5-7 mg/kgBB,tiap 8-12 jam
5HT1,agonis,triptan Oral : 25-100 mg/hari, maxium 200 mg/hari
Sumatriptan Nasal :
4 - 6 tahun : 5 mg
7 - 11 tahun : 10 mg
>12 tahun : 20 mg
SC : 0,06 mg/kgBB
>12 tahun : 6 mg
TATALAKSANA

3. Terapi penunjang
Terapi biofeedback, teknik relaksasi, hipnosis, akupunktur dan psikoterapi. Fisioterapi dan
terapi pijat bermanfaat pada sefalgia yang disertai nyeri atau tegang otot.
TATALAKSANA

4. Terapi pencegahan
Pencegahan migrain  edukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor pencetus
dan modifikasi gaya hidup.

Identifikasi: faktor pencetus dapat dilakukan dengan bantuan diary sakit kepala.

Modifikasi gava hidup yang dapat dilakukan :


• berolahraga teratur
• makan teratur
• tidur cukup
• menghindari makanan, minuman, stres
TATALAKSANA

4. Terapi pencegahan
Obat-obatan lain yang digunakan pada orang dewasa untuk mencegah serangan
migrain  topiramat dan propranolol
namun obat-obatan tersebut belum diteliti penggunaannya pada anak.

Pencegahan perlu dipertimbangkan jika pasien mengalami sefalgia > 4 hari per bulan.
TATALAKSANA
Obat Dosis Toksisitas
Siproheptadine 0,25 mg/kgBB/hari Sedasi, mulut kering, peningkatan BB

Antidepresan trisiklik
Amitriptilin 0,1 – 1 mg/kgBB/hari, Sedasi, peningkatan BB, eksaserbasi
maks 50-100 mg gangguan konduksi jantung

Nortriptilin 10 – 75 mg/hari Perubahan mood


Antiepileptik
Asam valproat 20 – 40 mg/kgBB/hari Peningkatan BB, hepatotoksitas,
trombositopeni, leukopeni
Topiramat 1 – 2 mg/kgBB/hari Sedasi, penurunan BB, glaukoma, batu ginjal,
parestesia
Gabapentin 10 – 40 mg/kgBB/hari Fatig, ataksia, tinnitus, depresi, perubahan
mood, gangguan GI
Antihipertensi
Propanolol 2 – 4 mg/kgBB/hari Depresi, hipotensi, penurunan stamina,
gangguan tidur
Verapamil 4 – 10 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis Hipotensi, nausea, AV-block
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai