PADA WANITA
Dr. dr. I Wayan Agung, SpOG (K)
Divisi Obginsos
FKUB – RSU dr.Saiful Anwar Malang
Malang 10.03
.20
PENDAHULUAN
SEKS
Bukan hanya sekedar prokreasi.
sebagai rekreasi untuk memastikan ikatan
seseorang terhadap kepercayaan dan rasa
cinta.
Tahapan stimulasi/rangsangan
orgasme
pre-orgasme
rangsangan tinggi
rangsangan awal
hasrat
Respon Seksual Wanita Normal
Orgasme
Respon seksual
Resolusi
Plateau
Hasrat
Rangsangan
Waktu
Perubahan fisik pada waktu hubungan seks
Perubahan pada alat kelamin bagian luar:
Penghindaran parsial
Gangguan orgasme
Hilangnya hasrat
Penghindaran total
Hambatan Hubungan
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Predisposisi Faktor Pencetus
• Kekerasan fisik, emosi, atau • Orang tua
seksual di masa kecil • Penyakit
• Asuhan restriktif
• Kegagalan berulang
• Kurangnya informasi
• Tekanan hidup
• Kurangnya rasa percaya diri
• Trauma seksual
• Kurangnya bahasa tubuh
• Masalah komunikasi • Hilangnya kepercayaan
• Identitas seksual yang tidak
dalam hubungan
jelas
• Gangguan psikiatrik
ANAMNESIS
Riwayat Seksual
• Berbicara mengenai masalah seksual dapat
menjadi hal yang memalukan.
Penanganan Psikoseksual
• Terapi individu atau pasangan yang sesuai
• Atasi semua masalah seksual di masa lalu
• Kegiatan ‘pekerjaan rumah’ untuk meningkatkan
pemahaman dan komunikasi mengenai kebutuhan
seksual
B. Ketidakinginan Seksual dan
Kurangnya Kepuasan Seksual
• Pengalaman traumatis seperti kekerasan seksual masa
kecil atau pemerkosaan.
• Menerima pesan negatif mengenai seks yang
menjadikan perasaan bersalah atau rasa malu.
• Situasional :
ketika aktivitas seksual
tertentu dapat memicu
respon fobia.
B. Ketidakinginan Seksual dan
Kurangnya Kepuasan Seksual
Penanganan Psikoseksual
• Temukan faktor predisposisi atau pencetus.
• Cari adanya kesalahan sebelum terjadinya
masalah seksual
• Desensitisasi bertahap terhadap suatu aktivitas
seksual yang mengawali respon penolakan
C. Gangguan Rangsangan Seksual /
Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Sering berupa seks yang menyakitkan akibat :
– Kurangnya lubrikasi penetrasi yang menyakitkan
– kurangnya vaginal ballooning deep dyspareunia.
akibat pasangan terlalu cepat melakukan penetrasi dan
wanita tidak mengkomunikasikan masalahnya.
C. Gangguan Rangsangan Seksual /
Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
Penanganan Psikoseksual
• Kegiatan ‘pekerjaan rumah’ untuk meningkatkan
pemahaman dan komunikasi mengenai kebutuhan
seksual
• Gunakanlah fantasi, bantuan materi seks
• Membaca buku-buku yang berhubungan
C. Gangguan Rangsangan Seksual /
Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
Penanganan Fisik
• Ganti pengobatan jika diperlukan
• HRT atau estrogen vagina – jika defisiensi estrogen
merupakan faktor kegagalan lubrikasi
• Lubrikasi artifisial
• Sildenafil atau inhibitor 5-phophodiesterase lainnya.
Terdapat bukti yang mungkin dapat membantu, khususnya
pada wanita premenopause tanpa gangguan hasrat
D. Gangguan Orgasme
• 25% wanita mengalami disfungsi orgasme.
• 50% orgasme melalui stimulasi manual daripada
vaginal.
• Seringkali orgasme terjadi melalui masturbasi
tetapi tanpa pasangan.
Klasifikasi Anorgasmia
• Primer : Orgasme tidak pernah tercapai
• Sekunder : Orgasme pernah tercapai di masa lalu
• Absolut : Orgasme tidak terjadi di segala situasi
• Situasional : Orgasme tidak terjadi hanya pada
situasi tertentu
D. Gangguan Orgasme
• Pada anorgasmia sekunder
pertimbangkan adanya penyebab fisik.
Penanganan Fisik
• Ganti pengobatan jika diperlukan
• Sildenafil untuk membantu rangsangan mungkin
dapat membantu terjadinya orgasme
E. Vaginismus
• Spasme involunter
m.pubococcygeus.
Rasa Malu
Alasan bervariasi :
• pengalaman traumatis masa lalu, atau
• tumbuh dengan pesan negatif mengenai seks
• Nyeri pada vulva dapat disebabkan oleh virus erpes simpleks II.
• Herpes genitalis merupakan penyebab utama dispareunia superfisial
TERIMA KASIH
DISFUNGSI SEKSUAL
PADA WANITA HAMIL
PENDAHULUAN
HAMIL
Seksualitas saat Kehamilan
(Ganem,1992)
Pengaruh Hormonal
ANDROGEN
• Saat hamil : kadar testosteron meningkat secara
signifikan
• free testosterone
– s.d uk 28 minggu mempunyai kadar yg sama dg
wanita yang tidak hamil tidak ada perubahan
dorongan seksual terkait kadar testosteron
– > uk 28 mgg akan meningkat dorongan seksual
dapat meningkat, namun dpt dihambat oleh faktor
nonhormonal
ESTROGEN
• Kehamilan : keadaan hiperestrogenik
lubrikasi vagina bertambah banyak, vagina lebih
sensitif, payudara lebih sensitif
• Kondisi genital lebih sensitif :
– Wanita lebih tertarik melakukan hubungan seksual
– Menurunkan dorongan seksual karena terlalu sensitif
dan dapat menyebabkan nyeri
PROGESTERON
• Progesteron akan terus meningkat
sepanjang kehamilan
• Efek terhadap dorongan seksual masih
belum jelas
• Hipotesis : peningkatan produksi
progesteron pada kehamilan lanjut
menyebabkan penurunan libido
OKSITOSIN
• Oksitosin membangkitkan perasaan
nyaman, mengurangi kecemasan, dan
terkait dengan perasaan tenang dan aman
terhadap pasangan.
• Oksitosin berperan penting dalam
menghambat bagian otak yang berhubungan
dengan kontrol perilaku, cemas, dan
ketakutan orgasme lebih mudah terjadi
PROLAKTIN
• Mempengaruhi dorongan seksual secara
tidak langsung dengan efeknya terhadap
mood dan atau produksi androgen,
• Prolaktin tinggi:
– def testosteron
– Berkaitan dgn mood, berkaitan dengan
kejadian depresi ringan dan kecemasan
• Kehamilan : kadar prolaktin meningkat, dimulai
uk 8 mgg dan mencapai puncaknya saat aterm
• Peningkatan kadar prolaktin seiring dg
bertambahnya uk rendahnya dorongan
seksual yang dialami wanita saat
bertambahnya uk terutama mendekati aterm
Pengaruh Neurotransmitter
Uwapusitanon W. dan
Choobun T.(2004)
2. Perimenopause
3. Menopause
4. Post menopause
Klimakterium
PERHATIAN KHUSUS TERHADAP DAMPAK
KESEHATAN WANITA DENGAN MENOPAUSE
MELIPUTI :
77
Klasifikasi Disfungsi Seksual
1. Gangguan hasrat seksual gangguan hasrat seksual hipoaktif,
gangguan ketidak inginan terhadap seks, gangguan seks
hiperaktif
3. Gangguan orgasmus
79
DISFUNGSI SEKSUAL
80
DISFUNGSI SEKSUAL
81
• Fitoestrogenisoflavon , mengurangi
gejala vasomotor, cardiovakuler,
osteoporosis, ca colon,payudara.
- terdapat pada soy, tempe,
kacang-kacangan
Terapi alternatif akupuntur, refleksi
Level testosteron tidak berkorelasi pada
aktivitas seksual. dimana Health Canada for
Canadian women tidak merekomendasikan
pengobatan dengan testosteron
The 2006 Menopause Consensus Report provides the
following recommendations related to Urogenital and
Sexual Health