Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN HIV/AIDS


TUGAS MAKALAH KELOMPOK 6
Disusun Oleh
 
YULISTI
RADIUS P
KOKO A
SANTRI C
 
 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BHAKTI HUSADA BENGKULU
JALAN KINIBALU 8 KEBUN TEBENG
2019
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Salah satu program pembangunan kesehatan adalah program upaya
kesehatan yang salah satu tujuan khususnya adalah mencegah terjadinya
dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003:1). AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan suatu kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya kekebalan tubuh. AIDS sudah menyebar ke berbagai negara,
diperkirakan baru mulai menyebar ke seluruh dunia pada awal 1970-an
(PKBI,DIY, 1993).
 Dalam instruksi Mendikbud RI No. 303/U/1997, tentang pedoman
pencegahan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome) melalui pendidikan, menyatakan bahwa penyebaran
virus AIDS umumnya terjadi akibat perilaku yang menyimpang dari
perilaku hidup sehat (Depkes RI, 1997).
Rumusan Berdasarkan latar belakang dan melihat

fenomena tersebut maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah belum

Masalah diketahuinya untuk keperawatan paliatif


pada pasien HIV/AIDS.

Tujuan ●
Diketahuinya gambaran
untuk keperawatan paliatif
Umum pada pasien HIV/AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keperawat
Definisi perawatan paliatif

Perawatan untuk mencegah,
memperbaiki, mengurangi gejala-gejala suatu penyakit, namun
bukan berupaya penyembuhan. Suatu perawatan yang bertujuan
mencapai kwalitas hidup optimal bagi ODHA dan keluarganya,

an aliatif
dengan meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis,
psikologis, spiritual, dan sosial sepanjang seluruh perjalanan
penyakit HIV. ( HIV/AIDS State, 2006 )

AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune


Deficiency syndrome. Aquired berarti didapat, bukan

AIDS keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan


tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome
atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala,
bukan gejala tertentu
GEJALA

Gejala Penyakit AIDS


 Pada umumnya orang yang terinfeksi dengan
virus HIV tidak menunjukkan gejala apa-apa dan
mereka merasa dirinya sehat. Sebagian lain
menunjukkan gejala-gejala antara lain : kelelahan,
demam, penurunan berat badan, diare, keluar
keringat pada malam hari, pembesaran kelenjar
biasanya dileher, ketiak, maupun lipat paha. Bila
seseorang menunjukkan gejala-gejala tersebut
selama 2 minggu berturut-turut maka hendaknya
ia segera memeriksakan diri (Depkes RI, 2004:3).
CARA PENULARAN
 Cara Penularan AIDS
 Penyakit ini dapat menular lewat berbagai macam
cara (PKBI, DIY:1993:2-3) yaitu:
 Melalui hubungan seksual (Hetero maupun Homo),
resiko mendapat penyakit tersebut makin besar bagi
mereka yang memperbanyak partner seksual
(multiple sexual partners).
 Melalui jarum suntik yang tidak steril
 Melalui transfusi darah
 Melalui tali pusat atau waktu melahirkan (dari ibu
penderita AIDS ke bayi yang dilahirkannya).
Cara Pencegahan Penyakit AIDS
 Langkah-langkah bentuk mencegah penyakit AIDS
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2004:6).
◦ Menghindari hubungan kelamin dengan penderita penyakit
AIDS atau tersangka menderita AIDS.
◦ Mencegah hubungan kelamin dengan partner banyak atau
dengan orang yang mempunyai banyak partner.
◦ Menghindari hubungan kelamin dengan pecandu narkotik
dengan obat suntik.
◦ Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi
donor darah.
◦ Pemberian transfusi darah hanya unutk pasien-pasien yang
benar-benar perlu.
◦ Pada setiap suntikan harus terjamin sterilisasi alat suntiknya.
 Perjalanan Penyakit HIV/AIDS
 Perjalanan alamiah infeksi HIV dapat dibagi dalam tahapan berikut : Kejadian awal
yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindorm retroviral akut atau Acute Retroviral
Syndrome. Sindorm retroviral akut diikuti oleh penurunan CD4 dan peningkatan kadar
RNA-HIV dalam plasma (viral load = dalam gambar tampak sebagai garis yang
ditandai dengan segitiga hitam). Hitung CD4 secara perlahan akan menurun dalam
waktu beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5-2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load akan meningkat dengan cepat
pada awal infeksi dan kemudian turun sampai suatu titik tertentu. Dengan berlanjutnya
infeksi, viral load secara perlahan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan
hitung sel CD4 < 200/mm3, diikuti timbulnya infeksi oportunistik, munculnya kanker
tertentu, berat badan menurun secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis.
 Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun <
200/mm3 adalah 3,7 tahun. Periode jendela adalah masa dimana pemeriksaan tes
serologis untuk anti bodi HIV masih menunjukkan hasil negatif sementara sebenarnya
virus sudah ada dalam jumlah banyak dalam darah penderita. Periode jendela menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan, karena pada masa itu orang dengan HIV sudah
mampu menularkan kepada orang lain misalnya melalui darah yang didonorkannya,
bertukar jarum suntik pada IDU atau melalui hubungan seksual. Sebenarnya pada saat
itu pemeriksaan laboratorium telah mampu mendeteksinya, karena pada periode
jendela terdapat peningkatan kadar antigen p24 secara bermakna. Sayang teknologi
pemeriksaan antigen p24 masih mahal, rumit dan langka (Depkes RI, 2003:6-7).
Uji Normalitas Data
 “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Dengan
kata lain, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sifat distribusi data
penelitian yang berfungsi untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil normal atau tidak dengan menguji sebaran data yang dianalisis.
◦ Analisis Univariat
 Analisis univariat digunakan untuk memperoleh mengetahui rata-rata
kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah dilakukan
terapi aktivitas kelompok (stimulasi persepsi).
Analisis Bivariat
 Analisa bivariat dilakukan untuk memgetahui pengaruh terapi aktivitas
kelompok (stimulasi persepsi) terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi pada pasien di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Kota
Bengkulu. Uji analisa bivariat menggunakan uji compare means paired
t-test (uji T beda rata-rata sample berpasanga) digunakan menguji
perbedaan (compare) kemampuan pasien mengontrol halusinasi sebelum
dan sesudah terapi aktivitas kelompok.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
 Indonesia termasuk salah satu Negara di Asia yang mengalami
epidemi HIV/AIDS dengan prevalensi yang meningkat tajam dan
belum menunjukan penurunan meskipun upaya penanggulangan
HIV/AIDS telah dilaksanakan oleh masyarakat, LSM dan swasta
serta pemerintah (Depkes RI, 2003).
 Masalah ini haruslah di tangani dengan serius oleh semua unsur,
mulai dari keluarga sampai unsur tim kesehatan dan lainnya. Dalam
menghadapi masalah ini tim kesehatan khususnya yang ujung
tombak pemberi pelanyanan kesehatan pada pasien HIV/AIDS.
Pengetahuan yang harus dimiliki seorang perawat dalam
menghadapi pasien HIV/AIDS, sudah seharusnya memenuhi
kualitas yang baik. Dalam memberikan pelayanan pada pasien
HIV/AIDS, perawat harus memiliki sifat dan sikap percaya diri,
empati, jujur, serta dapat menyimpan rahasia dan kompeten (Depkes
RI, 2004:10).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai