Lingkungan Multifaktorial
Faktor genetik
Faktor Hormonal
Autoantibodi
Mengendap
autoreaktif
• Genetik • Autoantibodi pada jaringan • Foreign AB cross
• Hormonal • Autoantigen reaction
• Persistensi Limfosit • Defective immune • Apoptosis
• lingkungam
B dan T complex clearance
• Gangguan toleransi
Reaksi
Faktor pemicu Kompleks imun
Inflamasi
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi konstitusional
Kelelahan
Penurunan
berat badan
Demam
Manifestasi Renal
- Hematuria
- Proteinuria
- Hipertensi
- Urine berbusa dan berwarna gelap.
- Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
- Berat badan bertambah.
- Edema di telapak, betis, dan atau pergelangan kaki.
KLASIFIKASI LUPUS NEFRITIS
ISN/RPS (2003)
ANJURAN PEMERIKSAAN LABORATURIUM
UNTUK SLE 1 Analisis darah tepi lengkap (darah besar dan LED)
2 Antibodi antinuclear (ANA)
3 Anti-dsDNA
4 Autoantibodi lain (anti Sm, RF, antifosfolipid, antihiston, dll)
5 Titer komplemen C3, C4, dan CH50
6 Titer IgM, IgG, IgA
7 Kriogblobulin
8 Masa pembekuan
9 Serologi sifilis (VDRL)
10 Uji Coombs
11 Elektrofoesis protein
12 Kreatinin dan ureum darah
13 Protein urin total dalam 24 jam
14 Biakan kuman, terutama dalam urin
15 Foto Rontgen thorax
No. Kriteria Definisi
1. Bercak malar (butterfly rash) Eritema datar atau menimbulkan yang menetap di daerah pipi, cenderung menyebar ke lipatan nasolabial.
2. Bercak diskoid Bercak eritema yang menimbul , pada lesi lama dapat terjadi parut atrofi
Kriteria Diagnosis
3. Fotosensitif Bercak di kulit akibat sinar matahari
Menurut
4. Ulkus mulut Luka di mulut atau hidung yang berlangsung dari beberapa hari untuk lebih dari satu bulan. Biasanya
tidak nyeri.
“American College of
5. Arthritis Nyeri dan pembengkakan berlangsung selama beberapa minggu di dua atau lebih sendi
Rheumatology”
6. Serositif a. Pleuritis (Riwayat pleuritic pain atau terdengar pleural friction rub atau terdapat efusi pleura pada
pemeriksaan fisik)
Paling sedikit 4 dari 11
b. Perikarditis (Dibuktikan dengan EKG atau terdengar pericardial friction rub atau terdapat efusi kriteria terpenuhi
pericardial pada pemeriksaan fisik.
7. Gangguan ginjal a. Proteinuria persisten >0,5g/hr atau pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan.
Atau
b. Cellular cast: eritrosit, Hb, granular, tubular, atau campuran
Terapi
Konservatif dan
Agresif
Penatalaksanaan
TERAPI KONSERVATIF
Arthritis, Arthralgia, dan Mialgia merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penderita SLE.
Pada keluhan yang ringan dapat diberikan analgetik sederhana atau obat antiinflamasi nonsteroid.
Penderita fotosensitivitas harus berlindung terhadap paparan sinar UV, inframerah, panas & sinar
fluoresensi dengan menggunakan baju pelindung, kaca jendela yang digelapkan, menghindari
paparan langsung dan menggunakan sunscreen.
Glukokortikoid lokal, seperti krem, salep atau injeksi dapat dipertimbangkan pada dermatitis
lupus
Untuk mengurangi kelealahan dan keluhan sistemik perlu ditambah waktu istirahat dan mengatur
jam kerja.
Serositis dapat diatasi dengan salisilat, obat antiinflamasi non-steroid, antimalaria atau
glukokortikoid dosis rendah (15 mg/hari). Pada keadaan yang berat, harus diberikan
glukokortikoid sistemik untuk mengontrol penyakitnya.
TERAPI Terminologi Pembagian Kortikosteroid
Siklofosfamid
Azatioprin
Siklosporin
TATALAKSANA LUPUS
NEFRITIS
Biopsi Ginjal
Pemantauan aktivitas ginjal melalui pemeriksaan urin rutin: sedimen, kadar kreatinin, tekanan
darah, albumin serum, C3 komplemen, anti-ds DNA, proteinuria dan bersihan kreatinin.
Obati hipertensi seagresif mungkin. Target tekanan darah pada pasien dengan riwayat
glomerulonefritis adalah < 120/80 mmHg
Hiperkolesterolemia harus dikontrol untuk mengurangi risiko prematur aterosklerosis dan
mencegah penurunan fungsi ginjal.
Pasien lupus yang mendapat kortikosteroid, diperlukan penilaian risiko osteoporosis,
pemberian kalsium, Suplemen vitamin D, latihan pembebanan yang ditoleransi, obat-obatan
seperti calcitonin bila terdapat gangguan ginjal, bisfosfonat (kecuali terdapat kontraindikasi)
atau rekombinan PTH
Deteksi dini dan terapi agresif terhadap infeksi pada pasien lupus
Memonitor toksisitas kortikosteroid, dan agen sitotoksik dengan parameter: tekanan darah,
pemeriksaan darah lengkap, trombosit, kalium, gula darah, kolesterol, fungsi hati, berat badan,
kekuatan otot, fungsi gonad, dan densitas massa tulang.
Pasien dianjurkan untuk menghindari obat anti inflamasi non steroid, karena dapat
mengganggu fungsi ginjal, mencetuskan edema dan hipertensi serta meningkatkan risiko
toksisitas gastrointestinal .
Kehamilan pada pasien lupus nefritis aktif harus ditunda mengingat risiko morbiditas dan
mortalitas bagi ibu dan janin, termasuk kejadian gagal ginjal juga meningkat.
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini sangat tergantung pada organ mana yang terlibat.
Apabila mengenai organ vital, mortalitasnya sangat tinggi. Mortalitas pada pasien dengan SLE
telah menurun selama 20 tahun terakhir.
Sebelum 1955, tingkat kelangsungan hidup penderita mencapai 5 tahun pada SLE kurang dari
50%.
Saat ini, tingkat kelangsungan hidup penderita pada 10 tahun terakhir rata-rata melebihi 90%
dan tingkat kelangsungan hidup penderita
KESIMPULAN
Lupus Eritematosus Sistemik (Systemic Lupus Erythematosus/SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang
ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit
ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan.
Lupus Eritematosus Sistemik merupakan saalah satu penyakit yang tidak mudah didiagnosa dikarenakan
banyaknya variasi dari manifestasi klinis yang ditimbulkannya. Dalam melakukan penegakan diagnosa SLE
dibutuhkan adanya pengamatan klinis yang baik serta pemeriksaan Antibodi Antinuklear (ANA), yang
keduanya harus menunjukan hasil yang positif.
Penatalaksanaan pada SLE dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi non farmakologis diantaranya edukasi dan program rehabilitasi, sedangkan terapi
farmakologis meliputi terapi konservatif dan terapi agresif
TERIMA KASIH