Anda di halaman 1dari 26

NEUROLOGI ANAK

CRISTIAN BUNGIN
1910017071

dr. Annisa Muhyi, Sp.A


KASUS
 Bayi usia 9 bulan dibawa oleh orang tua yang terlihat
cemas dengan keluhan kejang, didahului oleh panas badan
dan batuk sejak 1 hari. Setelah kejang anak segera sadar
kembali. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada.
 Kejang berlangsung 2 menit dan kurang lebih 15 menit
SMRS. Seluruh kaki kaku dan mata ke atas saat kejang.
Anak tsb tidur dan langsung kejang. Anak tidak sadar saat
kejang
KASUS
 Demam terjadi sejak 1 hari yll. Demam terus, terutama
malam, jarak demam ke kejang : 6 jam
 Batuk : 3 hari, berdahak, batuk memberat saat minum
susu
 RPK : ibu pernah step
 RPD : tidak pernah kejang sebelumnya, pernah dirawat di
RS
 RT : kompres saja
 RKK : cukup bulan, bb 3000 gram, lahir spontan
KEJANG DEMAM
KEJANG DEMAM : DEFINISI DAN
KLASIFIKASI

 Kejang Demam (KD)  Bangkitan kejang pada


anak 6 bulan s/d 5 tahun, karena peningkatan suhu
(>38oC pada pengukuran apapun), disebabkan
proses ekstrakranial.

KDS
KEJANG
DEMAM
KDK
KEJANG DEMAM : PATOFISIOLOGI DAN
FAKTOR RISIKO

 Perbedaan muatan ion di dalam dan luar sel 


Intrasel elektropositif, ekstrasel elektronegatif pada
keadaan istirahat (depolarisasi)  bangkitan kejang
demam
 Faktor risiko : riwayat KD keluarga, masalah pada
saat neonatus, penyakit infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium (darah lengkap, elektrolit, gula
darah).
 Pungsi Lumbal (dengan indikasi)
 EEG (dengan indikasi)
 CT scan dan MRI (dengan indikasi)
KEJANG DEMAM :
TATALAKSANA
 Umumnya berlangsung singkat (rerata 4 menit)
 Saat datang dengan kejang  diazepam iv 0,2-0,5
mg/kg, kec. 2mg/menit dala 3-5 menit, dosis maks :
10 mg.
 Prehospital/susah iv : diazepam rektal 0,5-0,75
mg/kg atau 5 mg (bb <12 kg) dan 10 mg (bb >12
kg). Belum berhenti  berikan dosis sama; belum
berhenti lagi  bawa ke rs / iv.
 Alternatif : midazolam
KEJANG DEMAM :
PROGNOSIS
 Pada uumnya baik, namun dapat menjadi berulang
jika :
- Usia kurang dari 12 bulan saat kejang
- Riwayat KD keluarga
- Suhu yang rendah saat kejang
- Waktu demam ke kejang yang lebih cepat
 Kejang lama atau kejang berulang  kecacatan
atau defisit neurologis
EPILEPSI
EPILEPSI : DEFINISI DAN KLASIFIKASI

 Epilepsi adalah kejang berulang tanpa pencetus


(provokasi) ≥ 2 dengan interval > 24 jam antara
kejang pertama dan berikutnya. Manifestasi klinis
epilepsi dapat berupa gangguan kesadaran,
motorik, sensoris, autonom atau psikis.
Parsial Umum
sederhana
Tak
tergolongkan
Parsial kompleks Umum sekunder
EPILEPSI : ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

 Etiologi : Non spesific predispossing factor (NPF),


spesific epileptogenic disturbances (SED),
presipitating factor (PF)
 Bangkitan kejang = patofisiologi KD
 Mekanisme lain : kegagalan inhibisi presinaps dan
pasca sinaps  aktivitas eksitasi lebih dominan 
bangkitan epilepsi
EPILEPSI : DIAGNOSIS
 Anamnesis : pola/bentuk serangan, lama serangan,
gejala sebeum, selama pasca serangan, frekuensi
serangan, dll.
 Pemeriksaan fisik : tanda trauma kepala, infeksi,
gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal
atau difus
 Pemeriksaan neurologi : GCS, status mental,
refleks, tonus klonus, koordinasi, saraf kranialis,
fungsi motorik dan sensorik
 Penunjang : Laboratorium, EEG, rradiologis
Gambaran EEG pasien epilepsi
EPILEPSI : TATALAKSANA
 Tujuan pengobatan : mengurangi frekuensi kejang.
Pemberian obat hingga 1-2 tahun bebas kejang
 Pemilihan OAE perdasarkan jenis kejang, sindrom
epilepsi, dan interaksi obat
 Lini pertama : Asam valproat, fenitoin,
fenobarbital, karbamazepin
EPILEPSI : PROGNOSIS
 Bergantung terhadap intensitas terjadinya serangan.
Dapat dikurangi dengan menghindari faktor
pencetus.
 Komplikasi : gangguan mood, kecemasan, ADHD,
palsi serebral, dll.
MENINGOENCEPHALITI
S (ME)
ME : DEFINISI & ETIOLOGI
 Meningoensefalitis adalah peradangan otak dan
meningen, nama lainnya yaitu cerebromeningitis,
encephalomeningitis, meningocerebritis dan
disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun parasit.
 Virus : HSV tipe 1 dan 2, EBV, campak, rubella,
West Nile virus, rabies
 Bakteri : E. coli, Streptokokus β-hemolitikus,
Listeria monocytogenes
 Parasit : toksoplasma, malaria
ME : PATOFISIOLOGI
 Bakteri masuk melalui peredaran darah, virus
umumnya melalui saluran pernapasan, parasit bisa
melalui fetomaternal, pernapasan, pencernaan 
melewati sawar darah-otak  menginfeksi otak 
timbul peradangan supuratif  terbentuk kapsul
konsentris  abses membesar, masuk ke ventrikel
atau ruang sub arachnoid  meningitis.
ME : MANIFESTASI KLINIS
 Bergantung pada : berat dan lokasi anatomi
susunan saraf yang terlibat, patogenesis agen yang
menyerang, kekebalan penderita.
 Suhu mendadak naik, kesadaran cepat menurun,
muntah. Anak bayi : menangis menjerit; anak yang
lebih besr : sakit kepala. Kejang
umum/fokal/twitching
ME : DIAGNOSIS
 Anamnesis : onset, gejalayang menyertai, pola
demam, konsumsi makanan, keluarga lain yang
menderita sakit dan berkontak dengan pasien,
lingkungan, dll
 Pemeriksaan fisik dan neurologis (meningeal sign)
 Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, radiologi,
pungsi lumbal.
ME : Tatalaksana Awal
 Tujuan : mempertahankan fungsi organ
 Primary survey, pemberian makan, ventilasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Kejang : diazepam 0,1-0,3 mg/kg IV (maks. 10 mg)
dilanjutkan fenobarbital.
 Demam : paracetamol 10-15 mg/kg setiap 6 jam
dan kompres dingin (bila hiperpireksia).
 Dexamethasone 1mg/kg/hari selama 48 jam
dilanjutkan 0,25-0,5 mg/kg/hari. KI : TIK normal
dan KU stabil
ME : Tatalaksana Awal
 Manitol : untuk menurunkan TIK 1,5-2mg/kg IV
dalam 8-12 jam.
ME : PROGNOSIS
 Tergantung keparahan penyakit, etiologi, dan umur
anak. Jika gejala klinis berat, etiologi HSV, dan
umur lebih muda  prognosis lebih buruk
 Komplikasi : kerusakan otak permanen, kesulitan
belajar, masalah berbicara, kehilangan memori,
berkurangnya kontrol otot
~TERIMA KASIH~

Anda mungkin juga menyukai