Anda di halaman 1dari 20

Canal Calsium Blocker pada Terapi Hipertensi

Sistolik Terisolasi
Hipertensi

 Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua
golongan masyarakat
 Di seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia.
Hipertensi

“Hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah didalam tubuh,


peningkatan ini diklasifikasin menjadi beberapa jenis, defenisi hipertensi sama
untuk semua golongan umur di atas 18 tahun”
Klasifikasi Hipertensi
 ESH/ESC 2013
Kategori TD Sistolik (mmHg)   TD Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80


Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi Tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Tingkat 3 ≥ 180 dan/atau ≥110

Hipertensi Isolated Systolic ≥ 140 dan < 90


Klasifikasi Hipertensi
 AHA/ACC-JNC 7
Klasifikasi TD SBP (mm Hg)   DBP (mm Hg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium 2 ≥160 atau ≥100


Hipertensi Sistolik Terisolasi

 Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan


darah sistolik ≥ 140 mmHg dengan tekanan darah diastolik
≤90 mmHg

 HST dijumpai pada sekitar 60 – 75 % dari kasus hipertensi


pada usia lanjut
 Penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 34.1% dari
jumlah total penduduknya dan lebih banyak ditemukan pada
peremuan (36,9%) daripada laki-laki 31.3%, prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia
Patofisiologi - HST

 Pengurangan elastisitas arteri atau meningkatnya kekakuan arteri ( jaringan


kolagen menggantikan lapisan elastin pada lamina elastik di pembuluh aorta )
 mengakibatkan tekanan sistolik yang lebih tinggi dan tekanan diastolik yang lebih
rendah atau kenaikan dari tekanan nadi (pulse pressure)
 Disfungsi endotel merupakan salah satu kontributor penting meingkatnya tekanan
darah pada usia lanjut
 Cedera mekanis maupun karena inflamasi dari arteri yang menua menyebabkan
menurunnya ketersediaan vasodilator oksida nitrit ( Nitric oxide; NO), yang
menyebabkan ketidakseimbangan antara vasodilator ( seperti NO) dengan
vasokontriktor (seperti endothelin)
Diagnosis dan Pemeriksaan Fisik
 Pengukuran tekanan darah
 Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengkonfirmasi hipertensi dan untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab dari hipertensi sekunder
 Pemeriksaan fungsi kognitif ( seperti Mini Mental State Examination (MMSE), Montreal
Cognitive Assessment, atau St. Louis University Mental Status Examination )
 Penyebab hipertensi sekunder
 Pemeriksaan darah rutin lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal, asam urat, elektrolit, panel
metabolik, profil lipid, kadar gula darah puasa, tes fungsi tiroid ( thyroid stimulating
hormone ; TSH), urinalisia, EKG dan foto thoraks PA
Gejala Klinis dan Riwayat Penyakit
 Pusing,
 palpitasi ( jantung berdebar-debar),
 atau sakit kepala.

 Riwayat penyakit dan perjalanan penyakit pasien


 diaphoresis ( keringat berlebihan )
 kehilangan berat badan,
 ansietas, dan riwayat tidur ( misalnya : tidur lebih banyak pada siang hari, mengorok yang kuat,
nyeri kepala pada waktu dini hari )
 Riwayat pemakaian obat –obatan
Penatalaksanaan
Dosis
Antihipertensi
Target
Terapi
Class Mechanisms Side Effects
Diuretics Reducing renal sodium absorption  
Thiazide diuretics Inhibiting sodium and chloride cotransporter in the renal Hypokalemia, hyponatremia, hypomagnesemia,
distal convoluted tubule; more effective in BP control hyperuricemia, photosensitivity, and metabolic effects
than loop diuretics including dyslipidemia and impaired glucose
Tolerance

Loop diuretics Inhibiting sodium, potassium, and chloride cotransporter Hypokalemia, but fewer other metabolic side effects
in the thick ascending limb of
the loop of Henle
Potassium-sparing diuretics Inhibiting the epithelial sodium channel in the renal Hyperkalemia
distal tubule
Renin-Angiotensin System Blockers Dampening arterial wave reflections, increasing  
aortic distensibility, and
Venodilation

Mekanisme Angiotensin converting enzyme


(ACE) inhibitors
Blocking the conversion of angiotensin I to
angiotensin II
Cough, hyperkalemia, elevated creatinine,
angioedema, and fetal toxicity

Antihipertensi Angiotensin II receptor type I blockers


(ARB)
Direct renin inhibitors
Blocking binding of angiotensin II to the type 1
angiotensin receptor
Blocking the conversion of angiotensinogen to
Similar to ACE inhibitors, except no cough

Similar to ARB; diarrhea at high doses


angiotensin I
Calcium Channel Blockers Inhibiting the L-type voltage-gated plasma  
membrane channel
Dihydropyridine Vasodilation Dependent edema, gingival hyperplasia
Diltiazem Vasodilation and AV nodal blockade Bradycardia
Verapamil Vasodilation and AV nodal blockade Bradycardia, constipation

Beta Blockers Inhibiting adrenergic receptors Reduced exercise tolerance, depression, and
Bronchospasm
Nonselective beta blockers Inhibiting both beta 1 and 2 receptors More bronchospasm
Selective beta blockers Blocking beta 1 receptors Less bronchospasm
Combined alpha and beta blockers Blocking both beta and alpha receptors  

Aldosterone Blocker Blocking aldosterone receptor  


Spironolactone   Androgen blocking effect, including irregular
menses, gynecomastia, and
Impotence

Eplerenone   Less potent, but fewer side effects related to


androgen blocking
Direct Vasodilators Smooth muscle relaxant Peripheral edema
Alpha-1 Blockers Vasodilatation Postural hypotension
Central Adrenergic Agonists Inhibiting central adrenergic tone Drowsiness, fatigue, and dry mouth
Calcium Channel Blocker ( CCB) pada
Hipertensi Sistolik Terisolasi
 CCB dianjurkan terutama apabila terdapat penyakit komorbid kardiovaskular. Obat yang
diberikan adalah yang memilki waktu kerja yang panjang.
 Penggunaan amlodipin (CCB golongan dyhidropiridine) lebih efektif dibandingkan dengan
tiazid dalam menurunkan kejadian kardiovaskular pada pasien dengan risiko tinggiCCB
golongan non dihydropyridine seperti diltiazem dan verapamil tidak memilki efek inotropik
maupun kronotropik terhadap fungsi sistolik ventrikel kiri jantung bila dibandingkan dengan
CCB golongan dihydropyridine seperti amlodipin atau felodipin.
 Efek obat golongan CCB lebih diertimbangkan penggunaannya terhadap penderita
hipertensi usia lanjut karena memiliki efek vasodilator kapiler yang dapat mencegah resiko
penyakit serebrovaskular.
 Penggunaan CCB pada kasus hipertensi sistolik terisolasi tidak tercantum secara khusus pada
pedoman penatalaksanaan hipertensi yang sudah disebutkan, HST dapat ditangani sesuai
algoritma, kondisi pasien, riwayat penyakit, dan mempertimbangkan efek obat terhadap
pasien
Pengobatan Non Farmakologik
 Diet rendah garam
 Perencanaan menu makan
 Tidak mengonsumsi alcohol
 Olahraga teratur
 Menurunkan berat badan
 Tidak merokok
 Menghindari konsumsi obat-obatan yang berpengaruh negative
 Tidak mengonsumsi coklat
Prediksi Penurunan TD dengan Pengobatan Non Farmakologis
Rangkuman

 Obat yang umum digunakan adalah golongan diuretik dan antagonis kalsium
dengan prinsip start low and go slow. Pengobatan terhadap hipertensi pada usia
lanjut mulai dilakukan bila TDS ≥ 150 mmHg dan TDD ≥ 90 mmHg
 Pemberian obat golongan CCB pada penderita HST merupakan langkah yang baik
mengingat prevalensi para dan faktor resiko penyakit penderita dan efek vasodilator
dari obat tersebut
 Penatalaksanaan hipertensi pada usia lanjut tidak berbeda dengan hipertensi lain,
yaitu terdiri dari modifikasi gaya hidup dan bila diperlukan dapat dilanjutkan
dengan pemberian obat- obatan antihipertensi
 HST dapat ditangani sesuai algoritma, kondisi pasien, riwayat penyakit, dan
mempertimbangkan efek obat terhadap pasien
sekian, dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai