Anda di halaman 1dari 35

SIFILIS

Oleh:
ANJANI PUTRI S
DEFINISI

• Penyakit kelamin yang disebabkan oleh


Treponema palidum
• sangat kronik dan bersifat sistemik.
• Pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang
hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit dan dapat ditularkan dari ibu ke
janin.
EPIDEMIOLOGI

• Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang


tertinggi di Amerika Selatan.
• Di Indonesia insidensinya 0,61%. Penderita yang
terbanyak ialah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis
stadium II.
• WHO memperkirakan bahwa terdapat 12 juta
kasus baru pada tahun 1999, dimana lebih dari
90% terdapat di negara berkembang.
ETIOLOGI

• Treponema pallidum : ordo Spirochaetales,


familia Spirochaetaceae, dan genus
Treponema.
• Bentuk Spiral: Panjang: 6 -15 μ, Lebar: 0,25 μ,
lilitan: 9 – 24 lekukan
• Gerakan rotasi sepanjang aksis dan maju
seperti gerakan pembuka botol.
• Membiak secara pembelahan melintang, pada
stadium aktif terjadi setiap 30 jam
• Dalam darah transfusi dapat hidup 72 jam
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI

1.Sifilis kongenital
a. Dini : Sebelum 2 tahun
b. Lanjut : Sesudah 2 tahun
c. Stigmata
2.Sifilis Akuisita (didapat)
Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara;
a. Secara klinis dibagi menjadi tiga stadium: SI, SII, SIII
b. Epidemiologi WHO :
- Stadium dini menular (dlm 1 tahun sejak infeksi) : SI, SII,
Stadium rekuren dan stadium laten dini.
- Stadium lanjut tak menular (>1 tahun sejak infeksi) : stadium
laten lanjut dan SIII.
- Bentuk lain adalah sifilis kardiovaskular dan neurosifilis. S III atau S IV
PATOGENESIS
PATOGENESIS

Stadium dini
• T. pallidum  mikrolesi / selaput lendir melalui
senggama kulit  kuman membiak, jaringan
bereaksi dengan membentuk infiltrat (sel limfosit
dan sel plasma, terutama di perivaskular,
pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di
kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel radang.
• Treponema di antara endotelium kapiler dan
jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis
pembuluh darah kecil  perubahan hipertrofik
endotelium  obliterasi lumen (enarteritis
PATOGENESIS

• Kuman mencapai kelenjar getah bening regional


secara limfogen, hematogen dan membiak, menyebar
ke semua jaringan tubuh. Multiplikasi ini diikuti oleh
reaksi jaringan S II
• Stadium laten: tidak disertai gejala, meskipun masih
terdapat infeksi yang aktif. Jika imunitas gagal
mengontrol infeksi sehingga T.pallidum membiak lagi
ditempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau
kuman tersebut menyebar melalui jaringan
menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II.
• Lesi menular tersebut dapat timbul berulang-ulang,
tetapi tidak melebihi 2 tahun
PATOGENESIS

Stadium Lanjut
• Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun,
treponema dalam keadaan dorman. Namun
antibodi tetap ada dalam serum penderita
• Keseimbangan antara treponema dan jaringan
dapat berubah  Guma  SIII
Manifestasi Klinis

Sifilis Primer
• Tukak dapat terjadi dimana saja
di daerah genitalia eksterna, 3
minggu setelah kontak.
• Lesi awal biasanya berupa papul
 erosi  ulkus durum, teraba
keras terdapat indurasi.
• Bagian yang mengelilingi lesi
meninggi dan keras.
MANIFESTASI KLINIS

• Pada pria tempat yang sering dikenai : sulkus


koronarius, pada ♀ di labia minor dan mayor. Di
ekstragenital: lidah, tonsil, dan anus.
• Pada pr selalu disertai pembesaran kelenjar limfe
inguinal medial unilateral/bilateral
Manifestasi Klinis

Sifilis Sekunder (SII)


• Biasanya S II timbul setelah 6-8 minggu sejak S I
dan sejumlah sepertiga kasus masih disertai S I.
• Lama S II dapat sampai 9 bulan .
• Gejalanya umumnya tidak berat, berupa anoreksia,
turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam,
dan artralgia. Juga adanya kelainan kulit dan
selaput lendir dapat diduga sifilis sekunder.
Manifestasi Klinis

• Lesi kulit biasanya simetris: roseola,


papul, pustul dan bentuk lainnya.
• Jarang dijumpai keluhan gatal.
• Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai
penyakit kulit: the great imitator.
• SII dapat memberi kelainan pada mukosa,
kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang,
dan saraf.
Sifilis Sekunder

Kondilomata lata Plaques Muqueuses


Manifestasi Klinis

Sifilis Laten Dini


• Laten berarti tidak ada gejala klinis dan
kelainan, termasuk alat-alat dalam, tetapi
infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik
darah postitif, sedangkan tes
likuorserebrospinal negatif. Tes yang
dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.
Sifilis lanjut
• Perbedaan karakteristik sifilis dini dan sifilis lanjut ialah sebagai
berikut: 
1. Pada sifilis dini bersifat infeksius, pada sifilis lanjut tidak, kecuali
kemungkinan pada wanita hamil.

2. Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan T. pallidum,


pada sifilis lanjut tidak ditemukan.

3. Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan
yang cukup, sedangkan pada sifilis lanjut sangat jarang.
Manifestasi Klinis

4. Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut
destruktif

5. Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi,
setelah diberi pengobatan yang adekuat akan berubah menjadi non reaktif
atau titer rendah, sedangkan pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu
dengan titer rendah dan sedikit atau hampir tidak ada perubahan setelah
diberi pengobatan. Titer yang tinggi pada sifilis lanjut dijumpai pada
gumma dan paresis.
Manifestasi Klinis
Sifilis tersier (S III)
• Lesi pertama umumnya
terlihat antara tiga sampai
sepuluh tahun setelah S I.
Kelainan yang khas ialah
guma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis,
biasanya melunak, dan
destruktif.
• Dapat menyarang
mukosa,tulang dan alat
dalam
Gumma Nasal
Neurosifilis

• Asimtomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk


murni.

•  Neurosifilis dibagi menjadi 4 macam:

- Neurosifilis asimtomatik

- Sifilis meningovaskular (sifilis serebrospinalis):


meningitis, meningomielitis, endarteritis sifilitika.

- Sifilis parenkim: tabes dorsalis dan demensia paralitika.

- Guma.
Sifilis Kardiovaskuler 

• Sifilis kardiovaskular bermanifestasi pada S III,


dengan masa laten 15-30 tahun
• Terdapat insufisiensi aorta atau aneurisma aorta
torakales, berbentuk kantong pada aorta torakal.
• Bila ada insufisiensi aorta tanpa kelainan katup
pada seseorang yang setengah umur disertai
pemeriksaan serologis darah reaktif, pada tahap
pertama harus diduga sifilis kardiovaskuler,
sampai dapat dibuktikan lebih lanjut. Pemeriksaan
serologis umumnya reaktif.
Sifilis Kongenital
• Pada bayi terjadi, jika ibunya
terkena sifilis, terutama sifilis
dini sebab banyak T.
pallidum beredar dalam darah.
treponema masuk secara
hematogen ke janin melalui
plasenta yang sudah dapat
terjadi pada saat masa
kehamilan 10 minggu.
Sifilis Kongenital dini

• Bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dan


kaki atau dibadan  Pemfigus sifilitika
• Kuku terlepas akibat papul dibawahnya  Onikia
Sifilitika
• Pada selaput lendir mulut dan tenggorok terdapat
plaques muqueuses. Jika terdapat pada
mukoperiosteum cavum nasi rhinitis  syphilitic
snuffles
• Hepar dan Lien membesar  fibrosis, edema, ikterik
• Paru  pneumonia putih
• Tulang  pseudoparalisis parrot
• Saraf  Neurosifilis aktif
Sifilis Kongenital lanjut

• Gumma yg khas di mulut dan hidung


• Periostitis sifilitika 1/3 tengah tulang tibia sabre
tibia
• Osteoperiostitis pada tengkorak berupa tumor
bulat parrot nodus
• Pada kedua sendi lutut bengkak & nyeri, disertai efusi
 clutton’s joints
• Neurosifilis  paralisis generalisata atau tabes
dorsalis
Stigmata

Lesi dini:
• Saddle nose
• Bulldog jaw
• Gigi Hunchinson, Mulbery molar
• Ragades
• Koroidretinitis
• Onikia
Lesi lanjut:
• Keratitis interstitial
• Sikatriks gumatosa
• Buldog facies
• Atrofi optikus
• Trias hutchinson
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan T. Pallidum
• Treponema tampak berwarna putih pada latar belakang
gelap. Pergerakannya memutar terhadap sumbunya,
bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pada
pandangan.
• Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak
dapat dilihat pergerakannya karena treponema tersebut
telah mati, jadi hanya tampak bentuknya saja.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologis dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non


treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease
Research laboratory) dan pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-
TP/TPHA, RPCF, uji Western Blot).

•Rapid plasma reagin (RPR), dan Venereal Disease Reaserch Laboratoris


(VDRL)  murah dan cepat namun tidak spesifik. RPR dan VDRL diikuti
oleh test yang lebih spesifik yaitu Treponemal palidum haemoglutination
assay (TPHA) dan Fluorecent treponemal antibody absorption test (FTA-
Abs),

•Pada neurosifilis dilakukan test dengan menemukan leukosit dalam


DIAGNOSIS BANDING

Pada sifilis stadium I dengan :

1. Herpes simplek

2. Ulkus piogenik

3. Skabies

4. Balanitis

5. Limfogranuloma venereum

6. Karsinoma sel squamosa

7. Penyakit bechet.
Diagnosa Banding

•Sifilis stadium II

1. Erupsi alergi obat

2. Morbili

3. Pitiriasis rosea

4. Psoriasis

5. Dermatitis seboroik

6. Kondiloma akuminatum
Penatalaksaan

 Pengobatan dimulai sedini mungkin, makin


dini hasilnya makin baik. Mitra seksualnya
juga diobati
 Pada sifilis laten terapi bermaksud
mencegah proses lebih lanjut.
 Selama belum sembuh penderita dilarang
bersenggama
Sifilis Pengobatan Pemantauan
Serologik

Sifilis primer 1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan 1x Pada bulan I, III, VI, &
seminggu. XII & setiap 6 bulan
pada tahun ke 2
2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta unit/hari
selama 10 hari

3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat) dosis 4,8 juta unit,
diberikan 1,2 juta unit/kali 2 kali seminggu
 

Sifilis sekunder Sama seperti sifilis primer  

Sifilis laten 1.Penisilin G benzatin dosis total 7,2 juta unit  

2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta unit (0,6 juta unit/hari)

3. PAM dosis total 7,2juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)

Sifilis S III 1.Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit  

2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta unit/hari)

3. PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
Penatalaksanaan

• Antibiotik yang lain: Untuk yg alergi


penisilin.
 Tetrasiklin 4x 500 mg/ hari
 Eritromisin 4 x 500 mg/ hari
 Doksisiklin 2x100mg / hari

• Lama pengobatan 15 hari bagi S I dan S II, 30


hari bagi Stadium laten.
PROGNOSIS

• Dengan ditemukannya penisilin  baik.


• Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup,
tidak menular ke orang lain, T.S.S pada darah dan
likuor serebrospinalis selalu negatif.
• Jika sifilis tidak diobati, maka hampir ¼ akan
kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami
sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9%
dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal. Pada
sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan
mencapai 95%.

Anda mungkin juga menyukai