Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN ISLAM

KALIMANTAN SELATAN
KELOMPOK 3
Achmad Fadhillah Maulana

Dewi Anggraini
Karina Estiani Agustin

Muhammad Reza Fahlevi

Nur Ajmi Auliani

Wafiq Azizah
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan
Berawal dari sebuah Kerajaan Banjarmasin yang merupakan lanjutan dari
Kerajaaan Nagara Daha yang dulunya dipimpin oleh Maharaja Sukarama yang
menggantikan Sekar Sungsang raja pertama di Negara Daha , ia telah mewasiatkan
Kepada Patih Aria Tarenggana bahwa apabila ia meninggal maka yang berhak
menggantikannya adalah cucunya yang bernama Raden Samudera.
Akan tetapi sepeninggalnya Maharaja Sukarama di Negara Daha terjadi kekacauan.
Pangeran Mangkubumi salah seorang putranya berusaha untuk naik tahta. Maka
untuk keselamatan Raden Samudera, Patih Aria Terenggana menyuruhnya agar
meninggalkan istana. Karena itu Raden Samudera kemudian harus hidup
menyamar sebagai anak nelayan di daerah orang Serapat, orang Balandian, orang
Banjarmasin atau orang Kuwin.
Pangeran Mangkubumi yang naik tahta menggantikan Maharaja Sukarama, karena
suatu fitnah kemudian dibunuh oleh Pangeran Tumenggung, adiknya sendiri.3)
Sementara itu Patih Masih penguasa bandar di Banjarmasih (Banjarmasin) yang
mengetahui perihal nasib Raden Samudera kemudian mencarinya untuk dirajakan.
Lanjutan….
terdapat kesepakatan lima orang Patih, yakni Patih Masih, Patih Muhur,
Patih Balit, Patih Kuwin dan Patih Balitung untuk merajakan Raden Samudera
di daerah Banjar.

Kesepakatan itu didasari pertimbangan-pertimbangan:


a). Raden Samudera mempunyai hak atas kerajaan, karena wasiat Maharaja
Sukarama agar cucunya (Raden Samudera) yang menggantikannya.
b). Patih Masih dan patih-patih lainnya di daerah Banjar, hendak melepaskan
diri terhadap kewajiban senantiasa mengantar upeti ke Negara Daha.
c). Sehubungan dengan kepentingan perekonomean daerah, Patih Masih
hendak memindahkan kegiatan perdagangan dari bandar muara Bahan ke
daerah Banjar.

Tindakan para Patih yang bersepakat merajakan Raden Samudera


tersebut, menyebabkan timbulnya pertentangan antara Negara Daha dengan
Banjarmasih. Dalam usaha menyeleikan pertentangan tersebut, Raden
Samudera atas anjuran Patih Masih meminta bantuan kepada Kerajaan Islam
Demak. Sultan Demak mau membantu Raden Samudera dengan syarat apabila
menang Raden Samudera bersedia masuk islam.
Lanjutan….
Disebutkan bahwa akhir dari pertentangan antara Raden
Samudera dengan Pangeran Tumenggung tersebut terjadi dalam
suatu insiden di atas perahu telangkasan, di mana Pangeran
Tumenggung menyerahkan tahtanya kepada Raden Samudera,
karena tergetar hatinya menyaksikan kemanakannya merelakan
dirinya dan menyatakan dirinya tidak mau melawannya.
Peristiwa tersebut dikuti dengan penyerahan peralatan kerajaan
untuk dibawa ke Banjarmasin. Selanjutnya Raden Samudera
menyerahkan daerah Batang Amandit dan Batang Alai untuk
tetap diatur oleh pamannya Pangeran Tumenggung.

Raden Samudera menetapkan pusat kerajaan itu di Banjarmasin.


Ia kemudian diislamkan oleh seorang Penghulu dari Demak. Dan
oleh seorang Arab ia diberi nama Sultan Suriansyah.
Golongan yang menyebarkan agama Islam di Kalimantan Selatan
Sebelum adanya penghulu dari demak yang mengislamkan sultan
suriansyah terdapat beberapa bukti tentang datang nya islam di
kalimantan selatan ,
• Pada abad ke 15 terdapat para pedangang dari gujarat dan cina
yang beragama islam datang ke indonesia
• adanya berita tentang pedagang Islam dari Jawa (Raden Paku)
yang pernah singgah dan berdagang di pelabuhan Banjarmasin,
juga adanya anjuran Patih Masih agar Raden Samudera meminta
bantuan kepada Sultan Demak, serta adanya kelompok
pedagang dari luar seperti orang Melayu, orang Cina, orang
Bugis, orang Makasar, orang Jawa, yang menyatakan membantu
raden Samudera ketika timbul perlawanan terhadap Pangeran
Tumenggng, semua itu menunjukkan bahwa agama Islam sudah
masuk ke kalimantan Selatan melalui para pedagang jauh
sebelum bantuan dan Penghulu yang dikirimkan Sultan Demak
sampai di Banjarmasin.
Peninggalan Sejarah Islam di Kalsel
• Mesjid Al karomah
• Sebagai pusat Kerajaan Banjar,
Martapura tercatat menjadi saksi 12
sultan yang memerintah. Pada waktu itu
Mesjid berfungsi sebagai tempat
peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi
umat Islam dan markas atau benteng
pertahanan para pejuang dalam
menantang Belanda. Akibat pembakaran
Kampung Pasayangan dan Masjid
Martapura, muncul keinginan
membangun Masjid yang lebih besar.
Tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi,
pembangunan masjid pun dimulai.
Masjid Agung Al Karomah, dulu namanya
adalah Masjid Jami’ Martapura, yang
didirikan oleh panitia pembangunan
masjid yaitu HM. Nasir, HM. Taher (Datu
Kaya), HM. Apip (Datu Landak).
• Mesjid Keramat Banua Halat
• Masjid Al-Mukarromah atau yang lebih dikenal
dengan nama Masjid Keramat Banua Halat adalah
masjid tua yang berada di desa Banua Halat Kiri,
Tapin Utara, Tapin, Kalsel. Masjid ini berjarak sekitar
120 km dari ibukota provinsi Kalimantan Selatan.
Diceritakan bahwa ketika agama Islam masuk ke
daerah ini, maka terjadilah pemisahan antara
penduduk yang menganut agama Islam dengan
penduduk yang masih menganut kepercayaan nenek
moyang. Sejak itulah kampung mereka disebut Banua
Halat, artinya “kampung pembatas”, yaitu pembatas
antara penduduk yang menganut agama Islam
dengan yang menganut kepercayaan lama. Sisa-sisa
budaya dari kelompok ini, yang menunjukkan bahwa
mereka pada mulanya merupakan kesatuan
komunitas dapat ditelusuri dari peralatan upacara
Baayun Maulid (lazim disebut Baayun Mulud) yang
diselenggarakan di Masjid Banua Halat bersamaan
dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
tanggal 12 Rabiul Awal. Tradisi mengayun anak yang
merupakan perpaduan unsur kepercayaan lama
dengan Islam ini tidak hanya dijalani oleh bayi dan
anak-anak, namun juga orang-orang tua.
• Komplek pemakaman Sultan suriansyah

Anda mungkin juga menyukai