Anda di halaman 1dari 22

BAHAN SOSIALIASI

PENDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN


BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
ISI PANDUAN

1. Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


2. Pemahaman Karakteristik Peserta Didik
3. Perencanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

4. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

5. Evaluasi, Pelaporan, dan Tindak Lanjut


BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PENDIDIKAN
BAHAN SOSIALIASI
PENDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
BAHASAN
A. RASIONAL
B. LANDASAN HUKUM
C. HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING
D. TUJUAN
E. PENGGUNA
A

RASIONAL
MAKNA PENDIDIKAN

PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Bab I, Pasal 1, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas)
FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Fungsi dan Tujuan Pendidikan:


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. (Bab II, Pasal 3, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

= GAMBARAN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU TINGGI DI MASA DEPAN

Sikap Spiritual beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta
Sikap Sosial bertanggung jawab
Pengetahuan berilmu
Keterampilan cakap dan kreatif

7
SUASANA
BELAJAR
Spiritual keagamaan
 Akhlak mulia

PESERTA DIDIK
AKTIF Pengendalian diri
PENDIDIKAN Mengembangkan  Kepribadian
Potensi Diri

Kecerdasan
Keterampilan

PROSES
BELAJAR

LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG IDEAL


NILAI-NILAI LUHUR DALAM
TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL

OLAH HATI:
OLAH PIKIR:
Jujur
Cerdas
Bertanggung
jawab

OLAH JIWA:

Beriman & Bertaqwa


OLAH RAGA:
OLAH RASA
DAN KARSA:
Bersih dan
Sehat Peduli
Kreatif

www.themegallery.com
KOMPONEN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
B

LANDASAN HUKUM
Landasan Hukum Utama
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2008

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 64 tahun 2014

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 111 tahun 2014
C

HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING


PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING
DI INDONESIA

• Paradigma bimbingan dan konseling yang dikembangkan ABKIN: peserta


didik dalam proses menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian yang memerlukan bimbingan, karena
kurang memiliki pemahaman tentang dirinya, lingkungannya, dan
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.

• Terdapat keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak


selalu berlangsung secara mulus atau bebas dari masalah. Proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, searah
dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut (Depdiknas, 2007 ).
BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN 2014

• Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis,


objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram
yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan
dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian
dalam kehidupannya.
• Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan
Konseling pada satuan pendidikan.
BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN 2014

• Konselor adalah pendidik profesional yang


berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru
Bimbingan dan Konseling/ konselor.
• Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik
yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling dan memiliki kompetensi di bidang
Bimbingan dan Konseling.
PENYELENGGARA LAYANAN BK di SMK
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN 2014

• Konselor atau guru bimbingan dan konseling


• Setiap satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK
diangkat sejumlah konseloratau guru bimbingan dan
konseling dengan rasio 1 : (150-160) (satu konselor atau guru
bimbingan dan konseling melayani 150 - 160 orang peserta
didik/konseli)
• Setiap satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK,
diangkat koordinator bimbingan dan konseling yang berlatar
belakang minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi
guru bimbingan dan konseling/konselor; atau minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
17
TUJUAN :

1. memandu guru bimbingan dan konseling


atau konselor dalam memfasilitasi dan
memperhatikan ragam kemampuan,
kebutuhan, dan minat sesuai dengan
karakteristik peserta didik/konseli
2. memfasilitasi guru bimbingan dan konseling
atau konselor dalam merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan
tindak lanjut
TUJUAN : (LANJUTAN)
3. memberi acuan guru bimbingan dan konseling
atau konselor dalam mengembangkan program
layanan bimbingan dan konseling secara utuh dan
optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan
daya dukung sarana dan prasarana yang dimiliki
4. memfasilitasi memandu guru bimbingan dan
konseling atau konselor dalam menyelenggarakan
bimbingan dan konseling agar peserta
didik/konseli dapat mencapai perkembangan diri
secara optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan
bahagia dalam kehidupannya
5. memberi acuan bagi pemangku kepentingan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling
PENGGUNA :

Guru bimbingan dan konseling atau konselor menyelenggarakan


1 kegiatan bimbingan dan konseling berdasarkan panduan.
Kepala Sekolah mendukung dan memfasilitasi penyelenggaraan
2 layanan bimbingan dan konseling.
Kepala Dinas Pendidikan memberikan kebijakan yang mendukung
3 penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pengawas pendidikan mensupervisi dan membina penyelenggaraan
4 bimbingan dan konseling sebagai bagian dari program pendidikan di
sekolah.
PENGGUNA (LANJUTAN):

Lembaga pendidikan yang menyiapkan guru bimbingan dan


konseling atau konselor hendaknya mengembangkan kurikulum
5 yang memfasilitasi perkembangan kompetensi lulusan, sesuai
dengan standar kompetensi lulusan (SKL) yang diharapkan
Organisasi profesi memberikan dukungan dalam Pengembangan
6 Keprofesian guru bimbingan dan konseling atau konselor .
Komite Sekolah memberikan dukungan penyelenggaraan layanan
7 bimbingan dan konseling di SMK.
PPPPTK Penjas dan BK menyelenggarakan kegiatan pelatihan
8 dengan memperhatikan panduan operasional
TERIMAKASIH

22

Anda mungkin juga menyukai