Anda di halaman 1dari 44

ANEMIA

Nungki Samahah
201710401011037

Pembimbing:
dr. Een Hendarsih, Sp.PD, KHOM, FINASIM
Definisi
Berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.

Kriteria WHO anemia 


kadar hemoglobin :
• di bawah 13 g% pada pria
• di bawah 12 g% pada wanita
Epidemiologi
Riskesdas 2013  Anemia
21,7% di Indonesia

5-14 tahun : 26,4%, 14-24 tahun :


18,4%

Wanita mempunyai risiko terkena anemia


paling tinggi terutama pada remaja putri
Etiologi
gangguan pembentukan eritrosit

kehilangan darah keluar tubuh


(perdarahan)

proses penghancuran eritrosit


didalam tubuh sebelum
waktunya (hemolysis)
Patofisiologi Anemia
• Embrio awal  Sel darah merah (SDM) diproduksi yolk sac
• UK 3 bulan  sel-sel limpa
• UK 7 bulan terbentuk di dalam hati, limpa, dan kelenjar
sumsum tulang
• SDM berasal dari sel progenitor  sel induk pluripoten.
• Eritropoesis terjadi dalam sumsum tulang  dikendalikan
jaringan stroma, sitokin, dan hormon eritropoietin
Hormon Eritropoetin
• Diproduksi terutama oleh
ginjal
• Sebagai respons terhadap
hipoksia dan disekresikan
ke dalam plasma
Diferensiasi dan Pematangan SDM
Metabolisme SDM
• SDM menghasilkan energi (2 • Sel darah merah tua 
ATP) untuk mempertahankan dihancurkan makrofag setelah
bentuk cakram bikonkaf, volume, 120 hari
dan kelenturan  dapat melewati
sirkulasi
• Membran eritrosit  dua lapisan
lipid, protein membran integral
dan rangka membran  bila
defek protein  kelainan bentuk
SDM
Gejala Anemia
Gejala yang timbul di setiap kasus anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar Hb turun
dibawah nilai tertentu.

Berat ringannya gejala tergantung:

Kecepatan Derajat Kelainan


Penurunan Penurunan Usia Jantung
Hemoglobin Hemoglobin Sebelumnya

Gejala anemia dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis gejala:

Gejala Spesifik
Gejala Umum Gejala Penyakit
Masing-masing
Anemia Dasar
Anemia
Gejala Umum
• Muncul bila Hb <7 gr/dl
• Sesak napas saat beraktivitas
• Sesak pada saat istirahat
• Mata berkunang-kunang
• Kaki terasa dingin
• Dispepsia
• Fatigue (lemah, lesu, cepat lelah)
• Gejala dan tanda keadaan
hiperdinamik
- denyut nadi kuat
- jantung berdebar
- roaring in the ears (tinnitus)
• Pasien tampak pucat (konjungtiva,
jaringan bawah kuku)
Gejala Spesifik Anemia Defisiensi Besi
• Disfagia
• Atrofi papil lidah
• Stomatitis angularis
• Kuku sendok (koilonychia)
• Pica yaitu keinginan untuk
memakan bahan yang tidak lazim
Gejala Spesifik Anemia Megaloblastik

• Glositis
• Gangguan neurologik pada
defisiensi vitamin B12
Gejala Spesifik Anemia Hemolitik
• Ikterus
• Splenomegali
• Hepatomegali
Gejala Spesifik Anemia Aplastik
• Perdarahan
- kulit
- gusi
- retina
- hidung
- saluran cerna
- vagina
- tanda-tanda infeksi.
Gejala Penyakit Dasar
• Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan
anemia. Bervariasi tergantung penyebabnya
• Contohnya:
Anemia akibat infeksi cacing tambang:
1. Sakit perut
2. Pembengkakan parotis
Pendekatan Diagnosis
Tahapan yang harus dilakukan untuk diagnosa anemia:
• Menetukan adanya anemia
• Menentukan jenis anemia
• Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia
• Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan
mempengaruhi hasil pengobatan
Yang perlu diperhatikan pada pendekatan klinis
anemia:

• Awitan/Kecepatan timbulnya Anemia


1

• Berat / Ringannya Gejala Anemia


2

• Gejala yang menonjol


3
Awitan Penyakit
• Anemia yang timbul cepat • Anemia yang timbul pelan-
(hari-minggu)  pelan  ADB, defisiensi
perdarahan akut, hemolitik B12, asam folat, penyakit
(AIHA, defisiensi G6PD), kronis, hemolitik kongenital
leukimia akut, krisis aplastik
(hemolitik kronis)
Berat/Ringannya Anemia
• Anemia berat  ADB, • Anemia ringan-sedang 
anemia aplastik, leukimia penyakit kronis, penyakit
akut, hemolitik kongenital sistemik, thalassemia trait
(thalassemia major), pasca
perdarahann akut, CKD
stadium terminal
Gejala yang Menonjol
Lebih menonjol gejala anemia atau gejala penyakit dasar
• Gejala Anemia  • Gejala penyakit penyerta
1. Anemia Defisiensi Besi Anemia pada penyakit kronis,
2. Anemia aplastik dan anemia sekunder lainnya
3. Anemia Hemolitik (penyakit sistemik, penyakit
hati, penyakit ginjal)
Pendekatan Diagnosis

Dapat dilakukan dengan beberapa cara:


1. Pendekatan Diagnosis Tradisional : dengan melihat anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium
2. Pendekatan Diagnosis Morfologi : dengn meliht morfologi
SDM di hapusan darah tepi
3. Pendekatan Diagnosis Fungsional : dengan melihat etiologi
anemianya
4. Pendekatan Diagnosis Probalistik: pendekatan dengan melihat
pola etiologi anemia berdasarkan pada data epidemiologi di
suatu daerah
PENDEKATAN
TRADISIONAL
Anamnesis
• Perdarahan
• Riwayat artritis reumatoid
• Tanda hemolisis
• Riwayat gagal ginjal
• Tanda supresi sumsum
• Waktu terjadinya anemia:
tulang
baru, subakut, atau lifelong
• Defisiensi besi dan
• Etnis dan daerah asal
penyebab
penderita
• Defisiensi asam folat dan
vitamin B12 dan penyebab
• Riwayat melena pada
penderita ulkus peptikum
• Obat-obatan
- Riwayat transfusi
- Penyakit hati
- Pengobatan dengan preparat Fe
- Paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan
- Penilaian status nutrisi
Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Fisik • Splenomegali
• Takikardia, dispnea, • Hepatomegali
hipotensi postura • Nyeri tulang t.u sternum
• Pucat • Kuku rapuh, cekung/sendok
• Ikterus • Pteki, ekomosis, perdarahan
• Penonjolan tulang lain
frontoparietal, maksila • Glositis, stomatisis
(facies rodent/chipmunk) angularis
• Lidah licin • Ulkus rekuren di kaki
• Limfadenopati • Infeksi rekuen
Laboratorium
• CBC • Indeks eritrosit 
• Hemoglobin, hematokrit, menentukan morfologi dari
jumlah eritrosit, ukuran anemia  MCV, MCH,
eritrosit, dan hitung jumlah MCHC
leukosit
• Morfologi hapusan darah
tepi
• Sel darah merah berinti
(normoblas)
• Normoblas  kelainan
hematologis; penyakit sickle
cell, talasemia, anemia
hemolitik lain
• Pada penderita tanpa
kelainan hematologis
sebelumnya  adanya
sepsis atau gagal jantung
berat
• Hipersegmentasi neutrofil
• Lebih dari 5% neutrofil
berlobus > 5 dan/atau satu
atau lebih neutrofil berlobus
>6
• Tanda gangguan sintesis
DNA  defisiensi vitamin
B12 dan asam folat
• Hitung retikulosit
• RPI < 2  kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel darah
merah atau anemia hipoproliferatif
• RPI 3 atau lebih  indikasi adanya hiperproliferasi sumsum tulang
atau respons yang adekuat terhadap anemia
• Jumlah leukosit dan hitung • Trombositopenia 
jenis hipersplenisme, keterlibatan
• Leukopenia  supresi atau keganasan pada sumsum
infiltrasi sumsum tulang, tulang, destruksi trombosit
hipersplenisme atau autoimun (idiopatik atau
defisiensi B12 atau asam karena obat), sepsis,
folat defisiensi folat atau B12
• Leukositosis  infeksi,
inflamasi atau keganasan
hematologi
• Trombositosis  penyakit • Pemeriksaan sumsum tulang
mieloproliferatif, defisiensi (aspirasi dan biopsi trefin)
Fe, inflamasi, infeksi atau  Detail sel yang sedang
keganasan berkembang, perbandingan
• Pansitopenia  kombinasi berbagai galur sel, adanya
anemia, trombositopenia sel yang asing dalam
dan netropenia  anemia sumsum tulang, menilai
aplastik, defisiensi folat, kepadatan sel sumsum
vitamin B12, atau tulang, adanya fibrosis, atau
keganasan hematologis infiltrat abnormal (biopsi
(leukemia akut). trefin)
a) Jarum aspirasi umsum tulang
b) Jarum biopsi trefin sumsum
tulang
PENDEKATAN
MORFOLOGI
Pendekatan Diagnostik Berdasarkan
Hasil Laboratorium

Anemia

Hapusan darah tepi dan


indeks eritrosit
(MCV,MCH,MCHC)

Anemia hipokrom Anemia normokrom Anemia makrositer


mikrositer normositer
Algoritme Pendekatan Diagnosis Pasien dengan Anemia Hipokrom Mikrositer
Algoritme

Pendekatan

Diagnosis Anemia

Normokrom

Normositer
Algoritme

Pendekatan

Diagnostik

Anemia

Makrositer
Pendekatan Fungsional
Pendekatan Probabilistik Pola Etiologi
• Jenis anemia yang paling • Perempuan hamil  anemia
sering dijumpai di dunia defisiensi folat
adalah anemia defisiensi • Endemis malaria  anemia
besi, anemia akibat penyakit akibat malaria
kronik, dan thalassemia • Anak-anak  thalassemia
• Daerah tropis  anemia • Bali/Indonesia  anemia
defisiensi besi >>>, anemia aplastik sering
penyakit kronik >>,
thalassemia
Anemia defisiensi Besi peroral : Sulfas ferosus dosis 3x200mg
Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate,
besi ferrous succinate
 
  Preparat besi sebaiknya diberikan saat lambung kosong. Pengobatan
  dilakukan selama 6 bulan setelah kadar Hb normal untuk
  mengurangi angka kekambuhan
  Es : mual, muntah, konstipasi
  Besi parenteral : iron dextran complex, iron sorbitol citric acid
  complex im atau iv pelan.
  Dosis besi parenteral :
  Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB X 3
 
    
 
  indikasi : intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, colitis
  ulserativa, perlu peningkatan Hb secara cepat (preoperasi, hamil
trimester akhir)
es : reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah,
nyeri perut dan sinkop
Pengobatan lain :
Diet tinggi protein hewani
Vit C dosis 3 x 100 mg/hari
Transfuse PRC dengan indikasi
Kebutuhan: besi
adanya
(mg) = penyakit jantung
(15-Hb sekarang) x BB Xanemic
dengan ancaman payah jantung, anemia yang 3 sangat simptomatik,
memerlukan peningkatan kadar Hb cepat
Anemia penyakit Tangani penyakit dasar
kronik

Anemia sideroblastik Simptomatik dengan transfuse darah


Pemberian vit B6 (piridoksin)

Thalasemia Hipertransfusi : 2-4 unit darah tiap 4-6 minggu


Pemberian iron chelator (desferal) dengan infusion bag atau secara
subkutan
Asam folat 5 mg/hari p.o.
Splenektomi bila ditemukan splenomegali
Terapi definitive dengan transplantasi sumsum tulang
Terapi eksperimental dengan rekaya genetic : transfer gen
Sferositosis herediter Splenektomi

Defisiensi G6PD Hentikan obat yang memicu hemolisis


Transfusi bila anemia berat

Anemia megaloblastik Defisiensi vit B12 : hydroxycobalamin 200 mg/hari atau 1000 mg
diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan
200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
Defisiensi asam folat : asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan

Anda mungkin juga menyukai