Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah

  HERTETI ROSPELTA, S.KOM., M.Si.


 
 
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Kebijakan DAK TA. 2015
1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP, serta melakukan restrukturisasi bidang DAK sehingga
lebih fokus dan berdampak signifikan.
2. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan
publik untuk mendorong pencapaian standar pelayanan minimal (SPM), melalui penyediaan sarana dan
prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat, serta meningkatkan efektivitas belanja daerah, dengan lebih
memperhatikan daerah tertinggal, perbatasan dan pesisir/kepulauan.
3. Melanjutkan kebijakan afirmasi DAK yang diprioritaskan pada bidang infrastruktur dasar untuk daerah
tertinggal dan perbatasan yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah
4. Meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) sehingga lebih tepat sasaran dan tepat
waktu.
5. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui koordinasi perencanaan dan
pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan.
6. Meningkatkan akurasi data-data teknis dan menajamkan indikator pengalokasian DAK;
7. Pengalokasian DAK lebih memprioritaskan daerah-daerah dengan kemampuan fiskal rendah;
8. Memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah pesisir dan kepulauan
sebagai kriteria khusus dalam pengalokasian DAK;
9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi, baik di tingkat pusat maupun daerah.;
10. Mendorong mekanisme pelaporan dan evaluasi DAK berbasis elektronik (web based system) yang
terintegrasi.

2
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Peraturan per-UU Bid Keuda

UU 17/2003; UU 23/2014
UU 33/2004; UU 1/2004
UU 15/2004;UU 25/2004
PP 55/2005

PKD
PP 58/2005
OMNIBUS REGULATIONS
•PERMENDAGRI 13/2006
PERDA •PERMENDAGRI 59/2007
•PERMENDAGRI 21/2011
•PERMENDAGRI 20/2009
•PERMENDAGRI 59/2010

Peraturan KDH •PERMENDAGRI 52/2015

3
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal

ASAS UMUM APBD

1. Disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan


pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
2. Dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat untuk tercapainya tunjuan bernegara.
3. APBD mempunyai fungsi Otorisasi, Perencanaan,
Pengawasan, Alokasi, Distribusi, Stabilisasi.
4. APBD ditetapkan dengan PERDA.
5. Semua Penerimaan dan Pengeluaran daerah
dianggarkan dalam APBD.
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal

STRUKTUR APBD

APBD

Pendapatan Belanja Pembiayaan


KELOMPOK PENDAPATAN APBD
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:


1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya
4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
KELOMPOK BELANJA APBD
A. Belanja Tidak Langsung:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Bantuan Keuangan
8. Belanja Tak Terduga

B. Belanja Langsung: (Penganggaran DAK )


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang & Jasa (u/ keg yg hasilnya diserahkan ke masyarakat)
3. Belanja Modal (u/ keg yg hasilnya jadi aset Pemda)

7
KELOMPOK PEMBIAYAAN

A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun
Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman
Pembiayaan Neto (A – B)
PENGADAAN BARANG DAN JASA
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal yang akan diserahkan kepada Masyarakat /Pihak ke-3

 Belanja barang/jasa digunakan untuk menganggarkan


pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari
12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan diserahkan
atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
(Pasal 50 ayat (1) Permendagri 21 Tahun 2011)

 Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak


ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa.
Dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan
diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh
belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
barang/jasa sampai siap diserahkan
(Permendagri 52 Tahun 2015)
9
Proses Perencanaan & Penganggaran DAK dalam APBD
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Tahun Anggaran 2016

Alokasi DAK dan Juknis DAK diterima setelah APBD ditetapkan

MEI-2015 JUNI –JULI 2015

RPJMD KUA & PPAS


RKPD
RKPD

DES-2015 OKT-NOP 2015 AGUST-SEPT 2015

PERDA APBD &


RAPBD RKA-SKPD
PERKADA TTG RKA-SKPD
PENJABARAN APBD JUKNIS/JUKLAK
PAGU DAK DAK

JAN-DES 2016 SEP-OKT 2016


JANUARI 2016
APBD-P
PELAKSANAAN
DPA-SKPD PROG&KEG
DPA-SKPD

10
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Penganggaran DAK
o DAK dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN TA 2016 atau Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK TA 2016.
o Dalam hal Perpres mengenai Rincian APBN TA 2016
atau Peraturan MenKeu mengenai Alokasi DAK TA
2016 belum ditetapkan, maka penganggaran DAK
didasarkan pada alokasi DAK daerah provinsi dan
kab/kota TA yang diinformasikan secara resmi oleh
Kemenkeu, setelah Rancangan UU ttg APBN TA
2016 disetujui bersama antara Pemerintah dan
DPR-RI.

11
Langkah-2 Pemda u/ Percepatan Pelaksanaan DAK akibat adanya
Keterlambatan Penyampaian Juknis ke Daerah & Pagu Alokasi
Kemeterian Dalam Negeri

Definitif Setelah Perda APBD ditetapkan (Permendagri 52/2015)


Sekretariat Jenderal

Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-DR, DAK, Dana
BOS, Dana Otonomi Khusus, Dana Infrastruktur untuk Provinsi Papua dan
Papua Barat, Dana Insentif Daerah, Dana Darurat, dan dana transfer lainnya
yang sudah jelas peruntukannya serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan
darurat dan/atau mendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/atau
belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului
penetapan perda P-APBD
dengan cara
Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan Penjabaran
A Menetapkan
APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD
APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD

Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar


B
pelaksanaan kegiatan

Lebih lanjut, ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD,


C atau dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah
menetapkan P-APBD atau tidak melakukan P-APBD

12
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Belanja Tidak Terduga
o Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara
rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun
Anggaran 2015 dan kemungkinan adanya kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,
diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja
tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan
yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi
berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana,
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana
pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk
program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2016,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya

13
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
PERUBAHAN PENGGUNAAN DAK

Kendala dalam penyesuaian atau perubahan penggunaan DAK


Rekomen-dasi
untuk kegiatan yang belum atau sudah dilaksanakan

Kegiatan “belum” dilaksanakan:


 Dikonsultasikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri
teknis terkait setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan
Menteri Dalam Negeri, yang selanjutnya dijadikan dasar
persetujuan DPRD.
Permendagri 20/2009 ttg Pedoman Pengelolaan Keuangan DAK di Daerah

Kegiatan “sudah” dilaksanakan:


 Penegasan status barang/aset sebelum diubah penggunaannya ,
melalui audit oleh instansi yang kompeten/berwenang.

14
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal
Dana Pendamping
Pasal 61 ayat (1) PP 55/2005 ttg Dana Perimbangan
o Dana Pendamping dlm APBD wajib dialokasikan sekurang2nya 10%
dari jumlah alokasi DAK yang ditetapkan masing2 daerah.
o Kewajiban penyediaan Dana Pendamping menunjukkan komitmen
daerah terhadap bidang kegiatan yang didanai dari DAK yang
merupakan kewenangan daerah
o Dana pendamping dianggarkan utk kegiatan bersifat fisik (kegiatan
diluar kegiatan administrasi proyek, kegiatan penyiapan proyek fisik,
kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai
daerah, dan kegiatan umum lain yang sejenis).

Permendagri 20/2009 dan Permendagri 37/2014


• Penyusunan RKA-SKPD untuk Dana Pendamping dilakukan menyatu
dengan kegiatan DAK.
• Dimungkinkan untuk memanfaatkan saldo anggaran yg tersedia dalam
Sisa Lebih Penggunaan APBD TA sebelumnya atau menggesar Belanja
Tidak Terduga atau resecheduling kegiatan program dan kegiatan yg
kurang mendesak 15
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Formulir
KEGIATAN DAK BIDANG ....................
Provinsi/Kabupaten/Kota ……. RKA - SKPD 2.2.1
Tahun Anggaran …...
Urusan Pemerintahan : x. xx. ………………….
Organisasi : x. xx. xx. …
Program : x. xx. xx. xx. ………………….
Kegiatan : x. xx. xx. xx. xx. ………………….
Lokasi kegiatan : ………………….
Jumlah Tahun n-1 : Rp .................. (......................................................)
Jumlah Tahun n : Rp ................ (.........................................................)
Jumlah Tahun n+1 : Rp .................. (.......................................................)
Jumlah Tahun n+2 : Rp .................. (........................................................)
Jumlah Tahun n+3 : Rp .................. (........................................................)
Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung
Tolok Ukur
Indikator Target Kinerja
Kinerja
DAK Dana Pendamping Jumlah
Capaian Program 1.000.000.000 100.000.000 (10%)
Masukan
Keluaran
Hasil 1.100.000.000
Kelompok Sasaran Kegiatan : ……………
Rincian Anggaran Belanja Langsung
menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode Rincian Penghitungan Jumlah
Uraian
Rekening volume satuan Harga satuan (Rp)
1 2 3 4 5 6=(3 x 5)
x x x xx xx

Jumlah
……..,tanggal………..
Kepala SKPD
(nama lengkap)
Keterangan :
Tanggal Pembahasan :
Catatan Hasil Pembahasan :
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
No Nama NIP Jabatan Tandatangan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Surat Edaran Bersama MENDAGRI dan Kepala LKPP
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
No: 027/5308/SJ dan No: 6/SE/KA/2012
Tgl. 27 Desember 2012
Tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Kemeterian Dalam Negeri
Sekretariat Jenderal

Koordinasi Juknis Kegiatan DAK.

18
Kemeterian Dalam Negeri
Ketentuan mengenai Juknis DAK
Sekretariat Jenderal

1. UU 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah:


a. Pasal 8
Binwas penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Daerah secara nasional
dikoordinasikan oleh Mendagri

2. PP No. 55/2004 ttg Dana Perimbangan:


a. Pasal 59:
Bahwa “Menteri Teknis menyusun Petunjuk Teknis DAK penggunaan DAK yang
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri”.
b. Pasal 60:
Bahwa “Daerah Penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK di
dalam APBD dan Penggunaan DAK dimaksud dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK”.

3. Perpres 36/2015 ttg Rincian APBN 2015:


Bahwa Petunjuk Teknis ditetapkan paling lambat 2 minggu setelah
Perpres tentang Rincian APBN 2015 diundangkan.

19
Kemeterian Dalam Negeri
Koordinasi Penyusunan Juknis DAK
Sekretariat Jenderal

 Pertimbangan: untuk koordinasi penyusunan


PERMENDAGRI Juknis DAK sebagaimana Pasal 59 ayat (2) PP
NO. 71/2011 No. 55/2005 ttg Dana Perimbangan.
ttg Koordinasi  Tujuan: sinkronisasi rancangan Juknis DAK yg
Penyusunan telah disusun oleh KL/LPNK dgn prinsip
Juknis DAK penyelenggaraan Otda dan prioritas
pembangunan nasional.

Dibentuk Pokja dgn Sinkronisasi meliputi:


anggota: Kemen.PPN/
1. Ketepatan jadwal penetapan Juknis;
Bappenas; Kemenkeu:
2. Kesesuaian penggunaan/pemanfaatan DAK pd
dan Kemendagri.
masing2 bidang dgn pencapaian prioritas nas;
Tugas mengkoordinasikan 3. Keselarasan dgn prinsip penyelenggaraan Otda;
penyusunan Juknis DAK yg 4. Kesesuaian dengan pengelolaan keuangan.
disusun oleh KL/LPNK.
Output/outcome based mengacu pada RKP

20
Kemeterian Dalam Negeri
Penetapan Petunjuk Teknis DAK TA 2015
Sekretariat Jenderal

  Bidang DAK Tahun 2015 Nama Juknis Nomor Ditetapkan

Bidang DAK Pelayanan Dasar      

1. DAK Bidang Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk 162/2014 24 Desember 2014
Teknis Penggunaan DAK Bidang Pendidikan TA 2015.

2. DAK Bidang Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan 84/2014 17 Oktober 2014
DAK Bidang Kesehatan TA 2015.

3. DAK Bidang Infrastruktur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Petunjuk Teknis 15/PRT/M/2010 1 November 2010
Irigasi (KemenPU) Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur.

4. DAK Bidang Infrastruktur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Petunjuk Teknis 15/PRT/M/2010 1 November 2010
Sanitasi dan Air Minum Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur.
(Kemen PU)
5. DAK Bidang Transportasi      
  Subbidang Infrastruktur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Petunjuk Teknis 15/PRT/M/2010 1 November 2010
Jalan (Kemen PU) Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur.

  Subbidang Keselamatan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Petunjuk Teknis Sub 81/2014 11 Desember 2014
Transportasi Darat (Kemen Bidang Keselamatan Transportasi Darat.
Perhubungan)
  Subbidang Transportasi Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis 103/2014 25 Desember 2014
Perdesaan (Kementerian Pengelolaan DAK Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015.
Dalam Negeri)
6. DAK Bidang Energi Permen ESDM tentang Juknis Penggunaan DAK Bidang Energi 10/2015 4 Maret 2015
Perdesaan Perdesaan TA 2015

21
Kemeterian Dalam Negeri
Penetapan Petunjuk Teknis DAK TA 2015
Sekretariat Jenderal

  Bidang DAK Tahun 2015 Nama Juknis Nomor Ditetapkan

Bidang Non Pelayanan Dasar      


7. DAK Bidang Kelautan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang 51/Permen/KP/2014 16 Oktober 2014
Perikanan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015.
8. DAK Bidang Pertanian Peraturan Menteri Pertanian tentang Petunjuk Teknis 123/Permentan/HK.0 10 November 2014
Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2015. 30/11/2014

9. DAK Bidang Prasarana Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis 103/2014 25 Desember 2014
Pemerintahan Daerah Pengelolaan DAK Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015.
(Kemdagri)
  Subbidang Prasarana sda 103/2014 25 Desember 2014
Pemerintahan Daerah

  Subbidang Pemadam sda 103/2014 25 Desember 2014


Kebakaran
  Subbidang Satpol PP sda 103/2014 25 Desember 2014
10. DAK Bidang Lingkungan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 8/2014 23 Desember 2014
Hidup tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang
Lingkungan Hidup Tahun 2015.
11. DAK Bidang Kehutanan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 98/2014 24 Desember 2014
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang
Kehutanan TA 2015.
12. DAK Bidang Keluarga Surat Sestama No.227/RC.104/B1/2014 Perihal draft final    26 Januari 2015
Berencana buku pedoman DAK 2015
13. DAK Bidang Sarana Peraturan Menteri Perdagangan tentang Petunjuk Teknis 91/2014 18 Desember 2014
Perdagangan Penggunaan DAK Bidang Sarana Perdagangan TA 2015.

14. DAK Bidang Perumahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 03/PRT/M/2015 4 Maret 2015
dan Permukiman tentang Juknis DAK Bidang Infrastruktur.

22
Kemeterian Dalam Negeri
Beberapa Kendala dan Tindaklanjut yg diperlukan
Sekretariat Jenderal

No. Permasalahan Implikasi (Daerah) Tindak lanjut yang diperlukan (Pusat)


1. Juknis terlambat  Daerah kesulitan memperoleh  Memberi informasi indikasi kegiatan
diterima daerah informasi kegiatan/program untuk DAK lebih awal kepada daerah
dimuat dalam RAPBD.
 Penerbitan Juknis dipercepat
 Juknis terlambat menghambat
 Juknis berlaku lebih dari satu tahun
peyaluran dan pelaksanaan DAK.
(multi years)
2. Juknis berubah  Daerah harus merevisi kegiatan  Aturan Juknis agar konsisten dengan
dalam tahun DAK yg telah dimuat dalam APBD. prioritas nasional yg ditetapkan dlm
anggaran berjalan  Waktu pelaksanaan DAK tertunda RKP
karena daerah harus menunggu  Penyusunan Juknis perlu
perubahan dan proses revisi. direncanakan dgn baik.
3. Ketentuan Juknis  Berpotensi menyulitkan daerah  Penyusunan Juknis harus
tdk sesuai (contoh tidak sesuai norma memperhatikan ketentuan
ketentuan per-UU pengelolaan keuda) perundang-undangan yang ada.
 Daerah ragu melaksanakan
kegiatan DAK
 Menghambat pelaksanaan dan
penyaluran DAK

23
Kemeterian Dalam Negeri
Beberapa Kendala dan Tindaklanjut yg diperlukan
Sekretariat Jenderal

No. Permasalahan Implikasi (Daerah) Tindak lanjut yang diperlukan (Pusat)


4. Juknis terlalu  Menyulitkan daerah dlm  Perlu standar pengaturan
rinci/detail melaksanakan kegiatan DAK penyusunan Juknis
5. Menu kegiatan  Daerah tidak dapat melaksanakan  Program/kegiatan harus konsisten
Juknis tidak sesuai kegiatan DAK dengan prioritas nasional di bidang
dengan kondisi  Penyesuaian kegiatan DAK dan yg bersangkutan.
atau kebutuhan dokumen anggaran memerlukan  Kegiatan harus konsisten dengan
daerah waktu indikator dan data kriteria teknis.
 Hasil kegiatan DAK mubazir dan
sasaran prioritas tidak tercapai
 Anggaran tidak optimal terserap
atau menjadi SilPA
6. Koordinasi Juknis  Pencapaian sasaran tidak optimal  Meningkatkan pengendalian diikuti
kurang optimal bahkan potensi perubahan dengan pelaporan secara berkala.
dilapangan.  Binwas secara konsisten.
 Pola penyerapan tidak proporsional
 Permasalahan dilapangan lambat
diatasi
 Daerah kesulitan mendapakan
inforasi yang cepat dana akurat
24
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai