Anda di halaman 1dari 48

Miniproject

PENGARUH EDUKASI NUTRISI DIET DIABETES


MELITUS TERHADAP GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SUKAMANTRI
SUMEDANG
Oleh:
dr. Ejil Frimari Hastia

Pembimbing: dr.
Elizabeth vea noveria
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013


melaporkan bahwa sekitar 382 juta atau 8,3% usia dewasa di
dunia menderita DM.

Sebanyak 80% diantaranya berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah


dan menengah

World Health Organization memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di


Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun
2030.

Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi DM di Indonesia sebesar 2,1%.


Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kejadian Diabetes Melitus di wilayah Puskesmas sukamantri


november 2019-februari 2020
Tujuan Khusus
Mengetahui distribusi kasus Diabetes Melitus

Menurut umur pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Puskesmas sukamantri


periode Desember 2019-februari 2020.

Menurut jenis kelamin pada pasien DBD di wilayah Puskesmas Puskesmas sukamantri
periode Desember 2019-februari 2020.

Mengetahui pengaruh edukasi tentang asupan nutrisi diet Diabetes Melitus yang
benar terhadap pasien Diabetes Melitus di Puskesmas sukamantri
Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis


dalam meneliti secara langsung di lapangan.

Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program


internsip dokter umum Indonesia.
Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi

Puskesmas sukamantri dalam rangka meningkatkan kinerja program

PTM, gizi, dan surveilans, sehingga dapat menurunkan angka

kejadian Diabetes Melitus dan komplikasi di puskesmas

Sukamantri.
Tinjauan Pustaka
Definisi
Diabetes
Melitus

suatu kelompok penyakit


metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya.
American Diabetes Association (ADA),
Epidemiologi

Tahun 2014 prevalensi global DM usia > 18 tahun


mencapai 9%.
• International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013 diestimasikan
sekitar 382 juta atau 8,3% usia dewasa di dunia menderita DM.
• Sebanyak 80% diantaranya berasal dari negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
Diperkirakan pada tahun 2035, sekitar 592 juta orang,
atau 1 diantara 10 dewasa akan menderita DM.
• Tahun 2007, lebih dari 110 juta penduduk di Asia menderita DM
Indonesia menduduki peringkat ke 7 kejadian
tertinggi untuk DM
• WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta jiwa pada tahun 2030.

Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi DM di


Indonesia sebesar 2,1%,
• prevalensi tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah 3,7%,
Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4% dan Nusa
Tenggara Timur 3,3%.
Klasifikasi
DM

Diabetes Diabetes Tipe


DM Tipe 1 DM Tipe 2
Gestasional Lain

DM yang
diakibatkan oleh
diakibatkan oleh didiagnosis selama
kerusakan sel beta
defek sekresi insulin kehamilan yang
yang menyebabkan
progresif dan adanya disebabkan oleh
defisiensi insulin
resistensi insulin. resistensi insulit
absolut.
terkait kehamilan.
Ras dan etnik

Riwayat keluarga
dengan diabetes

Tidak Dapat Umur


Dimodifikasi

Riwayat melahirkan
bayi BB lahir bayi >
4000 gram

Riwayat lahir dengan


berat badan rendah, <
Faktor Risiko 2500 gram.

Berat badan lebih


(IMT > 23 kg/m2).

Kurangnya aktivitas
fisik.
Dapat
Dimodifikasi Hipertensi (> 140/90
mmHg). Dislipidemia
(HDL < 35 mg/dL dan
atau trigliserida >250
mg/dL)

Diet tak sehat


(unhealthy diet). Diet
dengan tinggi gula dan
rendah serat
Patofisiologi
meningkatkan
Sekresi dan kerja transpor glukosa
Resistensi insulin
insulin terganggu menembus
membran sel

glukosa darah
meningkat dan
Jumlah insulin
melewati batas kegagalan sel beta
menurun
kemampuan filtrasi
ginjal

glukosuria
peningkatan jumlah urin
(poliuri) dan juga
menyebabkan dehidrasi.
Hiperglikemia Diuresis osmosis
Akibatnya pusat haus
akan terangsang dan
terjadi polidipsi.
Patogenesis
Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik : sekresi
insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada
jaringan sasaran (target).

Tiga fase dapat dikenali :

• Pertama, glukosa plasma tetap normal walaupun terlihat resistensi insulin karena
kadar insulin meningkat.
• fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun
konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk
hiperglikemia setelah makan.
• Fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin menurun,
menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.
Diagnosis

Curiga DM:

• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat


badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan


kadar glukosa darah.

• secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.


Kriteria diagnosis
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl.
minimal 8 jam.(B). Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam


setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan
beban glukosa 75 gram. (B). Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl


dengan keluhan klasik. Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan


metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
(B)
Untuk kelompok risiko tinggi
yang hasil pemeriksaan
penyaringnya negatif,
pemeriksaan penyaring ulangan
dilakukan tiap tahun; sedangkan
bagi mereka yang berusia > 45
tahun tanpa faktor risiko,
pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun
Tatalaksana

• Menghilangkan keluhan DM,


Jangka memperbaiki kualitas hidup, dan
pendek mengurangi risiko komplikasi akut.

• Mencegah dan menghambat


Jangka progresivitas penyulit
panjang: mikroangiopati dan makroangiopati.

Tujuan akhir • Turunnya morbiditas dan mortalitas


pengelolaan DM.
Edukasi
Tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer

• Materi tentang perjalanan penyakit DM.


• Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
• Penyulit DM dan risikonya.
• Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
• Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
• Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
• Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
• Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
• Pentingnya perawatan kaki.
tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier:

• Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.


• Pengetahuan mengenai penyulit menahunDM.
• Penatalaksanaan DM selama menderitapenyakit lain.
• Rencana untuk kegiatan khusus (contoh:olahraga
prestasi).
• Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:hamil, puasa,
hari-hari sakit).
• Hasil penelitian dan pengetahuan masa kinidan
teknologi mutakhir tentang DM.
• Pemeliharaan/perawatan kaki.
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Bagian penting dari
penatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif. Kunci
keberhasilannya adalah
keterlibatan secara menyeluruh
dari anggota tim (dokter, ahli gizi,
petugas kesehatan yang lain serta
pasien dan keluarganya).
Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri
dari
Karbohidrat Lemak
• 45-65% total asupan energi • 20-25% kebutuhan kalori

Protein Natrium
• 10 – 20% total asupan • untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300
energi mg perhari. Penyandang DM
dan hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara
individual.

Serat Pemanis Alternatif


• 20-35 gram/hari yang •aman digunakan
berasal dari sumber bahan sepanjang tidak melebihi
makanan. batas aman (Accepted
Daily Intake/ADI).
Kebutuhan Kalori

Perhitungan berat badan ideal (BBI)


menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi

• Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

Pria dengan tinggi badan di bawah160 cm dan


wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi
menjadi:

• Berat badan ideal (BBI) =(TB dalam cm - 100) x 1 kg.


• Normal: BB ideal ± 10 %
• Kurus: kurang dari BBI - 10 %
• Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks
Massa Tubuh (IMT) = BB(kg)/TB(m2)

- BB Kurang - BB Normal - BB Lebih


<18,5 18,5-22,9 ≥23,0

- Dengan
- Obes I
risiko 23,0- - Obes II ≥30
25,0-29,9
24,9
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori

Jenis Kelamin Umur


• perempuan 25 kal/kgBB ; • >40 tahun, kebutuhan kalori
pria 30 kal/kgBB. dikurangi 5%. Usia diantara
60 dan 69 tahun,dikurangi
10%. usia > 70
tahun,dikurangi 20%.

Berat Badan
Aktivitas Fisik atau Stres Metabolik • gemuk, dikurangi 20-
Pekerjaan • Penambahan 10-30% 30%
tergantung dariberatnya • kurus, ditambah 20-30%
• Kebutuhan kalori dapat
stress metabolik (sepsis, • Jumlah kalori paling
ditambah sesuaidengan
intensitas aktivitas fisik. operasi, trauma). sedikit 1000-1200 kal
perhari untuk wanita dan
1200-1600 kal perhari
untuk pria.
Jasmani
Latihan jasmani dilakukan teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan
tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
• Dianjurkan melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.

Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu
• bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.

Latihan jasmani dianjurkan berupa bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70%
denyut jantung maksimal)
• seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Denyut jantung maksimal = 220 - usia.


Terapi Farmakologis

Oral
Suntikan.
Antihiperglikemia
Oral

Pemacu Sekresi Peningkat Penghambat


Insulin (Insulin Sensitivitas terhadap Absorpsi Glukosa di
Secretagogue) Insulin saluran pencernaan

Penghambat Alfa
Sulfonilurea Metformin
Glukosidase

Penghambat DPP-IV
Tiazolidindion
Glinid (Dipeptidyl Peptidase-
(TZD)
IV)

Penghambat SGLT-2
(Sodium Glucose Co-
transporter 2)
Antihiperglikemia Suntik
• Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
• Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
• Insulin kerja menengah (Intermediate-acting
insulin)

Insulin • Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)


• Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting
insulin)
• Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan
menengah dan kerja cepat dengan menengah
(Premixed insulin)

Agonis • Pengobatan baru

GLP- • Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta


sehingga terjadi peningkatan pelepasan
1/Incretin insulin, mempunyai efek menurunkan berat
badan, menghambat pelepasan glukagon,
Mimetic dan menghambat nafsu makan.
Terapi Kombinasi

Pengaturan diet dan kegiatan jasmani


dilakukan bersamaan dengan pemberian obat
antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi
• Terapi kombinasi harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda.
• Pada keadaan tertentu jika sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat
diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan
insulin atau kombinasi tiga obat anti-hiperglikemia oral.
Komplikasi

• Kadar glukosa > 250 mg%


Ketoasidosis •

pH < 7.35
HCO3 rendah
Diabetikum • Anion gap yang tinggi
• Keton serum positif

• Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner


• Pembuluh darah tepi: nyeri pada saat beraktivitas dan
Makroangiopat berkurang saat istirahat (claudicatio intermittent), namun
i sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik pada kaki
• Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke
hemoragik
• Retinopati diabetik
Mikroangiopa •
ti Nefropati diabetik
• Neuropati

Kaki • diawali oleh angiopati,


Diabetik neuropati, dan infeksi.
Klasifikasi kaki diabetes
Derajat 0 Simtom pada kaki berupa nyeri

Derajat 1 Ulkus superfisial

Derajat 2 Ulkus dalam

Derajat 3 Ulkus sampai mengenai tulang

Derajat 4 Ganggren telapak kaki

Derajat 5 Gangren seluruh kaki


LAPORAN KEGIATAN
Metode
Quasi
Experiment
Menilai Pengaruh Edukasi Nutrisi Diet Diabetes
Melitus terhadap Gula Darah Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas sukamantri sumedang
Desain Penelitian

One group pre and posttest design

Diet Diabetes Melitus terhadap Gula Darah


Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas sukamantri sumedang

pemeriksaan Gula Darah dari darah


perifer.
Subjek Penelitian

Populasi Penelitian

Semua pasien Diabetes Melitus tanpa komplikasi di


Puskesmas Air Tawar.

Ukuran Sampel

Multistage random sampling

Mengambil sebagian dari anggota populasi yang memenuhi kriteria


inklusi untuk dijadikan sampel penelitian.
Dengan metode sampling :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

P = Proporsi(prevalensi DM di Indonesia tahun 2018 : 8,5 %)

Q = 1-P (1-0,085)

D = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan : 0,1)

Zα = Tingkat kemaknaan (ditetapkan : 1,96)


Kriteria inklusi sampel :

1.Pasien yang datang ke puskesmas sukamantri


dengan diagnosa diabetes melitus

2.Pasien terdiagnosa Diabetes Melitus tanpa


komplikasi

Kriteria eksklusi sampel :


Pasien yang tidak bersedia dijadikan sampel
Metode Pengumpulan Sampel

Data primer dan


sekunder

Laporan
Jumlah pasien
puskesmas
Diabetes Melitus
mengenai jumlah
tanpa komplikasi
pasien
Penyajian Data
Data yang telah terkumpul akan ditabulasi dan
ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram dan penjelasan
naratif.

Variabel Penelitian

Pasien Diabetes Melitus pada bulan Desember, Januari


2019, dan Februari 2020 yang memiliki kadar gula darah yang
tidak stabil.
Definisi Operasional

Diagnosa diabetes mellitus ditegakkan jika didapatkan pada pemeriksaan


glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang


terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP).
Continue...

Alat Ukur : Gluco Check dari darah perifer

Cara Ukur : Pemeriksaan darah tepi

Hasil Ukur : Gula Darah Puasa/Sewaktu

Skala Ukur : Numerik


Prosedur Penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan

Persiapan
penelitian Penentuan tema

Judul penelitian dengan berdiskusi dengan


pihak Puskesmas sukamantri sumedang
Pengambilan
data penelitian Pengambilan data sekunder dari data e-puskesmas

Catatan hasil pemeriksaan gula darah pasien di


laboratorium Puskesmas sukamantri
Pelaporan
hasil
penelitian.
Tempat dan Waktu

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan


Desember 2019-Februari 2020. Pengambilan data
dilakukan di Puskesmas sukamantri sumedang
Provinsi jawa barat

Anda mungkin juga menyukai