Anda di halaman 1dari 18

MEMAKNAI PUISI

(MEMAKNAI SIMBOL KATA, LAMBANG, MAJAS, DAN KATA KIAS)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


Dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


Dengan isyarat yang tak sempat diucapkan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
CARA MEMAKNAI PUISI
1. BACALAH PUISI SECARA KESELURUHAN
2. MAKNAI JUDUL PUISI SECARA CERMAT
3. MAKNAI KATA DI DALAM TEKS PUISI
4. KATA YANG DIMAKNAI BIASANYA MEMILIKI
KETERKAITAN DENGAN LAINNYA
5. BERUSAHA MEMAHAMI MAKNA YANG TERDAPAT
DALAM SETIAP BARIS PUISI.
6. BERUSAHA MEMAHAMI HUBUNGAN MAKNA ANTARA
BARIS PUISI YANG SATU DENGAN BARIS PUISI LAINNYA.
MACAM- MACAM MAJAS
Majas Perbandingan

1. Majas Personifikasi
Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang
ungkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang
dapat bersikap seperti manusia. 

Contoh:
• Pena itu menari-nari di atas kertas.
• Lia termenung menatap daun-daun yang berjoget diterpa
angin.
MACAM- MACAM MAJAS
2. Majas metafora
Adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui
suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain
yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.

Contoh
• Mila adalah bunga desa yang selalu mengagumkan.
• Lia selalu menjadi buah bibir karena tingkah lakunya yang urakan.
• Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang
tangan.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama
dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya
memiliki wajah yang sangat mirip.

4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir
tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus
bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan
padanan yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima
difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air
mineral.

7. Simile
Majas Simile adalah salah satu jenis majas yang termasuk dalam kategori majas
perumpamaan atau perbandingan. Simile merupakan majas yang membandingkan sesuatu
hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan kata penghubung atau kata pembanding
dimana dua hal tersebut berbeda namun memiliki sifat atau karakteristik yang sama. Dalam
membuat majas Simile biasanya menggunakan kata penghubung seperti: Seperti… Bak…
Bagaikan…Bagai…Laksana.. Serupa…Sebagai…Semisal…Seumpama…
Contoh majas simile
Berikut ini beberapa contoh majas simile yang bisa anda simak sendiri:
* Senyumnya bagaikan hujan yang mengguyur tanah kering
* Wajahmu bagaikan rembulan yang bersinar di malam hari
* Gadis itu bagaikan bunga mawar yang baru mekar

8. Alegori
Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda
yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan
sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.
Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa
yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali
berturut-turu

10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya
dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias


yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat
tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes
merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang
sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang
berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya
bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah
dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan
konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera,
kecuali mereka yang berada di perbatasan.
1. Persamaan
Persamaan antara majas antitesis dan paradoks adalah:
keduanya merupakan golongan majas pertentangan.
dalam kalimat ada dua kata yang maknanya saling bertentangan

2. Perbedaan
Perbedaan antara majas antitesis dan paradoks adalah:
• Dua kata yang bertentangan pada majas paradoks tidak dalam satu klausa,
sedangkan majas antitesis dalam satu klausa, baik berurutan atau disambung
dengan kata penghubung.
• Dua kata bertentangan dalam majas antitesis biasanya menggunakan antonim,
sedangkan majas paradoks tidak. Kata selain antonim dapat digunakan asalkan
memberi makna yang saling bertentangan.

• Contoh majas paradoks: “aku merasa kesepian di tengah tengah keramaian ini”


• Contoh majas antitesis: “baik buruknya rupa tidak menjadi ukuran sifat dan
karakter seseorang”
Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk
menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi
tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang
bisa ditiduri.

2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan
pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian.
Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak
efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu
dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat
menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki
asuransi kesehatan.

5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar
akan kearifan lokalnya masing-masing.

6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam
berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora.
Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau
ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.
MENENTUKAN MAKNA KATA/SIMBOL/KIAS
MACAM-MACAM KATA BERLAMBANG

Kata berlambang dalam karya sastra, khususnya puisi dibagi


menjadi beberapa jenis, yaitu:

A. LAMBANG BENDA

Burung dara jantan


Yang dulu kamu pelihara
Kini telah terbang menemui jodohnya
(WS Rendra)

Baris burung dara jantan merupakan lambang/simbol yang


berarti anak laki-laki.
B. LAMBANG WARNA

Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi abang yang ditembak mati
Siang tadi
Salemba
(Karangan Bunga karya Taufik Ismail)

Pada pola di bawah ini lambang warna hitam dipakai untuk


mengungkapkan perasaan duka.
C. LAMBANG SUASANA

Lambang suasana berarti menggambarkan suatu peristiwa atau keadaan dengan


hal lain. Perhatikan contoh berikut.

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
(Doa karya Chairil Anwar)

Penyair mencoba mengungkapkan suasana kegelisahan karena jauh dari Tuhan.


Kegelisahan itu dilambangkan dengan mengembara di negeri yang asing  
1. Ungkapan
Ungkapan adalah satuan bahasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna
anggotanya. Dengan kata lain, ungkapan merupakan satuan bahasa yang maknanya tidak
dapat disimpulkan berdasarkan kaidah umum yang berlaku.
Contoh :
Dalam peristiwa itu dia menjadi kambing hitam. (bukan berarti kambing yang berwarna
hitam, melainkan menjadi orang yang dituduh atau dipersalahkan)

2. Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasa
mengisahkan suatu maksud tertentu. Dalam peribahasa ini tercakup bidal, perumpamaan,
dan ungkapan.
Contoh :
v Tak ada gading yang tak retak
Artinya : tidak ada sesuatu yang sempurna.
v Murah di mulut, mahal di timbangan
Artinya : banyak janji, tetapi tidak pernah ditepati.

3. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan
pilihan kata atau kalimat tertentu. Dengan cara itu, kesan dan efek yang ditimbulkannya
dapat dicapai semaksimal mungkin.
Contoh :
Majas Personifikasi : Nyiur melambai di tepi pantai.
Ungkapan --) makna kalimat atau katanya tidak bisa di
artikan dengan arti umum                  
ex. kambing hitam (tidak berarti kambing itu berwarna hitam
namun berarti orng yang dituduh)

peribahasa --) kalimat yang susunannya tetap dan


mengisahkan sesuatu yang di dalamnya ada perumpamaan ,
ungkapan atau bidal                  
ex. tiada  gading yang tak retak

Gaya bahasa --) pengungkapan perasaan dengan pemilihan


kata sehingga ditimbulkan makna dan efek yang maksimal    
        
ex. bagai ombak yang berkejar-kejaran

Anda mungkin juga menyukai