Anda di halaman 1dari 29

1

PERATURAN DALAM
PENGELOLAAN B3
(bagian 1)
Oleh : Esthi Kusdarini

Kode Nama Mata Kuliah


Pasal 1 (21) UU-32/2009 2

Bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah


zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lain.

Kode Nama Mata Kuliah


UU-32/2009 Ps 58 (1)
3

setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.

Diatur lebih lanjut dalam PP NOMOR 101 TAHUN


2014 Kode Nama Mata Kuliah
Undang-undang No. 19 tahun 2009 4

Pengesahan Konvensi Stockholm tentang Bahan


Pencemar Organik yang Persisten atau Stockholm
Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs).
Konvensi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup dari bahan POPs dengan
cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan
penggunaan, serta mengelola timbunan bahan POPs
yang berwawasan lingkungan

Kode Nama Mata Kuliah


Beberapa peraturan yang secara langsung akan
5
mempengaruhi kualitas dan kuantitas limbah B3
yang dihasilkan adalah peraturan-peraturan yang
mengatur masalah bahan berbahaya

- Peraturan Pemerintah No.7/1973 tentang pengawasan


atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
− Peraturan Menteri Kesehatan
No.453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan berbahaya
− Keputusan Menteri Perindustrian RI No.148/M/SK/4/1985
tentang pengamanan bahan beracun dan berbahaya di
lingkungan industri
− Keputusan Menteri Pertanian No.724/Kpts/TP.270/9/1984
tentang larangan penggunaan pestisida EDB
− Keputusan Menteri Pertanian No.536/Kpts/TP.270/7/1985
Kode Nama Mata Kuliah
tentang pengawasan pestisida
Limbah radioaktif di Indonesia dikelola oleh Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN)
6

- Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1985 tentang


Dewan Tenaga Atom dan Badan Tenaga Atom Nasional
- Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1985 tentang Badan
Tenaga Atom Nasional
Undang-undang No. 3 1 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
ketentuan pokok tenaga atom
− Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang
keselamatan kerja terhadap radiasi
− Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 tentang izin
pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi
− Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 tentang
pengangkutan zat radioaktif
Kode Nama Mata Kuliah
PENGELOLAAN B3 DALAM PP 101/2014
7

PP74/2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun


terdiri dari 20 bab yang dibagi lagi menjadi 259 pasal.
− Bab I (pasal 1 - 2) : Ketentuan Umum,
− Bab II (pasal 3 – 9) : Penetapan Limbah B3,
− Bab III (pasal 10 – 11) : Pengurangan Limbah B3,
− Bab IV (pasal 12 - 30) : Penyimpanan Limbah B3,
− Bab V (pasal 31 - 46) : Pengumpulan Limbah B3,
− Bab VI (pasal 47 – 52) : Pengangkutan Limbah B3,
− Bab VII (pasal 53 - 98) : Pemanfaatan Limbah B3,
- Bab VIII (pasal 99 – 144): Pengelolaan Limbah B3,
- Bab IX (pasal 145 – 174): Penimbunan Limbah B3,
- Bab X (pasal 175 – 190) : Dumping (Pembuangan) Limbah B3,
- Bab XI (pasal 191 – 195): Pengecualian Limbah B3,
- Bab XII (pasal 196-197): Perpindahan Lintas BatasKodeLimbah B3
Nama Mata Kuliah
PENGELOLAAN B3 DALAM PP 101/2014
8

-Bab XIII (pasal 198-216): Penanggulangan Pencemaran


Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan
Hidup & Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup
-Bab XIV (pasal 217-236): Sistem Tanggap Darurat
dalam Pengelolaan Limbah B3
-Bab XV (pasal 237) : Pembinaan
-Bab XVI (pasal 238 – 240): Pengawasan
-Bab XVII (pasal 241- 242): Pembiayaan
-Bab XVIII (pasal 243-253): Sanksi Administratif
-Bab XIX (pasal 254 – 256): Ketentuan Peralihan
-Bab XX (pasal 257 – 259) : Penutup

Kode Nama Mata Kuliah


9
DEFINISI LIMBAH B3 (pasal 1, ayat (1) &
(3), PP No 101 Tahun 2014

sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung


B3, yaitu zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain

Kode Nama Mata Kuliah


DEFINISI PENGELOLAAN LIMBAH B3 ( pasal 10
1, ayat (3) PP Nomor 101 Tahun 2014)

Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi


pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.

Kode Nama Mata Kuliah


11
Pasal-pasal berikutnya mengatur masalah kewajiban
dan perizinan bagi mereka yang akan memproduksi
(menghasilkan), mengimpor, mengeksport,
mendistribusikan, menyimpan, menggunakan dan
membuang bahan tersebut bilamana tidak dapat
digunakan kembali. Disamping aspek yang terkait
dengan pencegahan terjadinya pencemaran
lingkungan dan atau kerusakan lingkungan yang
menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
setiap fihak yang terkait, maka aspek keselamatan dan
kesehatan kerja serta penanggulangan kecelakaan dan
keadaan
darurat diatur dalam PP tersebut

Kode Nama Mata Kuliah


6 KARAKTERISTIK LIMBAH SEHINGGA
DIGOLONGKAN KE DALAM LIMBAH B3 12
(pasal 5, ayat (2), PP Nomor 102 Tahun
2014)

a. mudah meledak (explosive – E)


b. mudah menyala (ignitable – I )
c. Reaktif (reactive – R )
d. Infeksius (infectious-X)
e. Korosif (corrosive –C)
f. Beracun (toxic – T )

Kode Nama Mata Kuliah


13
1. KRITERIA PENETAPAN mudah
meledak (explosive – E)

Limbah B3 mudah meledak (mudah meledak)


adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar
yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau
760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of
mercury) dapat meledak, atau melalui reaksi
kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan sekitarnya.

Kode Nama Mata Kuliah


2. KRITERIA PENETAPAN mudah
menyala ((ignitable - I) 14
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah Limbah yang
memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a) Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang
dari 24% (dua puluh empat persen) volume dan/atau pada
titik nyala tidak lebih dari 60oC (enam puluh derajat
Celcius) atau 140oF (seratus empat puluh derajat
Fahrenheit) akan menyala jika terjadi kontak dengan api,
percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of
mercury). Pengujian sifat mudah menyala untuk limbah
bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester,
pensky martens closed cup, atau metode lain yang setara
dan termutakhir; dan/atau
Kode Nama Mata Kuliah
2. KRITERIA PENETAPAN mudah menyala 15
((ignitable - I)

b) Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada


temperatur dan tekanan standar yaitu 25oC (dua
puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh
ratus enam puluh millimeters of mercury) mudah
menyala melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan dan jika
menyala dapat menyebabkan nyala terus
menerus. Sifat ini dapat diketahui secara
langsung tanpa harus melalui pengujian di
laboratorium.

Kode Nama Mata Kuliah


3. KRITERIA PENETAPAN Reaktif
(reactive - R) 16
Limbah B3 reaktif adalah Limbah yang memiliki salah satu
atau lebih sifat-sifat berikut:
a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan
dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah
ini secara visual menunjukkan adanya antara lain
gelembung gas, asap, dan perubahan warna;
b) Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap.
Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa melalui
pengujian di laboratorium; dan/atau
c) Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH
antara 2 (dua) dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat
menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat
diketahui melalui pengujian Limbah yang dilakukan secara
Kode Nama Mata Kuliah
kualitatif.
4. KRITERIA PENETAPAN
Infeksius (infectious - X) 17
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat
yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan.

Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:


a) Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular atau perawatan
intensif dan Limbah laboratorium;
b) Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum
suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan
pecahan gelas;
Kode Nama Mata Kuliah
4. KRITERIA PENETAPAN Infeksius (infectious -
X) 18

c) Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan


tubuh yang terbuang dari proses bedah atau otopsi;
d) Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok
bahan infeksius, organ binatang percobaan, bahan
lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau
kontak dengan bahan yang sangat infeksius;
dan/atau
e) Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat
sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.

Kode Nama Mata Kuliah


5. KRITERIA PENETAPAN Korosif
(corrosive –C)
19

Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah


satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a) Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua)
untuk Limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar
dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat
basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan
mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan
metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau sama dengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat
asam dan pH lebih besar atau sama dengan 12,5 (dua
belas koma lima) untuk yang bersifat basa; dan/atau

Kode Nama Mata Kuliah


20
5. KRITERIA PENETAPAN Korosif (corrosive –C)

b) Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang


ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema dan
pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui
dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit
dengan menggunakan metode yang berlaku.

Kode Nama Mata Kuliah


6. KRITERIA PENETAPAN Beracun 21
(toxic – T)

Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki


karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan
karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi
LD50, dan uji sub-kronis.

Kode Nama Mata Kuliah


PENENTUAN KARAKTERISTIK BERACUN
MELALUI TCLP 22

Limbah diidentifikasi Limbah diidentifikasi sebagai


sebagai Limbah B3 kategori Limbah B3 kategori 2 jika
1 jika Limbah memiliki Limbah memiliki konsentrasi
konsentrasi zat pencemar zat pencemar sama dengan
lebih besar dari TCLP-A atau lebih kecil dari TCLP-A
sebagaimana tercantum dan lebih besar dari TCLP-B
dalam Lampiran III yang sebagaimana tercantum
merupakan bagian tidak dalam Lampiran III yang
terpisahkan dari Peraturan merupakan bagian tidak
Pemerintah ini. terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini
Kode Nama Mata Kuliah
Uji Toksikologi LD50
23
Limbah diidentifikasi sebagai
Limbah diidentifikasi
Limbah B3 kategori 2 jika memiliki
sebagai Limbah B3
nilai lebih besar dari Uji
kategori 1 jika memiliki
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh)
nilai sama dengan atau
hari dengan nilai lebih kecil atau
lebih kecil dari Uji
sama dengan 50 mg/kg (lima puluh
Toksikologi LD50 oral 7
miligram per kilogram) berat
(tujuh) hari dengan nilai
badan pada hewan uji mencit dan
lebih kecil atau sama
lebih kecil atau sama dari Uji
dengan 50 mg/kg (lima
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh)
puluh miligram per
hari dengan nilai lebih kecil atau
kilogram) berat badan
sama dengan 5000 mg/kg (lima
pada hewan uji mencit.
ribu miligram per kilogram) berat
badan pada hewan uji mencit.
Kode Nama Mata Kuliah
24
UJI SUB-KRONIS

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2


jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji
mencit selama 90 (sembilan puluh) hari
menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan
hasil pengamatan terhadap pertumbuhan,
akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku
respon antarindividu hewan uji, dan/atau
histopatologis.

Kode Nama Mata Kuliah


LANGKAH-LANGKAH MENENTUKAN LIMBAH TERMASUK25
B3
ATAU TIDAK

• Langkah 1: mengidentifikasi limbah yang dihasilkan, dengan


daftar limbah (Lampiran I Tabel 1 dan 2) atau daftar kegiatan
(Lampiran I Tabel 3 dan 4) yang tercantum dalam PP No 101
Tahun 2014, seperti diatur dalam Ps 7(1). Bila terdapat dalam
daftar, maka secara formal limbah tersebut adalah limbah B3.
Bila tidak terdapat dalam daftar tersebut, maka identifikasi
harus dilanjutkan dengan Langkah berikutnya

•Langkah 2: melakukan uji karakteristik sebagaimana


tercantum dalam Ps 7(4) PP No 101 Tahun 2014 seperti
diuraikan berikut ini.
Kode Nama Mata Kuliah
26
Ps 3 (ayat 3 & 4) PP Nomor 101 Tahun 2014
menyebutkan bahwa jenis limbah B3 menurut
sumbernya meliputi:
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Lampiran I
Tabel 1)
b. Limbah B3 dari sumber spesifik (Lampiran I Tabel 3
& 4)
c. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3
yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan
dibuang, dan bekas kemasan B3 (Lampiran I Tabel 2)

Kode Nama Mata Kuliah


1. SUMBER LIMBAH TIDAK SPESIFIK 27

Sumber limbah yang menghasilkan limbah yang pada


umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal
dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan
korosi, pelarutan kerak, pengemasan

2. SUMBER LIMBAH DAFTAR LIMBAH B3 DARI B3


KEDALUWARSA, B3 YANG TUMPAH, B3 YANG
TIDAK MEMENUHI SPESIFIKASI PRODUK YANG
AKAN DIBUANG, DAN BEKAS KEMASAN B3
Kode Nama Mata Kuliah
3. SUMBER LIMBAH SPESIFIK
industri atau kegiatan: pupuk, pestisida, proses kloro-alkali, resin
adesif, polimer, petrokimia, pengawetan kayu, peleburan-pengolahan 28
besi dan baja, operasi penyempurnaan baja, peleburan timah hitam
(Pb), peleburan-pemurnian tembaga, tinta, tekstil, manufaktur dan
perakitan kendaraan-mesin, electroplating dan galvanis, cat, batere
sel kering, batere sel basah, komponen elektronik-peralatan
elektronik, eksplorasi dan produksi minyak-gas-panas bumi, kilang
minyak dan gas bumi, pertambangan, PLTU yang mengunakan bahan
bakar batu-bara, penyamakan kulit, zat warna dan pigmen, farmasi,
rumah sakit, laboratorium riset dan komersial, fotografi, pengolahan
batu-bara dengan pirolisis, daur ulang minyak pelumas bekas, sabun
deterjen-produk pembersih desinfektan-kosmetik, pengolahan lemak
hewan/nabati dan derivatnya, allumunium thermal metallurgy
allumunium chemical conversion coating, peleburan dan
penyempurnaan seng, proses logam non-ferro, metal hardening,
metal-plastic shaping, laundry dan dry cleaning, IPAL industri,
pengoperasian insinerator limbah, daur-ulang pelarut bekas, gas
industri, gelas keramik/enamel, seal-gasket-packing, produk kertas,
chemical-industrial cleaning, fotokopi, semua jenis industri yang
menghasilkan dan menggunakan listrik (untuk limbah PCB), industri
Kode Nama Mata Kuliah
konstruksi (untuk limbah asbestos), bengkel pemeliharaan
29

TERIMAKASIH

Kode Nama Mata Kuliah

Anda mungkin juga menyukai