Anda di halaman 1dari 12

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

Prenatal Stress, Maternal Immune Dysregulation and Their Association with

Autism Spectrum Disorders

  Pembimbing:

dr. Tumpak Saragi, Sp.KJ

Oleh :
Arief Hidayat Heriono G1A219038
Elsa Aulia G1A219054
Autism Spectrum Disorder (ASD)

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan


saraf dan perilaku stereotip.

Autisme di dominasi oleh pria, dengan


rasio:
P:W = 4: 1

Pada tahun 2014, USA diperkiraan kejadian autisme 1


dari 59 anak.
Pedoman Diagnostik Autisme menurut PPDGJ - III :

Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan


dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun dan
dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang: Interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku yang terbatas dan berulang.

Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya,


tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3
tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya
(sindrom) dapat di diagnosis pada semua kelompok umur.

Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Ini
berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio-emosional,
yang tampak sebagai kurangnya respons terhadap perilaku dalam konteks
sosial, buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan integrasi yang lemah
dalam perilaku sosial, emosional dan komunikatif dan khususnya kurangnya
respons timbal balik sosio-emosional.
 Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam
komunikasi. Ini berbentuk kurangnya penggunaan
keterampilan bahasa yang dimiliki didalam hubungan
sosial, hendaya dalam permainan imaginatif dan
imitasi sosial, keserasian yang buruk dan kurangnya
interaksitimbal balik dalam percakapan, buruknya
keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan
fantasi dalam proses fikir yang relatif kurang,
kurangnya respons emosional terhadap ungkapan
verbal dan non-verbal orang lain, hendaya dalam
menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai
modulasi komunikatif, dan kurangnya isyarat tubuh
untuk menekankan atau memberi arti tambahan
dalam komunikasi lisan.
 Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan
kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Ini
berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, ini
biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga
kebiasaan sehari-hari serta pola bermain.

 Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam


hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga
perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi
mental.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dengan ASD, yaitu :

1.Stres prenatal
2.Stress susceptibility
3.Faktor epigenetik
4.Disregulasi imunitas prenatal
1. Stress Prenatal

Bukti terbaru menunjukkan bahwa di antara faktor lingkungan,


paparan stres ibu mungkin menjadi faktor penting dalam autisme.

Awal perkembangan kepribadian pada anak-anak, risiko skizofrenia,


dan gangguan emosi dapat dipengaruhi oleh stres ibu.

Secara khusus, puncak


Hasil serupa telah diamati oleh kelompok
dilaporkan stresor diamati di
independen, menunjukkan hubungan antara
antara ibu dari anak-anak
selama 5-6 bulan kehamilan dan dengan
dengan ASD pada usia
kejadian autisme di Louisiana .
kehamilan 25-28 minggu,
tetapi tidak diamati pada
kelompok lain.

Studi registri nasional Denmark lainnya menemukan bahwa


kondisi kejiwaan ibu adalah salah satu faktor risiko pranatal
terkuat untuk ASD
2. Stress susceptibility

Tidak semua ibu yang sedang stres berpengaruh untuk


melahirkan anak autis.

Tetapi dapat dijelaskan mengapa stres sebelum melahirkan dapat


berpengaruh pada autisme untuk beberapa kasus.

Seperti gen dan lingkungan dan yang menarik adalah gen serotonin
transporter atau SERT yang berperan dalam reaktivitas stres.

Gen SERT mengkodekan SERT protein, yang mengangkut


serotonin ekstraseluler kembali ke neuron.

Terdapat perilaku kaku kompulsif pada pasien autisme dengan


wilayah genom yang mengandung SERT

Terdapat kelainan GABAergik dalam ASD dan stres prenatal


terbukti mengubah migrasi neuronal GABAergik dan
GABAergik pengembangan
3. Faktor Epigenetik

Proses Epigenetik seperti


MicroRNAs (miRNAs) Penelitian terbaru mengungkapkan
(molekul RNA kecil yang sejumlah perubahan epigenetic
tidak mengkode untuk yang mempengaruhi gen yang
protein tetapi berpartisipasi penting bagi perkembangan saraf
dalam aktivitas regulasi gen dan sistem imun yang terkait
dengan cara lain) antara dengan paparan stress.
mekanisme regulasi gen
yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti
stress.
Dengan paparan stress maternal pada tikus,
plasenta menunjukkan peningkatan ekspresi
dalam reseptor proliferator-aktif peroksisom α
(PPARα), insulin-like growth factor-binding
protein (IGFBP-1), GLUT4, HIF3α, dan O-
GlcNAc transferase (OGT) khusus untuk
keturunan jantan, yang memberikan persentase
yang tinggi pada jantan dengan ASD.
4. Disregulasi Imunitas Prenatal

Gangguan regulasi normal


faktor imun termasuk sitokin, Penelitian epidemiologis telah menemukan
kemokin dan antibodi yang hubungan antara demam dan infeksi
dihasilkan selama kehamilan maternal (virus, bakteri, parasit) sekitar
dapat memiliki konsekuensi waktu kehamilan dan peningkatan resiko
perkembangan yang merugikan gangguan perkembangan saraf
bagi janin. (NDD/neurodevelopmental disorders),
termasuk ASD.

Fluktuasi dalam tingkat sitokin Keragaman infeksi maternal terkait


dan kemokin dapat mengubah dengan NDD menunjukkan bahwa respon
lintasan perkembangan saraf imun maternal mungkin merupakan
yang normal, mungkin hubungan kritis antara penyakit pada ibu
mengakibatkan perubahan dan perubahan perkembangan saraf pada
morfologi otak dan perilaku anaknya.
pada keturunannya.
Kesimpulan

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan


perkembangan saraf dan perilaku stereotip.

Faktor genetik merupakan kontribusi utama pada etiologi


ASD

Stress prenatal dan disfungsi imun ibu nampaknya


berkontribusi pada sebagian besar kasus ASD.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai