Anda di halaman 1dari 13

NAMA: VELLY WULANDARI

NIM : 154011317
MK : IKM

PENYAKIT DEMAM
TIFOID (TIFUS)
ARTIKEL
Dalam semua 33 dirawat pasien akut yang disebutkan dalam penelitian ini,
diagnosis klinis demam tifoid dikonfirmasi oleh budi daya salmonella typhosa
dari darah yang di peroleh sebelum memulai terapi spesifik. Pasien yang dipilih
untuk pengobatan adalah dalam fase aktif penyakit. Dalam kebanyakan kasu
terapi dimulai dalamwaktu dua minggu dimulai dari onset. Penyakit tetapi dua
pasien pertama dibeli kloramfenikol selama kambuh demam tifoid pada minggu
kelima dan ketujuh dari penyakit. Jalanya penyakit pada pasien yng di obati
yang diikuti oleh pengamatan klinis hati-hati dan dengan pemeriksaan
laboratorium yang meliputi kultur berulang sampel dasar, feses dan urin, serta
tes widal, jumlah darah dan lainya, prosedur bila ada indikasi. Dalam
peneliatian ini suhu pasien di anggap normal ketika rekaman dibawah 99,0 F.
Lisan, atau dibawah 100.000F dubur.
Tidak ada upaya untuk mengobati kasus bergantian dengan kloramfenikol. Selama
masa penelitan, bagaimanapun, sembilan pasien dengan demam tifoid di amati
yang hanya penerima terapi suportif. Diagnosisi dimasing-masing pasien yang
tidak di obati terbukti dengan budidaya S.Typhosa dari darah atau feses.
DEFENISI
Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat
menurunkan tingkat kesadaran. Demam tifoid adalah
suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut.
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi. Gejala
klinis dari demam tifoid yaitu demam berkepanjangan,
bakterimia, serta invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel-sel fagosit mononuklear dari hati, limpa,
kelenjar limfe, usus dan peyer’s patch
Tifus adalah penyakit infeksi berkelompok yang melipu berbagai jenis
demam yang disebakan oleh infeksi bakteri salmonella typhi.
Bakteri ini biasanya sering ditemukan pada hewan sepeti tikus, kucing,
dan tupai. Bakteri ini juga dapat terbawa melalui pakaian, seprai,
kulit.
Untuk mencegah tifus bisa dilakukan dengan menghindari kontak
langsung dengan penderita dalam jangan waktu yang lama. Selain
itu, hindari kebiasaan menggunakan barang-barang pribadi secara
bersamaan.
ETIOLOGI

Penyakit tifoid disebakan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik


gram negatif berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia.
Penyakit ini mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang
kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya yaitu penularan
secara langsung jika bakteri ini terdapat pada feses, urine atau
muntahan penderita dapat menularkan kepada orang lain dan
secara tidak langsung melalui makanan atau minuman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit typoid tersebar yaitu polusi udara,
sanitasi umum, kualitas air temperatur, kepadatan penduduk, kemiskinan dan
lain-lain. beberapa penelitian di seluruh dunia menemukan bahwa laki-laki
lebih sering terkena demam tifoid, karena laki-laki lebih sering bekerja dan
makan di luar rumah yang tidak terjamin kebersihanya.
PENCEGAHAN

Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan


makanan dan minuman yang tidak terkontaminasi, higiene
perorangan terutama menyangkut kebersihan tangan dan
lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih sehari-
hari. Strategi pencegahan ini menjadi penting seiring dengan
munculnya kasus resistensi. Selain strategi di atas, dikembangkan
pula vaksinasi terutama untuk para pendatang dari negara maju ke
daerah yang endemik demam tifoid
PELAKSANAAN DEMAM
TIFOID
merupakan pelaksanaan utama berupa pemberian
antibiotik. Pemberian rehidrasi oral ataupun parenteral,
penggunaan antipiretik, pemberian nutrisi yang adekuat
serta transfusi darah bila ada indikasi, merupakan
tatalaksana yang ikut memperbaiki kualitas hidup
seorang penderita demam tifoid.
ANTIBIOTIK TERAPI

Kloramfenikol.
Chloromicetyn 1 dari tipe fermentasi diberikan dalam bentuk 0,25gm.
Tablet atau kapsul yang dilengkapi oleh parke, davis dalam
perusahan. Rasa pahit dari tabet asli dilapisin eksperimental
kemudian disamarkan dengan dispensin obat dalam kapsul gelatin.
Terapi rezin:
setiap pasien menerima dosis oral awal yang besar dari 3. menjadi
4,0 gm obat dihitunga atas dasar sekitar 50mgm per kgm berat
badan. Sepanjang periode demam pasien penerima total 2.0 ke 3.0
gm. Setiap hari diberikan dalam dosis terbagi dari 0,25gm. Setiap 2
atau 3 jam terapi dilanjutkan selama setidaknya 5 hari setelah
temperatur kembali ke tingkat normal dngan pemberian 0,25gm.
Tablet 4 jam interfal selama beberapa hari pertama dan pada
interfal 6 jam selama bagian akhir periode ini.
Periode akhir dari pekerjaan sebuah rezim:
Pasien 20-23 menerima dosil awal yang biasa besar obat setelah
mereka diberi total 4,0 gm. Sehari dalam dosis terbagi di delapan
interval selama periode demam, dosis, masih diberikan pada delapan
jam interval, kemudian dikurangin dengan serangkain langkah-
langkah untuk 1,5 gm Sehari-hari. Muntah jarang ditemui setelah
dosis muatan awal obat, melainkan hanya terjadi ketika tablet
dilapisi pahit yang digunakan dan dalam hal tidak ada melakukan
atau mengharuskan pengentian terapi.
INDIKATOR
KEBERHASILAN
 Menjaga kebersihan
 Hindari kontak dengan orang sakit
 Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihanya
 Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain sampai benar-benar
sembuh.

Anda mungkin juga menyukai