Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN ANAK

“ANEMI”
DISUSUN OLEH :
DESMA ANGGRAINI (181608)
PRADITA DIAN P (181629)
PO LITEKN IK K ESEHATA N KA RYA HU SA DA YO GYA KA RTA
Jl. Tentar a Rakyat Mataram N o. 11 B Yogyakarta
2020
Pengertian Anemi
• Anemi adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan haemoglobin (Hb) dalam setiap
millimeter darah.Hampir semua gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemi yang
ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstermitas
PENYEBAB ANEMI
Penyebab anemi dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
• Perubahan sintesa Hb, Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat menimblkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
• Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemi apalistik dan leukemia
• Infiltrasi sumsum tulang misalnya karena karsinoma

2. Kehilangan darah
• Akut karena perdarahan,trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak
• Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau mernorhagia

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolysis). Hemolysis dapat terjadi karena :


• Factor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit.
• Faktor yang didapat yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum dalam darah karena ganguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
• Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada (protein,asam folat,vitamin B12, mineral Fe)
Berdasarkan penyebab anemi dapat dikelompokan menjadi :

1. Anemi Defisiensi Zat Besi (Fe)


2. Anemi Megaloblastik
3. Anemi Pernisiosa
4. Anemi adiopatik
5. Anemi Pascaperdarahan
6. Anemi hemolitik
 
TANDA DAN GEJALA ANEMIA PADA ANAK SECARA UMUM

• 1) kecepatan kejadian anemia,


• 2) durasinya misalnya kronisitas,
• 3) kebutuhan metabolisme pasien yang bersangkutan,
• 4) adanya kelainan lain atau kecacatan dan s
• 5) komplikasi tertentu (Smeltzer, 2015).
PATOFISIOLOGI ANEMIA
• Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera (Smeltzer,
2015).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,2009)
• Jumlah eritrosit :Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter
pada pria
• Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
• Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).
• Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
• LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau
penyakit malignasi.
• Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah
merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
• Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan:
• Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
• Anorexia dan penurunan BB.
• Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan epistaksis.
• Infeksi yang sering
• Nyeri tulang dan sendi
• Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor resiko gangguan hematologic.
• Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas ABO.
• Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet kurang besi atau diet berat dengan susu sapi (selama
masa bayi), perdarahan (mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan terhadap inveksi virus. Factor resiko
riwayat keluarga antara lain riwayat anemia sel sabit, atau gangguan perdarahan.

•  
B. Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
• Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-tanda pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna kecklatan yang mungkin terlihat.
• Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau pandangan kabur mungkin terlihat.
• Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
• Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin terlihat.
• Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
• Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan menstruasi yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.

Palpasi

• Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu pengisian kapiler.


• Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin dapat dipalpasi.
• Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau splenomegali mungkin dapat dipalpasi.

Auskultasi
Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal jantung kongestif pada dapat diauskultasi.
Diagnosa Keperawatan
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dipsneu, takikardia
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan atau kabsorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah ditandai
dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
• Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
• Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai (pengiriman) dan kebutuhan oksigen.
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasiditandai dengan dispnea, takikardia


• Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien kembali efektif dengan
kriteria hasil :
• Pasien melaporkan sesak napas berkurang
• Pernafasan teratur
• Takipneu atau dispneu tidak ada
• Tanda vital dalam batas normal (td 120-90/90-60 mmhg, nadi 80-100 x/menit, RR: 18-24 x/men it, suhu 36,5 – 37,5 C)
Intervensi Evaluasi

Mandiri: 1. Pasien sesak napas berkurang


1. Pantau tanda-tanda vital 2. Pernapasan menunjukkan keteraturan normal
2. otot bantu pernapasan 3. Takipnuea atau disepnue tidak ada
3. Berikan posisi semifowler jika tidak ada 4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
kontraindikasi
4. Ajarkan klien napas dalam
5. Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi
intervensi

Kolaborasi:
1. Berikan O2 sesuai indikasi
2. ventilator sesuai indikasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
• Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien adekuat dengan kriteria hasil:
• mual muntah (-)
• makan habis 1 porsi
Intervensi Evaluasi
Mandiri : Evaluasi :
• Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang
disukai. • Tidak ada keluhan mual atau muntah ,mua
• Observasi dan catat masukkan makanan pasien. muntah berkurang atau hilang
• Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus
dan dan gejala lain yang berhubungan. • Nutrisi pasien adekuat (peningkatan nafsu makan
• Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; kurang lbih 1 porsi)
sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan
pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
Kolaborasi :
• Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
• Berikan obat sesuai indikasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat) ditandai dengan perilaku
distraksi (gelisah), pasien mengeluh nyeri kepala, pasien Nampak meringis, dispneu/takipneu

Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
• klien melaporkan nyeri berkurang,
• klien tidak meringis,
• RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi Evaluasi
Intervensi : Evaluasi :
Mandiri :
• Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan • Pasien tidak menunjukan tanda non verbal
skala 0-10), karakteristiknya, lokasi, lamanya. (ekspresi wajah nyeri)
• Nyeri yang di derita pasien dapat berkurang atau
• Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal hilang.
seperti ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,  
menangis atau meringis, perubahan frekuensi
jantung, pernapasan, tekanan darah.

Kolaborasi :

• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti


analgetik

 
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhanditandai dengan kelemahan, kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil:
• melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
• TTV dalam batas normal (TD 120-100/70-80 mmHg), nadi (60-100 x/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-
37,50 C))
Intervensi Evaluasi
Mandiri : • Pasien permain dan beristirahat dengan tenang
• Kaji kemampuan ADL pasien. dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan
• Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah kemampuan
aktivitas. • Pasien tidak menunjukan tanda-tanda keletihan
• Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung,  
dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring bila di indikasikan.
• Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai