Anda di halaman 1dari 43

SKENARIO

BLOK 10
Alegra Desire N (18025)
Learning Objective
1. Metabolisme hormon steroid

2. Pengaruh hormon steroid pada organ

3. Definisi dan etiologi dari Sindrom Cushing

4. Patofisiologi dari Sindrom Cushing

5. Manifestasi Klinis dari Sindrom Cushing

6. Kriteria diagnostik dari Sindrom Cushing

7. Tatalaksana dari Sindrom Cushing

8. Komplikasi dari Sindrom Cushing (Krisis Adrenal)


METABOLISME
HORMON STEROID
Metabolisme hormon steroid
● Hormon steroid dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang terletak diatas
Ginjal.
● Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ada 2, yaitu steroid di
bagian korteks dan katekolamin di bagian medula
● Bagian kortex adrenal dibagi menjadi 3 zona
○ Zona Glomerulosa → Mineralcorticoid / aldosteron
○ Zona Fasikulata → Glukokortikoid / kortisol & androgen/esterogen adrenal
○ Zona Retikularis → Glukokortikoid / & DHEA (dihidroepiandrosteron) dan
androstenedion
Proses sintesis hormon steroid
1. LDL dalam plasma berdifusi dari plasma ke cairan ke cairan interstisial
2. LDL berikatan dengan ke reseptor spesifik di membran Adrenokortikoid
3. LDL di endositosis & terbentuk Vesikel
4. Vesikel akan bersatu dengan lisosom untuk melepaskan kolesterol
5. Kolesterol dibawa ke mitokondria
6. Kolesterol diubah menjadi Pregnenolon oleh enzim Kolesterol Desmolase
7. Dari Pregnenolon, oleh enzim-enzim akan dibentuk hormon sesuai dengan aksisnya
8. Setelah hormon terbentuk, hormon akan keluar dari sel secara difusi dan 90% akan diikat oleh
protein plasma (globulin binding kortisol dan albumin
Pengaturan Sekresi
Hormon Kortisol
Pengaturan sekresi aldosteron
Pengaturan sekresi
hormon androgen
Metabolisme hormon steroid
Hormon Adrenokortikoid Dimetabolisme di Dalam Hati

● Di hati hormon Adrenokortikoid di konjugasi dalam bentuk asam glukoronat dan sedikit sulfat dan di
sekresi melalui empedu dan lanjut ke feses (25%)
● Sisa konjugat yang dibentuk di hati masuk dalam sirkulasi dan di sekresi oleh ginjal
Kecepatan sekresi
Aldosteron

● Konsentrasi dlm plasma rata-rata 6 nanogram / 100 ml


● Kecepatan sekresi 0,15 mg/hari

Kortisol

● Konsentrasi dlm plasma rata-rata 12 ug/ 100 ml


● Kecepatan sekresinya 15 - 20 mg/hari
PENGARUH
HORMON STEROID
PADA ORGAN
Hormon adrenokortikoid

merupakan hormon steroid yang di sintesis dari kolesterol dan di produksi oleh kelenjar adrenalis bagian
korteks. Pengeluaran hormon ini di pengaruhi oleh adreno cortico tropin hormone (ACTH) yang berasal dai
pituitari anterior. Hormone ini di sebut pula dengan nama : adrenokortikosteroid, adrenokortikal,
kortikosteroid, atau kortikoid. Beberapa fungsi fisiologisnya berhubungan dengan sistem kardiovaskular
dan darah, sistem saraf pusat, otot polos dan stres.
Hormon adrenokortikoid di bagi menjadi dua kelompok yaitu hormon mineralkortikoid dan glikokortikoid.
Hormon Mineralokortikoid
-Hormon ini dapat meningkatkan pemasukan ion natrium dan pengeluaran kalium di tubulus ginjal.
-Mekanisme Kerja Hormon Mineralokortikoid Mekanisme kerja hormon mineralokortikoid berhubungan
dengan metabolism elektrolit dan air.
-Hormon ini memelihara fungsi normal ginjal, yaitu dengan mengatur pemasukan ion anatrium dan
pengeluaran ion kalium. Pada tingkat molekul, hormone berinterkasi membentuk kompleks terpulihkan
dengan reseptor khas yang terdapat pada bagian inti ginjal. Pembentukan kompleks tersebut merangsang
sintesis ARN dan enzim yang di perlukan untuk pengangkutan aktif ion NA, menghasilkan efek
mineralokortikoid.
Contoh hormon mineralokortikoid : aldosteron dan flurdokortison
-Aldosteron
merupakan senyawa normal yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenalis yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan elektrolit tubuh.
-Fludrokortison asetat, merupakan mineralokortikoid yang sangat kuat dan mempunyai aktivitas glukokortikoid moderat. Fludrokortison digunakan
sebagai mineralokortikoid pengganti pada keadaan kerusakan kelenjar korteks adrenalis yang kronik dan untuk mengontrol hipotensi ortostatik.
Hormon Androgen
Testosterone dan Drihidrostestosteron, terutama dihasilkan oleh testis, dan dalam jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium.
Pada laki-laki hormon androgen mempunyai beberapa fungsi fisiologis, seperti mengontrol perkembangan dan pemeliharaan organ kelamin,
mempengaruhi kemampuan penampilan seksual, untuk pertumbuhan tulangrangka dan otot rangka, dan merangsang masa pertumbuhan
pubertas.

Untuk meningkatkan pertumbuhan (pada anak-anak) karena mempercepat anabolisme protein dan merangsang hematopoiesis

Hormon Estrogen
Hormon Estrogen Estrogen adalah hormon kelamin wanita, pada wanita diproduksi oleh ovarium, plasenta dan korteks adrenalis sedang pada laki-
laki diproduksi oleh testis dan korteks adrenalis.
Hormon Progestin
Hormon progestin Progestin adalah hormon kelamin laki-laki. Secara alamiah di keluarkan terutama oleh korpus luteum dan plasenta. Bagian
terbesar dari progestin alami adalah progesteron, sebagai hasil biosintesi kolestrol. Progesteron, biasanya berhubungan dengan estrogen, terlibat
dalam beberapa proses fisiologi penting, seperti perdarahan pada mensturasi normal, pelepasan ovum dan pembuatan endometriu uterus untuk
menerima ovum yang telah mengalam fertilasi, menekan ovulasi pada kehamilan, meningkatkan pergerakan uterus menunjang pengembangan
jaringan payudara dan memelihara kehamilan.
DEFINISI DAN
ETIOLOGI
Definisi
• Kortisol yang berlebih didalam tubuh yang dapat disebabkan
oleh tumor yang menyekresi hormone atau pemberian
hormone eksogen (Silverthorn, D. U., 2014)
• Hipersekresi korteks adrenal akan menyebabkan timbulnya
efek hormonal kompleks yang beruntun (Guyton dan Hall,
2016)
• Sindrom Cushing (Cushing Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan tanda klinis akibat meningkatnya kadar
glukokortikoid (kortisol) dalam darah (Batubara, Tridjaja, dan
Pulungan, 2010).
Etiologi
PATOFISIOLOGI
CUSHING
SYNDROME
MANIFESTASI KLINIS
CUSHING SYNDROME
KRITERIA
DIAGNOSTIK
CUSHING
SYNDROME
Menegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


Anamnesis Penunjang
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
★ Urine and blood tests
★ Saliva test
○ By analyzing cortisol levels from a small sample of saliva
collected late at night, doctors can see if cortisol levels are
too high, suggesting a diagnosis of Cushing syndrome.
★ Imaging tests (CT scan or MRI)
★ Petrosal sinus sampling
★ Low-dose dexamethasone suppression test
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATALAKSANA
CUSHING
SYNDROME
Farmakologi
● Treatment yang diberikan tergantung kepada kondisi tubuh pasien. Terdapat beberapa pengobatan
yang menurunkan produksi kortisol di kelenjar adrenal atau menurunkan produksi ACTH di kelenjar
pituitary. Beberapa pengobatan lainnya menghambat efek kortisol dalam jaringan.
● Ketoconazole (Nizoral)
● mitotane (Lysodren)
● metyrapone (Metopirone)
● pasireotide (Signifor)
Non Farmakologi
● Menurunkan berat badan yang belebih 
● Olahraga yang cukup
● Minimalisir perasaan stress
● Hindari konsumsi kortikosteroid
● Bila harus mengkonsumsi kortikosteroid harus sesuai dosis dan lebih baik
berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu
● Harus pengurangi pengunaan kortikosteroid secara bertahap
KOMPLIKASI
CUSHING
SYNDROME
Krisis Adrenal
Krisis adrenal merupakan insufisiensi adrenal akut yang dapat bermanifestasi dengan muntah, nyeri perut
dan syok hipovolemik.

Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya masalah pada kelenjar
hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya hormon hormon tersebut.

1. Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease)

2. Chronic secondary adrenal insufficiency

3. Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )


Patofisiologi:

Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan hypothalamus-pituitary-
adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen ini akan mencetuskan suatu krisis
adrenal.atau stess yang akan meningkatkan kebutuhan kortisol.

Etiologi

Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH )


KRISIS ADDISON (ACUTE ADRENAL INSUFFICIENCY)

Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang
relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya non spesifik, seperti
muntah dan nyeri abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
● Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC
● Silverthorn, D. U. (2014). Fisiologi Manusia ( Sebuah Pendekatan Terintegrasi) (Vol. Edisi 6). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
● Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura: Elsevier
Saunders.

Anda mungkin juga menyukai