Anda di halaman 1dari 18

SP INTERAKSI OBAT

Penyakit DM, GP, dan Infeksi

OLEH:
JUMARNI
(O1A117026)
Diabetes Melitus
Jenis – Jenis Obat Yang Berpotensi Mengalami
Interaksi Dengan Antidiabetik Injeksi Insulin
Resep tidak memiliki
Obat yang Tingkat Mekanisme
Berinteraksi Keparahan Interaksi
Insulin – nifedipin Moderat Farmakokinetik
Insulin – aspirin Moderat Farmakodinamik
Insulin – ramipril Moderat Farmakodinamik
Insulin – lisinopril Moderat Farmakodinamik
Insulin – imidapril Moderat Farmakodinamik
Insulin – klonidin Moderat Farmakodinamik
Insulin – Moderat Farmakodinamik
deksametason
Insulin – metil Moderat Farmakodinamik
prednisolon
NEXT…
NEXT…
Interaksi farmakokinetik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah interaksi
K
antara insulin dengan nifedipin. Nifedipin merupakan salah satu golongan Calcium
Channel Blocker (CCB) yang sering kali diresepkan untuk mengatasi gangguan
kardiovaskular, baik penyakit jantung koroner maupun hipertensi. Interaksi antara
insulin dan nifedipin menyebabkan peningkatan absorpsi insulin subkutan sebanyak
50%34. Peningkatan absorpsi insulin secara subkutan akan meningkatkan kadar insulin
dalam darah (Cmax dan AUC). Peningkatan kadar insulin dalam darah mengakibatkan
peningkatan efek insulin yang memungkinkan terjadinya hipoglikemia. Penggunaan
nifedipin pada pasien DM yang menerima insulin harus ditinjau kembali dosis yang
diberikan kepada pasien agar tidak terjadi interaksi obat, atau disarankan mengganti
nifedipin dengan obat golongan CCB yang lainnya, misalnya amlodipin. Alasan
penggantian nifedipin dengan amlodipin ini dikarenakan amlodipin tidak mengalami
interaksi bila digunakan bersamaan dengan insulin.
NEXT…
NEXT…
K Interaksi farmakodinamik yang terjadi pada penelitian ini antara lain
adalah interaksi antara insulin dengan aspirin. ACE inhibitor (ramipril,
lisinopril, imidapril), klonidin, dan kortikosteroid (deksametason, metil
prednisolon). Interaksi farmakodinamik yang terjadi pada penelitian dapat
bersifat sinergis atau antagonis. Interaksi farmakodinamik yang bersifat
sinergis dalam penelitian ini adalah interaksi antara insulin dengan aspirin
dan ACE inhibitor, sedangkan interaksi farmakodinamik yang bersifat
antagonis dalam penelitian ini adalah interaksi antara insulin dengan
klonidin dan kortikosteroid (deksametason dan metil prednisolon).
NEXT…
NEXT…
Interaksi antara insulin dengan aspirin yang merupakan golongan salisilat
K
merupakan interaksi farmakodinamik yang bersifat aditif, yaitu meningkatkan efek dari
insulin sehingga memungkinkan terjadinya efek hipoglikemia. Sebuah studi
mengatakan bahwa interaksi antara insulin dengan aspirin ini disebabkan adanya
inhibisi prostaglandin yang merupakan prekursor glukagon. Akibat adanya inhibisi
prostaglandin di mukosa gastrointestinal yang menyebabkan iritasi mukosa
gastrointestinal. Iritasi mukosa gastrointestinal secara tidak langsung menyebabkan
produksi glukagon tidak terjadi. Bila kadar glukagon terus-terusan rendah, tubuh akan
memproduksi insulin secara terus-menerus yang akan meningkatkan resiko terjadinya
hipoglikemia Mekanisme ini cukup jelas untuk menerangkan interaksi insulin dengan
aspirin bila insulin digunakan pada pasien DM tipe II yang dibantu atau tidak dibantu
oleh antidiabetik oral untuk 6 meningkatkan efikasi terapi kontrol glukosa. Hal ini
dikarenakan pada DM tipe II, sel β pankreas masih bisa memproduksi insulin.
NEXT…
NEXT…
Aspirin banyak digunakan sebagai analgetik maupun antiplatelet. Umumnya
K
aspirin diberikan sebagai antiplatelet pada pasien diabetes yang mengalami
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan memicu penumpukan lemak di
pembuluh darah yang membentuk plak dan dikenal sebagai aterosklerosis.
Aspirin disini bekerja dengan cara menghambat agregasi platelet sehingga
mengurangi atau mencegah penumpukan lemak yang nantinya akan beresiko
bagi kesehatan jantung. Aspirin dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
meningkatkan sekresi insulin sehingga resiko hipoglikemia pada pasien dapat
meningkat. Hal ini terjadi pada pengunaan aspirin dalam dosis besar. Oleh karena
itu pengaturan dosis harus diperhatikan pada pasien DM yang menerima insulin
dan aspirin. Untuk penggunaan aspirin sebagai analgetik dapat diganti dengan
analgetik lain yang tidak berintraksi dengan insulin, misalnya parasetamol.
NEXT…
NEXT…
Interaksi antara insulin dengan ACE inhibitor (ramipril, lisinopril dan imidapril)
K
bersifat aditif yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga berpotensi
menyebabkan hipoglikemia, terutama pada pasien DM tipe II36. Sedangkan pada pasien
DM tipe I kurang atau bahkan tidak berefek karena pada pasien DM tipe I tidak terjadi
gangguan pada sensitivitas insulin melainkan kerusakan sel β pankreas34. Walaupun
ACE inhibitor merupakan obat pilihan pertama dalam pengobatan hipertensi pada pasien
DM dikarenakan efektivitas ACE inhibitor yang dapat melindungi ginjal sehingga akan
mengurangi resiko terjadinya nefropati diabetik, obat ini harus diberikan perhatian
karena dapat berinteraksi dengan insulin dan obat-obat antidiabetik oral lainnya.
Penanganan interaksi obat ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan dosis obat yang
diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta mengatur waktu pemberian
obat agar tidak terjadi interaksi obat. Penggunaan kedua obat ini juga harus dilakukan
monitoring untuk melihat hasil terapi pada pasien.
NEXT…
NEXT…
Interaksi antara insulin dengan klonidin menyebabkan peningkatan kadar glukosa
K
dalam darah (hiperglikemia). Klonidin merupakan salah satu obat yang sering digunakan
dalam terapi gangguan kardiovaskular, sama halnya dengan ACE inhibitor dan CCB.
Seringnya pasien DM yang mendapat terapi gangguan kardiovaskular dikarenakan
komplikasi yang sering dialami oleh pasien DM, baik itu komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular. Komplikasi makrovaskular inilah yang merupakan gangguan
kardiovaskular. Interaksi antara insulin dengan klonidin disebabkan oleh inhibisi
pelepasan katekolamin yang menyebabkan penurunan influk ion kalsium sehingga terjadi
penurunan sekresi insulin dan peningkatan sekresi glukagon yang berakibat peningkatan
kadar glukosa darah. Penggunaan kedua obat ini harus ditinjau kembali dosis yang
diberikan dan waktu pemberian yang tepat, serta dimonitoring secara teratur untuk
melihat efek samping yang terjadi. Apabila terjadi interaksi sebaiknya penggunaan
klonidin diganti dengan antihipertensi lain yang lebih aman jika diberikan bersamaan
dengan insulin, misalnya amlodipin.
NEXT…
Interaksi antara insulin dengan kortikosteroid disebabkan karena kortikosteroid memiliki
NEXT…
efek peningkatan resistensi insulin, pengeluaran glukosa hepatik dan menghambat masukan
K
glukosa ke dalam sel, baik sel otot maupun jaringan adiposa yang mengakibatkan kadar
glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Hal ini berlawanan dengan efek insulin yang
meningkatkan masukan glukosa ke dalam otot dan jaringan adiposa yang menyebabkan kadar
glukosa darah menurun (hipoglikemia). Penggunaan kortikosteroid secara oral maupun
intraartikular sering digunakan pada pasien DM yang juga mengalami osteoarthritis atau
rheumatoid arthritis sebagai antiinflamasi. Pada pasien DM sering kali mengalami komplikasi
osteoarthritis terutama pada pasien DM tipe II yang memiliki kelebihan berat badan (obesitas).
Karena keadaan pasien yang obesitas, sendi tidak mampu menopang badan maka terjadilah
osteoarthritis. Osteoarthritis terjadi karena bantalan tulang rawan yang menipis secara terus-
menerus, sehingga terjadi pergesekan antara tulang rawan yang menyebabkan nyeri dan
persendian menjadi bengka. Untuk menghindari terjadinya interaksi pada penggunaan
insulin dan kortikosteroid dapat dilakukan pengaturan dosis yang sesuai dan waktu
pemberian obat yang tepat.
Gangguan Pernafasan
Potensi Interaksi Obat
1. Mayor Resep tidak memiliki
 azitromisin+levofloxacin
Penggunaan azitromisin dan levofloksasin secara
bersama-sama dapat memicu terjadinya aritmia
jantung. Azitromisin dan levofloksasin merupakan
antibiotik yang digunakan secara kombinasi dengan
tujuan untuk meningkatkan efek antibiotik pada terapi
pneumonia.
Azitromisin dan levofloksasin merupakan antibiotik
yang digunakan secara kombinasi dengan tujuan untuk
meningkatkan efek antibiotik pada terapi pneumonia.
Interaksi ini membahayakan bagi jiwa, namun
demikian apabila memang diperlukan untuk dilakukan
terapi dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan
bagi pasien.
NEXT…
Potensi membahayakan yang mungkin timbul katena interaksi antara azitromisin dan levofloksasin dapat
NEXT…
dilakukan dengan melihat kondisi pasien. Jika kondisi pasien cenderung akan mengalami efek membahayakan,

K
maka rekomendasi harus diubah.

 azitromisin dengan amiodaron dan digoxin.


Interaksi obat mayor yang berkaitan dengan terapi pneumonia juga terjadi pada penggunaan secara
bersama-sama antibiotik untuk terapi pneumonia dan obat lain yang digunakan untuk terapi penyerta
hipertensi,
Penggunaan azitromisin dan amiodaron akan menimbulkan efek peningkatan interval depolarisasi dan
repolarisasi jantung. Efek bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan adalah terjadinya aritmia jantung.
Kombinasi antara azitromisin dan digoxin dapat menghambat ekskresi digoxin sehingga terjadi penumpukan
digoxin di dalam tubuh .

2. Moderat
 Ranitidin+aminofilin
Ranitidin merupakan antagonis reseptor H2 yang meningkatkan pH lambung, sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan profil farmakokinetika aminofilin, yaitu pada proses
absorbsi.
NEXT…
 Ceftazidim+Gentamisin
NEXT…
Pemakaian ceftazidim dan gentamisin bersama-sama dapat meningkatkan efek samping obat, yaitu efek

K
nefrotoksik dari obat. Meskipun interaksi antara kedua obat memberikan efek negatif, kombinasi antibiotik
ceftazidim dan gentamisin merupakan terapi pilihan yang dianjurkan untuk terapi pneumonia berat (Depkes
RI, 2005).
Obat yang mempunyai potensi interaksi yang dapat memberikan akibat yang merugikan pada pasien tetap
dapat diberikan, karena manfaat dari pemberian kedua obat yang saling berinteraksi tersebut sangat
diperlukan untuk terapi pada pasien. Pada interaksi moderat antara ceftazidim dan gentamisin ini diperlukan
adanya monitoring terhadap pasien untuk menghindari adanya akibat negatif dari interaksi obat.

 levofloksasin dan antacid


Interaksi antara levofloksasin yang merupakan antibiotik dengan antacid akan mengakibatkan
penghambatan absorbsi levofloksasin. Penghambatan ini terjadi sebagai akibat adanya ikatan antara
levofloksasin dengan ion logam dalam antasida membentuk khelat yang tidak dapat terserap oleh tubuh.
Ion logam dalam antasida yaitu Al3+, Mg2+ , dan Fe2+ secara signifikan dapat mengurangi absorbsi
antibiotika golongan quinolon, dimana levofloksasin termasuk antibiotika golongan tersebut. Ketika absorbsi
terganggu, maka kadar plasma lefofloksasin akan menurun, dan penurunan ini dapat mengakibatkan
kegagalan terapi.
NEXT…
Levofloksasin merupakan terapi utama bagi pasien pneumonia, sehingga kegagalan terapi antibiotik pada
NEXT…
pasien akan berakibat fatal pada terapi. Kegagalan terapi ataupun ketidaktepatan dosis antibiotik dalam

K
pengobatan pneumonia juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika.
Untuk interaksi obat yang mengakibatkan gangguan pada proses absorbsi obat dapat diatasi dengan
memberikan jeda waktu pemberian antara kedua obat, yaitu selama minimal 2 jam. Dengan memberikan
levofloksasin minimal 2 jam sebelum pemberian antasida, akan mencegah terjadinya pengurangan absorbsi
levofloksasin. Kalaupun terjadi penghambatan absorbsi, penghambatan ini tidak akan mempunyai makna
secara klinis.

3. Minor
 Aspirin dan Metilprednisolon
Ketika digunakan bersama dengan aspirin, metilprednisolon akan menstimulasi proses metabolisme
aspirin, sehingga berakibat pada percepatan eliminasi aspirin. Penurunan kadar aspirin dalam darah tidak
akan berakibat besar pada efek terapinya karena aspirin bukan merupakan obat yang memiliki indeks terapi
sempit. Namun adanya interaksi ini dapat memperbesar potensi timbulnya efek pendarahan gastrointestinal
karena aspirin
Interaksi yang melibatkan aspirin juga terjadi pada pemakaian bersama-sama dengan budesonid. Interaksi
ini juga menurunkan kadar aspirin dalam darah, namun tidak berpengaruh pada efek terapi aspirin.
NEXT…
 Aspirin+Budesonid
NEXT…
Interaksi ini juga menurunkan kadar aspirin dalam darah, namun tidak
K
berpengaruh pada efek terapi aspirin. Pada interaksi seperti ini jika
penggunaan obat secara bersama-sama dibutuhkan, dapat dilakukan dengan
memperhatikan kondisi pasien.
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Interaksi Obat Pada Pasien Infeksi
Resep tidak memiliki
Saluran Kemih

Obat yang Tingkat Mekanisme


Berinteraksi Keparahan Interaksi

Diklofenak +Ranitidin Minor Farmakokinetik

+Sukralfat Minor Farmakokinetik

Ranitidin+Paracetamol Moderat Farmakokinetik


NEXT…
NEXT…
Berdasarkan tabel diperoleh obat golongan AINS yaitu diklofenak
K
memiliki potensi berinteraksi dengan obat golongan H2 Reseptor yaitu
Ranitidin dan Sukralfat. Kombinasi kedua obat ini memberikan efek terapi
tambahan, obat golongan AINS memiliki efek samping pada gastrointestinal
sehingga diberikan bersama obat golongan H2 reseptor terutama untuk
pasien yang memiliki riwayat pada gastritis untuk meringankan terjadinya
efek samping dari obat golongan AINS. Namun, obat-obat tersebut saling
berinteraksi tetapi diklofenak tidak berpengaruh atau hanya menimbulkan
efek ringan dan biasanya secara klinis tidak berpengaruh pada Ranitidin.
Sedangkan Sukralfat mengurangi tingkat serum AUC dari diklofenak, namun
sebagian besar bukti tersedia bahwa sukralfat tidak memiliki efek buruk
pada pengobatan dengan NSAID.
NEXT…
NEXT…
Kmempengaruhi
Ranitidin dan Paracetamol diberikan secara bersamaan sehingga
farmakokinetik parasetamol dan meningkatkan nilai AUC
parasetamol sebesar 63%. Namun apabila ranitidin diberikan satu jam
sebelum parasetamol maka Ranitidin tidak mempengaruhi Clearance dan
waktu paruh dosis tunggal paracetamo. Interaksi obat menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan apabila secara klinis dapat meningkatkan
toksisitas atau menurunkan efek terapi dari obat tersebut, hal ini dapat
diperkecil potensinya degan cara menghindari penggunaan polifarmasi
yang tidak dibutuhkan .
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai