Anda di halaman 1dari 53

Pemicu 5

LI 1

Definisi dan Klasifikasi IMS


Berdasarkan Etiologi
• Definisi IMS
infeksi yang sebagian besar menular lewat
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah
tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan
seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau
lewat dubur (anal).

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Klasifikasi
Protozoa dan
Bakteri Virus Jamur
Ektoparasit

Herpes
Gonorrhea Trikomoniasis
Genitalis
Infeksi Genital non Kondiloma
Spesifik Akuminata

Sifilis HIV/AIDS Pedikulosis Pubis

Kandidiasis
Ulkus molle Hepatitis-B

Limfogranuloma
Venereum (LGV) Moluskum
Kontagiosum Skabies

Vaginosis Bakterial

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LO 2

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Anamnesis
• Keluhan dan riwayat penyakit • Apakah pasangan juga
saat ini. mengalami keluhan yang sama.
• Keadaan umum yang dirasakan. • Riwayat penyakit dahulu yang
• Pengobatan yang telah diberikan. berhubungan dengan IMS atau
• Riwayat seksual : penyakit genital lain.
- Kontak seksual.(dalam ataupun • Riwayat penyakit berat lainnya.
luar nikah) • Riwayat keluarga.(dugaan IMS
- Kontak seksual dengan pasangan yang ditularkan dari ibu ke
setelah mengalami gejala bayi)
penyakit.
• Keluhan lain yang mungkin
- Frekuensi dan jenis kontak
berkaitan dengan komplikasi
seksual.(homo atau
heteroseksual)
IMS.(erupsi kulit, nyeri sendi.
Pada wanita seperti nyeri perut
- Cara melakukan hubungan
bawah, gangguan haid,
seksual.
kehamilan dan hasilnya)
• Riwayat alergi obat.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LI 3

IMS Bakteri
Gonore
• Infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae.
• N. Gonorrheae (patogen), N. meningitidis (patogen), N.
catarrhalis (komensal), N. pharyngis sicca (komensal)
• Sering menginfeksi mukosa dengan epitel kuboid atau lapis
gepeng yang imatur, yaitu pada vagina wanita sebelum pubertas.
• Golongan diplokok :
– Bentuk biji kopi.
– 0,8 u x 1,6 u.
– Gram negatif, tidak tahan di udara bebas (cepat mati pada keadaan
kering dan suhu > 39°C), tidak tahan zat desinfektan, berada diluar dan
di dalam leukosit.
– Tahan asam.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Klinis
• Pada ♂ masa inkubasi 2-5 hari. • Komplikasi
• Uretritis  gatal, panas di - Lokal  tysonitis,
distal uretra sekitar orifisium parauretritis, littritis,
uretra eksternum, disuria, cowperitis.
polakisuria, keluar duh tubuh
dari ujung uretra kadang - Asenden  prostatitis,
disertai darah, kadang disertai vesikulitis, funikulitis, vas
nyeri ereksi. deferentitis, epididimitis,
• PF  orifisium uretra trigonitis.
eksternum kemerahan, edema - Diseminata  artritis,
dan ektropion. Duh tubuh miokarditis, endokarditis,
mukopurulen. Terkadang dapat perikarditis, meningitis,
disertai pembesaran kelenjar dermatitis.
getah bening inguinal
unilateral atau bilateral.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
• Pada ♀ masa inkubasi sulit • Komplikasi
ditentukan karena - Servisisitis gonore 
umumnya asimtomatik. salpingitis, penyakit radang
Awalnya hanya terkena di panggul.
serviks uteri. Dapat - Uretritis  parauretritis
asimtomatik, kadang dan bartholinitis.
menimbulkan rasa nyeri
- Diseminata  artritis,
panggul bawah.
miokarditis, endokarditis,
• PF  Serviks tampak merah perikarditis, meningitis,
dengan erosi dan sekret dermatitis.
mukopurulen.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis
• Anamnesis. • Kultur  media transport
• Pemeriksaan klinis. ( stuart, transgrow). Media
• Pemeriksaan pembantu. kultur (Thayer-Martin,
– Sediaan langsung . Modifikasi Thayer Martin,
– Kultur (biakan). Agar coklat McLeod).
– Tes beta-laktamase. • Tes beta laktamase 
– Tes Thomson. apabila mengandung enzim
• Sediaan langsung  beta-laktamase,
pewarnaan gram. Sampel menyebabkan perubahan
pria diambil dari duh pada warna dari kuning menjadi
fossa navicularis. Pada merah.
wanita diambil dari duh • Tes Thomson.
uretra, muara kelenjar
bartholin dan endoserviks.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tes Thomson
• Mengetahui sampai dimana infeksi berlangsung
tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium.
• Syarat:
– Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.
– Urin dibagi dalam dua gelas.
– Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
– Kandung kencing harus mengandung urin minimal
80-100 ml  WAJIB.
Tes Thomson
• Hasil pembacaan:
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis
anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Tatalaksana
• Ceftriaxone 250 mg IM. • Notifikasi pasangan,
• Cefixime 400 mg PO. abstinence, konseling.
• Spectinomycin 2 gram IM,
relatif tidak efektif pada
infeksi GO di faring.
• Kanamycin 2 gram IM. KI
wanita hamil.
• Thiamphenicol 2.5-3.5 gram
PO, tidak dianjurkan pada
wanita hamil.
• Ofloxacin 400 mg PO. Atau
Ciprofloxacin 500 mg PO. KI
pada wanita hamil, menyusui,
usia < 17tahun.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Infeksi Genital Non-Spesifik
• Infeksi genital non spesifik (IGNS) : infeksi saluran
genital yg disebabkan oleh penyebab yang nonsepsifik,
meliputi berbagai keadaan: uretritis nonspesifik,
proktitis nonspesifik pada pria homoseksual, infeksi
nonspesifik pada wanita.
• Uretritis nonspesifik (UNS) : peradangan uretra yang
penyebabnya dengan pemeriksaan laboratorium
sederhana tidak dapat dipastikan.
• Uretritis non gonore (UGN) : peradangan uretra yang
bukan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoea.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Etiologi
• Chlamydia trachomatis (30 • Chlamydia trachomatis 
– 50%). sering ditemukan pada
• Ureaplasma urealyticum (10 wanita dewasa seksual aktif.
– 40%). Biakan monolayer (Mc Coy,
• Lain-lain (20 – 30%). BHK), pemeriksaan
– Trichomonas vaginalis. mikroskop langsung,
– Ragi. metode penentuan antigen
– Virus herpes simplex. (imunofluoresen, ELISA),
– Adenovirus. PCR, Ligase Chain Reaction.
– Haemophilus sp. • Ureaplasma urealyticum 
– Bacteroides ureolyticus. banyak di isolasi pada
– Mycoplasma genilatum. penderita UGN daripada
– Dll. orang sehat, atau pada
orang yang seks berlebih.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Chlamydia trachomatis
• Gram negatif.
• Parasit obligat intraselular.
• Perlu sel hidup untuk
tumbuh.
• Penyebab IGNS tersering.
• Pria dengan UGN  urethra
25-60%.
• Wanita  15% infeksi
endocerviks akibat Chlamydia,
wanita hamil sosio-ekonomi
Sumber gambar:
http://www.palmoticeva.com/wp-
rendah  20%.
content/uploads/2014/07/chlamidia.jpg

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Manifestasi Klinik IGNS ♂ Manifestasi Klinis IGNS ♀
• Anamnesa: koitus suspektus (1 – 5 • Umumnya menyerang
mgg sebelum timbul gejala), serviks, tapi dapat juga pada
hubungan seksual degnan
pasangan.
uretra atau vagina.
• Duh tubuh uretra (jernih s/d • Gejala tidak khas,
keruh) pagi hari/morning drops, asimptomatik, sangat
bercak di celana. ringan.
• Disuri (rasa sakit sampai terbakar).
• Duh tubuh kekuningan.
• Gatal di saluran kencing.
• Hematuri, nokturi.
• PF  serviks terdapat
• Pemeriksaan Fisik eksudat mukopurulen, erosi
• Muara uretra tampak radang: serviks, folikel-folikel kecil
edema & eritema. (microfollicles).
• Sekret uretra (sedikit pd
celana dalam s/d banyak) 
serosa, seromukosa, mukous,
bercampur nanah
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis Lab
• Anamnesa. • Dasar penegakan diagnosis
• Pemeriksaan klinis. IGNS  swab sekret
• Laboratorium tanda uretra/serviks.
uretritis. • >5 leukosit pada sekret
• Tidak ditemukannya kuman uretra dengan pewarnaan
penyebab yang spesifik. gram.
• >30 leukosit pada sekret
serviks dengan pewarnaan
gram.
• Tidak dijumpai diplokokus
negatif-Gram, serta pada
pemeriksaan sediaan basah
tidak ditemukan
Trichomonas vaginalis.
Tatalaksana Tindak Lanjut
• Tetrasiklin. • Pemeriksaan & pengobatan
– Dosis: 4 x 500 mg selama 1 terhadap teman seksual.
minggu/lebih.
• Penderita sembuh  kontrol
– Efektif untuk Chlamydia &
Ureaplasma. setelah pengobatan (setiap 7
– KI: kehamilan. hari sampai 3x berturut-turut)
• Eritromisin. tidak ditemukan keluhan,
– Dosis: 4 x 500 mg selama 1 pemeriksaan lab - 
minggu/lebih. pengobatan dilanjutkan s/d 4
– Lebih efektif untuk Ureaplasma. minggu.
– I: IGNS pada kehamilan. • IGNS persisten: masih terdapat
• Doksisiklin. tanda uretritis stlh pengobatan 4
– Dosis: 2 x 100 mg selama 1 minggu / minggu.
lebih.
• IGNS rekurens: setelah 2 minggu
– KI: kehamilan.
pengobatan selesai keluhan
• Azithromisin.
uretritis timbul lagi, pada waktu
– Dosis: 1 x 1 g.
itu penderita telah melakukan
hubungan seksual.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ulkus Molle/Chancroid
• Penyakit ulkus genital akut, setempat, dapat
berinokulasi sendiri, disebabkan Haemophillus
ducreyi, dengan gejala klinis khas berupa ulkus di
tempat masuk kuman dan seringkali disertai
supurasi KGB regional.
• Haemophillus ducreyi  bakteri gram negatif,
anaerobik fakultatif, perlu hemin (faktor X) untuk
tumbuh, batang kecil atau pendek dengna ujung
bulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Klinis ♂
• Inkubasi 2-35 hari. • Ulkus multipel, nyeri bila
• Tempat masuk kuman  terkena pakaian atau urin,
abrasi, erosi atau ekskoriasi. tepi tidak rata dan
• Biasa terkena di preputium, bergaung, batas tegas,
meatus uretra eksterna. dikelilingi eritema ringan.
• Ulkus dan adenopati inguinal. • Ulkus dapat menyebar ke
• Papul kecil disertai eritema perineum, anus, skrotum,
pada sekelilingnya  bagian paha atau abdomen bawah.
tengah papul pustulasi dan • Ulkus molle dalam uretra
cepat erosi. dapat menyebabkan gejala
• Lesi akan menjadi ulkus seperti uretritis non-gonore.
48jam setelah timbul lesi
awal dan disertai dengan
eksudat nekrotik kuning
keabu-abuan.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Klinis ♀
• Inkubasi tidak bisa • Lesi terdapat pada serviks,
ditentukan karena sering perineum, anorektum,
asimtomatik. orofaring.
• Biasa pada meatus uretra • Lesi pada wanita dapat
dan bagian dalam labia lebih banyak dan dalam.
minora.
• Ulkus molle bervariasi.
• Keluhan tidak berhubungan
dengan ulkus, misalnya :
disuria, nyeri defekasi,
dispareunia, duh vagina.
• Lesi intravagina jarang
ditemukan dan biasanya
tidak nyeri
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis Komplikasi
• Pewarnaan gram  basil kecil • Adenitis inguinal (bubo
negatif gram berderet inflamatorik).
berpasangan seperti rantai atau
kumpulan ikan intrasel atau • Fimosis atau parafimosis.
ekstrasel. Sampel diambil dari • Fisura uretra.
ulkus menggaung.
• Fistel rektovagina.
• Kultur  sampel diambil dari
dasar ulkus yang purulen, setelah
eksudat nekrotik diangkat dengan
salin steril nonbakteriostatik.
Media agar gonokokus dan agar
Mueller-Hinton. Koloni muncul
dalam 2-4hari berbentuk kecil,
nonmukoid, kuning abu-abu dan
tetap utuh bila diangkat ke
permukaan agar.
• Serologi.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tatalaksana
• Seftriakson 250mg IM. • Kompres, irigasi, rendam
• Eritromisin 4 x 500mg 7hari. dengan larutan salin akan
• Amoksisilin 500mg + asam membantu menghilangkan
klavulanat 125mg 3x/hari debris nekrotik dan
selama 7hari. mempercepat
penyembuhan.
• Siproflokasin 2 x 500mg
selama 3hari. KI wanita
hamil, menyusui, <12tahun.
• Azitromisin 1g PO.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LO 4

IMS Virus
Kondiloma Akuminata
• Infeksi menular seksual akibat virus papiloma
humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan
fibroepiteloma pada kulit dan mukosa.
• Etiologi  VPH tipe 6 dan 11. Virus DNA,
famili Papovaviridae.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Manifestasi Klinis Klasifikasi
• Inkubasi 1-8 bulan. • Bentuk akuminata.
• Masuk melalui mikrolesi - Pada daerah lipatan dan
pada kulit. lembab.
• Pada pria  glans penis, • Bentuk papul.
sulkus koronarius, frenulum - Daerah dengan keratinisasi
dan batang penis. sempurna:batng penis,vulva
• Pada wanita  fourchette bagian lateral,daerah
posterior, vestibulum. perianal dan perineum.
• Bentuk datar (flat).
- Tidak terlihat dengan mata
telanjang. Terlihat setelah
dilakukan tes asam asetat.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis DD
• Ditegakkan berdasarkan • Pearly penile papules.
gejala klinis. • Kondiloma lata.
• Pemeriksaan penunjang : • Karsinoma sel skuamosa.
– Tes asam asetat.
– Kolposkopi.
– Pemeriksaan histopatologi.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tatalaksana
• Kemoterapi. • Tindakan bedah.
• Tindakan bedah. - Bedah skalpel
• Imunoterapi. - Bedah listrik
- Bedah beku
• Kemoterapi. - Bedah laser
- Tinktura podofilin. • Imunoterapi.
– 10%-26% oleskan pada lesi - Pada penderita dengan lesi
 biarkan selama 1-4 jam yang luas dan resisten
cuci  1 minggu 2 kali
sampai lesi hilang terhadap pengobatan.
- Podofilotoksin 0,5. - Imiquimod berbentuk cream :
3x seminggu. Paling lama 16
- Asam trikloroasetat 50-90%.
minggu. Dicuci setelah 6-8
- Krim 5-fuorourasil 1-5%. jam pemakaian.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Herpes Simpleks
Definisi
• Infeksi akut disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I dan II  ditandai dgn adanya vesikel yg
berkelompok di atas kulit yg sembab dan eritematosa pd
daerah dkt mukokutan.
• Sinonim : fever blister, cold sore, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes progenital (genitalis).
Epidemiologi
• Kosmopolit, menyerang laki atau perempuan dgn frekuensi yg
berbeda.
• Infeksi primer HSV tipe I dimulai pd usia anak2, infeksi HSV
tipe II tjd pd decade II dan III dan berhubungan dgn
peningkatan aktivitas seksual.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Etiologi
• HSV tipe I dan II  virus herpes hominis (virus DNA).
– Dibedakan tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pd
media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).
Gejala Klinis
• Berlangsung dlm 3 tingkat :
– Infeksi primer
• Predileksi HSV tipe I : daerah pinggang ke atas terutama mulut dan hidung,
biasanya usia anak2  etio : kontak kulit dg perawat, dokter gigi, atau pd
org yg suka menggigit jari (herpetic whit-low).
– Dpt menyebabkan herpes ensefalitis, herpes orogenital.
• Predileksi HSV tipe II : daerah pinggang ke bawah t.u daerah genital, dan
dpt menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonates, serta herpes
orogenital.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Patofisiologi
• Kontak langsung (kulit / membran).
• Derma and Neurovirulence (infeksi dan
bereplikasi pada jaringan saraf dan kulit).
• HSV  HSV 1 dan HSV 2.
– HSV 1  Infeksi orolabial dan okular.
– HSV 2  Infeksi genital.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
HSV-1 HSV-2
• Kontak langsung (oral)  • Kontak langsung (hubungan
epitel sistim respirasi atas seksual)  infeksi epitel
(infeksi primer)  ganglion genital (infeksi primer) 
trigeminus (opthalmic, infeksi saraf lumbosacral
maxillary dan mandibular) (S2-S5)  masa laten 
 infeksi saraf  masa reaktivasi (trauma, radiasi,
laten  reaktivasi (trauma, imunosupresi, stress) 
radiasi, imunosupresi, manifestasi klinik.
stress)  manifestasi klinik.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gejala Klinis
• Ada 3 tingkat : 2. Fase laten.
1. Infeksi primer.
Ps. asimtomatik  HSV dapat
• Berlangsung lama dan berat 
kurang lebih 3 minggu, disertai ditemukan dalam keadaan
gejala sistemik : demam, inaktif di ganglion dorsalis.
malaise,anoreksia dan 3. Infeksi rekuren.
pembengkakan KGB regional.
• Dr fase laten  virus kembali
• Tanda klinis : vesikel aktif “dgn mekanisme pacu” 
berkelompok, sembab dan mencapai kulit  muncul
eritematosa. Berisi cairan jernih gejala klinis.
dan menjadi seropurulen  • Mekanisme pacu : trauma fisik
krusta, ulserasi dangkal, (demam, infeksi, kurang tidur,
sembuh tanpa sikatriks. hub. Seksual), trauma psikis
• Pemeriksaan fisik : tidak ada (gangguan emosional,
indurasi, dan terkadang menstruasi).
terdapat infeksi sekunder  • Gejala klinis timbul lebih
memberikan gambaran tidak ringan, berlangsung 7-10 hari,
jelas. adanya gejala prodromal
(panas, gatal, dan nyeri) 
timbul vesikel.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Herpes Genitalia pada Kehamilan
• Virus dapat menembus sawar plasenta  mortalitas bayi
60%, separuh yang hidup biasanya menderita cacat
neurologic dan kelainan mata.
• Kelainan pada bayi : ensefalitis, keratokonjungtivitis,
hepatitis, lesi kulit.
• Ibu hamil penderita herpes genital  lahir secara caesar.
– Dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah
pecah.
• Transmisi HSV pada trimester I  abortus.
• Transmisi HSV pada trimester II  prematuritas.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis DD
• HSV dpt ditemukan pada • HSV pd mulut dan hidung
lesi vesikel  dibiakan. harus dibedakan dgn
• Pada masa laten  periksa impetigo vesiko bulosa.
antibodi terhadap HSV. • Pada daerah genital harus
• Pad apercobaan Tzank dibedakan dgn ulkus durum,
dengan pewarnaan Giemsa ulkus mole, dan mikstum,
ditemukan sel datia berinti maupun ulkus yg
banyak dan badan inklusi mendahului penyakit
intranuklear. limfogranuloma venereum.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tatalaksana
• Lesi dini  preparat idoksuridin (stoxil, viruguent,
viruguent-P)  salep/krim topical, preparat acyclovir
(zorivax) topical / oral 5 x 200 mg sehari selama 5
hari : utk virus aktif. Acyclovir parenteral  penyakit
yg lebih berat dan komplikasi.
• Preparat adenine arabinosid (vitarabin)  interferon
yg menghambat reproduksi virus.
• Preparat lupidon H (utk HSV tipe I), dan Lupidon G (utk
HSV tipe II)  mencegah rekurensi dengan cara
meningkatkan imunitas seluler.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LO 5

IMS Jamur
Kandidiasis
• Infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang
disebabkan oleh kandida.
• Biasa menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa,
dan GIT. Dapat menyebabkan infeksi sistemik.
• Pada wanita umumnya infeksi pertama timbul di
vagina (vaginitis) dan dapat meluas sampai vulva
(vulvitis) disebut kandidiasis volvovaginalis.
• Pada pria sebagai balanitis atau balanopostitis,
jarang sebagai uretritis.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Etiologi

• Candida albicans (81%).


• Candida stellatoidea.
• Candida glabrata (16%).
• Candida tropicalis.
• Candida krusei.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Klinis Pria Gambaran Klinis Wanita
• Inkubasi 5-21 hari. • Gatal/iritasi vulva.
• Kemerahan dan iritasi pada glans • Duh tubuh/keputihan.
dan dibawah preputium pada yang • Duh bisa banyak, putih keju dan cair.
tidak disirkumsisi. • Nyeri dan panas selama dan
• Rasa gatal ringan sampai rasa sesudah senggama.
panas. • Disuria eksterna apabila urin
• Eritem dengan bintik merah atau menyiram vulva yang radang.
vesikopustul mudah pecah, • Vulva bisa tampak merah, edem
meninggalkan erosi dengan skuama dengan fisura, kadang terdapat erosi
putih ditepi. dan ulserasi.
• Kadang terdapat plak • Terdapat pseudomembran  plak
pseodomembran. putih seperti sariawan, terdiri dari
• Skrotum  gatal hebat. miselia kusut, leukosit dan sel epitel
• Dapat menyebabkan UNG dengan yang melekat pada dinding vagina.
duh tubuh uretra cair atau mukoid • Vagina kemerahan, tertutup
dengan butir bukan benang. pseudomembran putih keju.
Biasanya lebih berat pada pagi hari. • Duh tubuh mukoid atau cair dengan
gumpalan keju (cottage cheese).
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis Diagnosis Lab
• Gambaran klinis di dukung • Diagnosis cepat dengan garam
oleh pemeriksaan fisiologis, KOH atau pewarnaan
gram dari pseudomembran atau
mikroskopik langsung, jika
duh vagina. Terdapat bentuk ragi
perlu dilakukan biakan. dari kandidi :
- Sel tunas berbentuk lonjong.
- Pseudohifa sebagai sel
memanjang bersambung seperti
sosis.
- Hifa asli bersepta.
• Kultur dari duh vagina dilakukan
untuk konfirmasi terhadap hasil
pemeriksaan mikroskopik negatif
palsu yang sering pada
kandidiasis vulvovaginalis kronis
dan untuk identifikasi non-
kandida.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tatalaksana
• Pengobatan KVV  anti kandidal • Alternatif: oral 
topikal krem atau tablet vaginal. flukonazol, ketokonazol,/
• Preparat azol lebih efektif itrakonazol sama efektif
daripada nistatin. dengan pengobatan topikal.
• Rekomendasi :
– Mikonazol/klotrimazol 200mg
• KVV tidak selalu didapat
intravaginal/hari, 3 hari, atau melalui sanggama 
– Klotrimazol 500g intravaginal dosis partner seks tidak perlu
tunggal, atau
mendapat pengobatan yang
– Nistatin 100 000 IU
intravaginal/hari, 14 hari. sama.
• Vulva  krem • Hamil  preparat azol.
klotrimazol11%/mikonazol 2%
selama 7-14hari atau salep
tiokonazol 6,5% sekali oles.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
DD Komplikasi
• Trikomoniasis. • Pada imunokompeten 
• Vaginosis bakterial. komplikasi jarang.
• KVV gestational  resiko
neonatus.
• Abses otak dan peritonitis
 jarang.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LO 6

IMS Parasit
Trikomoniasis
• Infeksi protozoa yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, ditularkan melalui
hubungan seksual.
• Menyerang traktus urogenitalis bagian bawah
pada wanita atau pria.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Etiologi
• Trichomonas vaginalis
• Bentuk ovoid, membelah
secara belah pasang
longitudinal.
• Cepat mati bila mengering,
terkena matahari dan air
selama 35-40 menit.
• Pada higiene yang buruk,
penularan dapat melalui
handuk atau pakaian.

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gambaran Klinis pada Wanita Gambaran Klinis pada Pria
• Inkubasi antara 3-28 hari. • Bisa asimtomatik sampai uretritis
• Sering tanpa keluhan. berat dengan komplikasi
• Duh vagina banyak dan berbau. prostatitis. Hanya 10-50% yang
Berwarna kehijauan, berbusa. simtomatik.
• Duh banyak  gatal, perih pada • Inkubasi tidak lebih dari 10hari.
vulva dan kulit sekitar.
• Gambaran klinis dibagi menjadi :
• Dispareunia, perdarahan pasca
coitus dan perdarahan 1. Pembawa kuman asimtomatik.
intermenstrual. 2. Simtomatik.
• Vaginitis akut  edema dan eritema - Klinis akut.  uretritis,
oada labium yang nyeri, pada vulva prostatitis, epididimitis.
dan paha atas kadang ditemukan - Klinis ringan.  uretritis ringan,
abses kecil dan maserasi.
duh uretra
• Pemasangan spekulum sulit dan
(purulen/mukopurulen/mukoid)
sakit.
, disuria dan gatal pada uretra.
• Serviks  strawberry serviks.
Balanopostitis jika belum sunat
• Polakisuria, disuria  ISK bawah.
 erosi nyeri pada glans dan
• Kelenjar Skene dapat mengeras dan prepusium.
mengeluarkan pus.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Diagnosis
• Ditemukannya Trichomonas • Pewarnaan.  sulit akibat
vaginalis pada sediaan proses fiksasi dan
langsung atau biakan dari duh pewarnaan menyebabkan
tubuh. perubahan morfologi. 50%
• Wanita  sampel dari forniks salah diagnosa.
posterior diambil dengan
• Sediaan apus Papanicolaou
sengkelit.
pada wanita sensitivitas 60-
• Pria  sampel dari dinding
70%.
uretra yang dikerok dengan
sengkelit. • Tes imunofluoresens 
• Sedimen dari 20cc pertama sensitivitas >90% tapi masih
urin pagi. dalam tahap penelitian.
• Jika pada sediaan langsung
tidak ditemukan, lakukan
kultur pada media Feinberg
atau Kupferberg.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tatalaksana
• Metronidazol 2g PO atau • Notifikasi pasangan,
• Tinidazol 2g PO. Abstinence, konseling.
• Alternatif : Metronizadol 2 x
0,5g PO selama 7hari.
• Bila gagal berikan :
metronidazol 2g PO +
metronidazol tablet vagina
0,5g malam hari selama 3-
7hari.
• Jika masih gagal  tes
biakan dan resistensi.
• Bayi  metronidazol
5mg/kgBB PO, 3x/hari
selama 5hari.
Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai