Anda di halaman 1dari 11

Catatan Atas

Optimalisasi Investasi Pasca Perda


RZWP3K

Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
Institut Teknologi Bandung
2020
Kawasan Pesisir dan RZWP3K
• Wilayah Pesisir = Kawasan Fungsional, bukan Daerah Administrasi
• Wilayah Pesisir = Kawasan dimana sistem kegiatan di darat dengan sistem di perairan laut
masih saling mempengaruhi
• Oleh karena itu “delineasi kawasan pesisir” sebenarnya sangat bervariasi antar wilayah
sesuai dengan kondisi dan situasi geomorfologi Wilayah Aliran Sungai (WAS) dan morfologi
pantai dan perairan laut dangkal di hadapan WAS tersebut.
• Secara teoritis, ada 3 batasan (fisik, biologis, dan administratif) untuk mendelineasi wilayah
pesisir.
• Sementara delineasi RZWP3K lebih sempit menjadi batasan administratif, dan lebih fokus ke
perairannya saja sampai sejauh 12 mil (sesuai dengan batasan laut teritorial jika
menghadap ke laut lepas), sehingga interaksi darat-laut jadi sangat terbatas
pembahasannya, dan membatasi oleh karenanya investasi pemanfaatan ruangnya lebih
pada apa yang akan dilakukan di perairan saja.
ELEMEN NILAI RUANG WILAYAH
PESISIR
• NILAI FISIK/LINGKUNGAN
• NILAI SOSIAL
• NILAI EKONOMI

Masing-masing mempunyai basis sumberdaya eksisting sendiri-sendiri


yang harus dioptimalkan dalam pola dan struktur ruang RZWP3K,
sehingga 3 nilai tersebut saling melengkapi menghasilkan outcome
pemanfaatan ruang pesisir yang berkelanjutan (environmentally-
socially-economically sustainable)
Konsepsi Pendekatan Penataan Ruang
untuk Pengembangan Kawasan Pesisir

• Berorientasi Pertumbuhan (Nilai Tambah) Ekonomi


• Berorientasi Kesejahteraan Masyarakat
• Berorientasi Pada Keberlanjutan Lingkungan
• Penyusunan Penataan Ruang merupakan Usaha
RZWP3K
Manajemen Konflik Konstruktif atas Konflik-Konflik
Laten (belum terjadi)
• Penataan Ruang Partisipatif (implikasi Good
Governance)
Optimalisasi Investasi Pasca Perda
RZWP3K?
• Pemanfaatan RZWP3K untuk Investasi dalam Pengelolaan
Fisik/Lingkungan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• Pemanfaatan RZWP3K untuk Investasi dalam Pengembangan
Permukiman, baik di Kawasan Urban maupun Rural, di Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
• Pemanfaatan RZWP3K untuk Investasi dalam Pengembangan
Perekonomian (lokal, regional, dan nasional) di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;

GREEN ECONOMY + BLUE ECONOMY


Sektor-Sektor Potensial untuk Investasi Pasca
RZWP3K
• Jasa Lingkungan
• Perikanan (Tangkap & Budidaya)
• Industri Pengolahan Hasil Perikanan
• Industri Bioteknologi Kelautan
• Pariwisata Bahari Persoalan:
• Perhubungan/Transportasi Laut & Penyeberangan RZWP3K siap
• Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM (Kelistrikan & Migas) dimanfaatkan?
• Industri & Jasa Maritim
• Infrastruktur onshore dan offshore
• Coastal Forestry
• Sumber Daya Wilayah Pulau Kecil
• Sumber Daya Non-Konvensional
PERSOALAN PEMANFAATAN RZWP3K UNTUK INVESTASI (1)
• Ketidakseimbangan skala komponen darat (Kecamatan) yang skalanya RDTRK, dengan
komponen perairan/laut yang skalanya RTRWP (Provinsi), jadi seharusnya komponen daratnya
relatif lebih siap untuk medudukkan investasi pembangunan (sebagian juga telah dilengkapi
Perda Peraturan Zonasi).
• Di komponen perairannya (0-12 mil laut), sebagai Marine Spatial Plan (MSP), Skala terlalu kecil
untuk bersifat operasional? (levelnya Provinsi) sehingga Tingkat Kepastiannya untuk investasi
rendah.
• Zonasi laut seharusnya berbeda dengan zonasi di darat, karena jenis kegiatan di laut
mobilitasnya berbeda: ada yang statis dan ada yang dinamis; lokasi kegiatannya pun berbeda:
ada yang di permukaan laut, kolom laut, atau yang di dasar laut. Pelaku kegiatannya pun
bervariasi: perorangan, Badan Usaha, dan Pemerintah/Publik.
• Dengan kondisi dan situasi yang demikian maka selayaknya diperkenalkan rencana alokasi zona
ruang laut yang terbagi dalam 3 layer yang berbeda. Dan zonasinya bukan determinated seperti
bulatan-bulatan/kentang-kentang yang statis tetapi lebih berupa kriteria-kriteria dan parameter
kesesuaian kondisi/kualitas fisik perairan untuk suatu pemanfaatan ruang yang akan diizinkan
berkegiatan di kawasan tersebut, sehingga sebenarnya dapat pula memanfaatkan Indeks
Kesehatan Laut Indonesia (IKLI) yang hingga saat ini masih berupa Rancangan.
PERSOALAN PEMANFAATAN RZWP3K UNTUK INVESTASI (2)
• Marine Parcel sedikitnya mempunyai 3 layer pemanfaatan yang berbeda
(permukaan, kolom, dan dasar laut) dan dalam waktu yang bersamaan dapat
dilaksanakan berbarengan
• Dalam satuan ruang Marine Parcel terdapat banyak Rights yang harus/wajib
diperhatikan:
• Di Permukaan: Open Access Rights, Riparian Rights, Navigation Rights, Development Rights,
• Di Kolom Laut: Water Colum Rights, Fishing Rights
• Di Dasar Laut: Seabed Use Rights,
• Di Bawah Dasar Laut: Mineral Rights, dan Disposal Rights.
• Tetapi begitu “Development Rights” yang diberikan, maka keseluruhan layer harus
dipaketkan dalam satu izin lokasi perairan pesisir yang dikeluarkan, misalnya untuk
RIG pengeboran migas yang secara statis/permanen menggunakan ruang
permukaan, kolom, dasar, dan bawah dasar. Dalam konteks Optimasi Investasi Pasca
Perda RZWP3K, pemberian Izin Lokasi inilah yang akan banyak menimbulkan konflik
di lapangan. Sementara untuk pemanfaatan yang lain diperkenalkan Izin Pengelolaan
Perairan Pesisir.
Dimensi Ruang Laut & Pembatasan Pemanfaatannya

Water Colum Rights

Disposal Rights

The Marine Parcel (Adapted from Sutherland, 2001)


PERSOALAN PEMANFAATAN RZWP3K UNTUK INVESTASI (3)
• Demikian pula untuk kemungkinan investasi energi kelistrikan, biaya pembangunan relative
besar dengan per unit energi listrik kelautan yang dihasilkan juga relative sedikit lebih mahal
harganya dibanding listrik konvensional yang bersumber di darat/Pulau Besar/utama. Oleh
karena itu Pusat Listrik Tenaga Ombak, Tenaga Pasut, Tenaga Arus Laut, Tenaga Osmosis,
Tenaga Bayu atau Tenaga Surya di Perairan Pesisir, sampai saat ini tidak/belum dilirik oleh
Pemerintah maupun swasta meskipun sebenarnya lebih ramah lingkungan sehingga kita tidak
lagi bergantung pada energi fossil fuel dan batubara yang tidak renewable. Terutama untuk
penyediaan listrik untuk KSNT Pulau-Pulau Terluar/Terdepan dan Pulau-pulau kecil lainnya.
• Karena sifat keterbatasan status kepemilikan lahan perairan yang sangat berbeda dengan
lahan di darat, maka pemanfaatan skema land value captured tidak mungkin dilaksanakan di
perairan, oleh karenanya persoalan investasi dalam pemanfaatan RZWP3K adalah dalam
skema pembiayaannya.
• Peran APBN/APBD menjadi relatif masih diperlukan untuk memicu investasi swasta yang
potensial, minimal dengan skema PPP (Public Private Partnership). Jadi Optimasi Investasi
Pasca Perda RZWP3K yang penting adalah optimasi pembiayaan bersama, selain PPP tentunya
juga bisa dicoba diterapkan PPPP (Public Private People Partnership) dalam bentuk PT
Bersama, sehingga semua stakeholders menjadi shareholders.
PERSOALAN PEMANFAATAN RZWP3K UNTUK INVESTASI (4)
• Dalam PT Bersama (BUMB) diatur kepemilikan saham dari Pemerintah
(BUMN), Pemerintah Daerah (BUMD), Swasta (BUMS), dan
Masyarakat (Koperasi/Perguruan Tinggi Lokal, dll), sehingga terjadi
keseimbangan kontribusi yang akan meningkatkan rasa memiliki
usaha investasi yang dilakukan oleh semua pihak.
• Untuk kepentingan investasi ini pula Negara/Pemerintah/Pemda
harus proaktif menyiapkan faktor-faktor produksi yang diperlukan
oleh seluruh stakeholders/shareholders pemanfaatan ruang WP3K:
SDA untuk Usaha, Sarana dan Prasarana, Pengelola Usaha yang
Mumpuni, SDM Terampil/berkualitas, Akses Permodalan, Perizinan
dan Sertifikasi yang kondusif.
• https://bit.ly/MateriWebinar10620

Anda mungkin juga menyukai