Dekolonisasi, Demokratisasi dan HAM dalam Konteks Perang
Dingin
• kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia bertaut dengan
gelombang dekolonisasi • Negara pasca kolonialis (Indonesia contohnya) menjadi negara demokrasi, bebas menentukan nasib sendiri sebagai akibat dari pengalaman penindasan • Gelombang demokratisasi meningkat bebarengan dg kesadaran akan hak-hak asasi manusia (HAM) pasca PD II->ditandai dengan Piagam PBB danUniversal of Human Rights (UHDR) • Gelombang dekolonisasi, demokratisasi, dan perhatian internasional pada HAM ini menemukan sandungannya ketika dunia memasuki suasana Perang Dingin antar blok barat dan timur Posisi Indonesia dalam Konteks Perang Dingin • Perang dingin disebabkan oleh pertentangan paham/ideologi antara AS (demokrasi-kapitalis) dan Uni Soviet (sosialis-komunis) Sikap Indonesia: • Berprinsip pd kemanusiaan yang adil dan beradab: kemerdekaan adalah hak segala bangsa • Aktif dalam ketertiban dunia-> politik luar negeri bebas aktif (perpaduan antara realisme politik dan idealisme politik) • Gerakan non blok (tidak memihak salah satu blok) Perbedaan Perspektif tentang HAM: Universalisme vs Partikularisme
• Bentrokan“ internasional membuat negara dunia ketiga sulit
melaksanakan HAM dan demokrasi • Dua narasi besar, universalisme dan partikularisme: perbedaan konsep menyebabkan perbedaan pemahaman atas karakter HAM, pentingnya individu sebagai lawan hak masyarakat, dan penetuan waktu implementasi HAM dan penegakannya. • Kelompok partikularisme lebih mengutamakan kepentingan pribai atau golongan • Kelompok universalisme menekankan nilai dan norma secara umum Univeralisme Partikularis HAM adalah hak semua orang norma-norma HAM tidak muncul dari ruang hampa melainkan dibentuk oleh seperangkat pengalaman masyarakat tertentu Menekankan pada hak individu Menekankan pada hak kolektif Implementasi HAM harus komprehensif dan menyatu • “Kuatnya” negara melahirkan kebijakan represif • Mengklaim bahwa alasan universalis digunakan pemerintah-pemerintah barat sebagai senjata politik