Anda di halaman 1dari 73

BANTUAN HIDUP JANTUNG

DASAR
Pendahuluan
• Survey WHO tahun 2004 memperkirakan bahwa
17,1 juta orang karena penyakit jantung.
• 2030 diperkirakan terjadi 23,6 juta kematian karena
penyakit jantung dan pembuluh darah
• Asia Tenggara diprediksi merupakan daerah yang
mengalami peningkatan tajam angka kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
• Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2007, prevalensi
penyakit jantung 7.2 %
Pendahuluan
• Kematian akibat penyakit jantung paling utama
disebabkan karena henti jantung mendadak, dengan
irama paling sering terdokumentasi adalah ventrikel
fibrilasi
• Pertolongan bantuan hidup dasar yang berhasil,
dilakukan dalam 5 menit pertama dengan bantuan
AED
• Bantuan hidup jantung dasar merupakan gabungan
pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang
disebut “Chain of Survival”
Pendahuluan
• Bantuan hidup dasar mengalami perubahan sesuai
dengan pedoman AHA pada oktober 2010 yaitu :
– Penderita dinyatakan mengalami henti jantung mendadak
berdasarkan tidak adanya respons dan pernafasan
– Look, Feel and Listen dihilangkan dari algoritme
– Kompresi dada yang kontinu dilakukan oleh penolong yang tidak
terlatih
– Urutan pertolongan mendahulukan kompresi daripada bantuan
pernafasan (CAB dibandingkan ABC)
– RJP dilakukan sampai terjadi ROSC atau dinyatakan berhenti
– Penyederhanaan algoritme dan peningkatan fokus metode
Pendahuluan
• Komponen yang harus dikuasai oleh penolong
– Pengetahuan penilaian keadaan pasien
– Pelaksanaan kompresi dada yang baik
– Penilaian pergerakan dada serta pemberian nafas bantuan yang baik
– Penggunaan Automated External Defibrillator yang baik (jika tersedia)
• Pelaksanaan Bantuan Hidup Jantung Dasar yang baik
diharapkan :
– Henti jantung dapat dicegah serta transportasi pasien dapat cepat
dilaksanakan
– Fungsi Jantung dan paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED
dan Kompresi
– Otak dapat dipertahankan karena suplai darah terpelihara sampai
bantuan tiba
Pendahuluan
• KESIMPULAN
– Dalam melakukan pertolongan bantuan hidup
jantung dasar, langkah yang harus diperhatikan :
• Pengenalan keadaan darurat
• Pengaktivasian sistem gawat darurat segera
• Pelaksanaan RJP serta defibrilasi segera
– Kualitas RJP yang baik memegang peranan dalam
keberhasilan pertolongan
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular,
dan Cerebrovaskular
• Sistem Respirasi
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular,
dan Cerebrovaskular

Sistem
Kardiovaskular
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular,
dan Cerebrovaskular
Sistem
Cerebrovaskular
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular,
dan Cerebrovaskular

• Interaksi Sistem Respirasi, Jantung dan Otak


– Tujuan Utama Pertolongan gawat darurat
kardiovaskular adalah untuk mempertahankan,
memelihara dan mengembalikan pasokan
oksigen ke otak, jantung dan paru
Survei Primer Bantuan Hidup Dasar
• Merupakan tindakan penyelamatan jiwa
setelah terjadi keadaan henti jantung.
• Bisa dilakukan oleh satu atau dua penolong
• Tujuan : Memperbaiki sirkulasi sistemik yang
hilang dengan melakukan kompresi dada
• Pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan sesuai dengan panduan
American Heart Association tahun 2010
Survei Primer Bantuan Hidup Dasar
• Tujuan Pembelajaran
– Mengerti dan bisa menerangkan kembali survei
bantuan hidup dasar primer
– Dapat melakukan survei bantuan hidup dasar
secara spesifik dan terperinci setiap langkah
Survei Bantuan Hidup Dasar

Tahapan Profisiensi
Penolong
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Tahapan Pertolongan
– Pastikan bahwa lingkungan sekitar penderita
aman untuk dilakukan pertolongan, dilanjutkan
dengan memeriksa kemampuan respons
penderita, sambil meminta pertolongan untuk
mengaktifkan sistem gawat darurat dan
menyediakan AED.
– Selalu melakukan pemeriksaan sebelum
melakukan tindakan
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Tujuan Utama Resusitasi Jantung Paru
– Mempertahankan kehidupan, memperbaiki
kesehatan, mengurangi penderitaan serta
membatasi disabilitas tanpa melupakan hak dan
keputusan pribadi
– Perlu penguasaan diri dan materi yang baik
karena keputusan yang harus diambil itu dalam
hitungan detik
Survei Bantuan Hidup Dasar
ALASAN TIDAK MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

• Dalam Sarana Kesehatan • Di Luar Sarana Kesehatan


– Ada Permintaan dari – Terdapat tanda-tanda
pasien/keluarga inti yang
berhak secara sah dan
kematian yang ireversibel.
ditandatangani oleh pasien – Upaya RJP yang
– Henti Jantung terjadi akibat membahayakan penolong
penyakit dengan stadium akhir – Penderita dengan Trauma
yang mendapat pengobatan
secara optimal yang tidak bisa
– Untuk neonatus/bayi  yang diselamatkan
memiliki mortalitas tinggi
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Keputusan Penghentian RJP karena :
– Bila penolong sudah memberikan pertolongan
secara optimal
– Penolong sudah mempertimbangkan apakah
penderita terpapar bahan beracun atau
mengalami over dosis obat
– Kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong
– Asistol yang menetap terekam selama 10 menit
atau lebih
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Implementasi penghentian usaha RJP
– Asistol yang menetap atau tidak terdengar
denyut nadi pada neonatus lebih dari 10 menit
– Penderita tidak respons terhadap bantuan hidup
jantung lanjutan lebih dari 20 menit
– Berdasarkan keputusan klinik yang layak
– Semakin lama waktu yang diperlukan, semakin
menurun keberhasilan resusitasi.
Survei Bantuan Hidup Dasar
• RJP lebih lama dikerjakan pada penderita dengan :
– Usia Muda
– Asistol menetap karena toksin atau gangguan
elektrolit
– Hipotermia
– Overdosis Obat
– Usaha bunuh diri
– Permintaan Keluarga
– Korban tenggelam di air dingin
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Teknik Pelaksanaan :
– Sebelum Oktober 2010
• Airway
• Breathing : Look, Feel,
Listen
• Circulation : CPR
• Defibrilasi
– Setelah Oktober 2010
• Circulation
• Airway
• Breathing (Look, Feel,
Listen dihilangkan)
• Defibrilasi
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Circulation : • Circulation
– Observasi yang dilakukan : – Tindakan yang dilaksanakan
• Pemeriksaan denyut nadi. • Kompresi dada dengan frekuensi
– Maksimal 10 detik yang cukup (100x/menit)
– Tidak dilakukan pada • Kedalaman minimal 5 cm untuk
penderita yang mengalami dewasa
henti jantung mendadak • Bayi-Anak, kedalaman 4-5 cm
dan disaksikan • Harus terjadi recoil dada
sempurna
• Interupsi seminimal mungkin
• Hindari pemberian bantuan
nafas yang berlebihan
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Airway :
– Observasi yang dilakukan :
• Jalan Nafas diperiksa bila setelah dikompresi 30 x dan saat
pemberian nafas didapatkan dada tidak mengembang
– Tindakan yang dilakukan
• Mempertahankan Patensi jalan nafas dengan Head Tilt
Chin Lift
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Breathing : • Breathing
– Observasi yang dilakukan : – Tindakan yang dilakukan
• Tidak ada observasi khusus • Bantuan nafas diberikan dalam 1
yang dilakukan detik, sesuai tidal volume
• 2 kali setelah 30 kompresi
• Bila sudah dipasang ETT 8-10
x/menit
• Bila terjadi gangguan komplians
pasru, maka diperlukan tekanan
tinggi
• Bantuan nafas yang berlebihan
dapat menyebabkan regurgitasi
dan aspirasi
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Defibrilasi
– Memegang peranan kritis untuk pasien dengan aritmia
karena :
• Irama Jantung penyebab henti jantung mendadak di luar rumah
sakit adalah Ventrikel Fibrilasi yang terapinya adalah defibrilasi
• Semakin lama defibrilasi, keberhasilannya makin berkurang
• Ventrikel Fibrilasi akan berubah jadi asistol seiring dengan waktu.
– Dosis
• Dewasa 360 joule monofasik/200 joule bifasik
• Anak : 2 – 4 joule/kg, dapat diulang denga 4 – 10 joule/kg
Survei Bantuan Hidup Dasar
Rekomendasi
Komponen Dewasa Anak Bayi

Pengenalan Awal Tidak sadarkan diri


Tidak ada nafas atau bernafas Tidak bernafas atau ada usaha nafas
tidak normal
Tidak teraba nadi dalam 10 detik (hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan professional)

Urutan BHD CAB CAB CAB


Frekuensi Kompresi Minimal 100 x/menit
Kedalaman kompresi Minimal 5 cm (2 inci) Minimal 1/3 diameter dinding Minimal 1/3 diameter dinding
Anterior posterior toraks (sekitar 5 Anterior posterior toraks (sekitar 4
cm/2 inci) cm/1 ½ inci)

Recoil Dinding Dada Usahakan terjadi recoil sempurna setiap kompresi

Untuk penolong terlatih, pergantian posisi penolong setiap 2 menit


Interupsi bantuan Interupsi seminimal mungkin, jikalau memungkinkan interupsi kurang dari 10 detik

Jalan Nafas (Airway) Head tilt Chin lift (untuk kecurigaan trauma leher lakukan jaw thrust)
Kompresi 30 : 2 30 : 2 (satu penolong) 30 : 2 (satu penolong)

(1 atau 2 penolong) 15 : 2 (2 penolong) 15 : 2 (2 penolong)


Ventilasi Jika penolong tidak terlatih, kompresi saja

Pada penolong terlatih, dengan jalan nafas lanjutan berikan nafas setiap 6 – 8 detik (8 – 10 x/menit).

Defibrilasi Pasang dan tempelkan AED sesegara mungkin, Interupsi kompresi minimal baik sebelum atau sesudah
kejut listrik. Lanjutkan RJP diawali dengan kompresi setelah kejut listrik
Sindroma Koroner
Akut
Sindroma Koroner Akut
• Prevalensi Nasional berdasarkan Riskesdas
2007 adalah 7,2 %
• Di Amerika Serikat, dari 1, 5 juta penderita
500 ribu meninggal dunia  250 ribu
meninggal mendadak
• Ketepatan mendiagnosis serta kecepatan
penanganan merupakan kunci penurunan
angka komplikasi
Sindroma Koroner Akut
• Prevalensi Nasional berdasarkan Riskesdas
2007 adalah 7,2 %
• Di Amerika Serikat, dari 1, 5 juta penderita
500 ribu meninggal dunia  250 ribu
meninggal mendadak
• Ketepatan mendiagnosis serta kecepatan
penanganan merupakan kunci penurunan
angka komplikasi
Sindroma Koroner Akut

• Patofisiologi
Sindroma Koroner Akut
• Merupakan istilah yang digunakan untuk
mencakup semua gejala yang ditimbulkan
oleh iskemia miokard akut.
• Diklasifikasikan menjadi :
– STEMI  bila terdapat gambaran elevasi segmen
ST pada elektrokardiogram
– UAP/NSTEMI  bila tidak terdapat gambaran
elevasi segmen ST pada elektrokardiogram
Sindroma Koroner Akut
• Manifestasi Klinis SKA dan Infark Miokard
Akut
Sindroma Koroner Akut
• Angina Pektoris • Infark Miokard Akut
– Stabil : Timbul saat – Nyeri dada yang sangat berat.
aktifitas sedang atau – > 20-30 menit
berat. Berkurang
dengan
• Gejala yang harus
istirahat/pemberian diwaspadai
ISDN 5 mg sublingual – Dada rasa tidak enak (chest
– Tidak Stabil : dyscomfort) disertai keringat,
• Resting Angina mual, muntah atau napas
• New Onset Angina pendek, perasaan lemah.
• Progressive Angina
Sindroma Koroner Akut
Program Pertolongan Gawat Darurat
Gejala Serangan Jantung pada Seorang Penderita

Tak Diketahui Sakit Diketahui Sakit


Jantung Koroner Jantung Koroner

Stop Aktivitas & Stop Aktivitas &


Duduk / Berbaringlah Duduk / Berbaringlah

Beri tablet nitrogliserin


Tunggu tiap 5 menit 3-5 menit (maks. 3 kali)
untuk Evaluasi Beri Aspilet 160-320 mg

Nyeri Menetap
Bantuan Hidup Dasar Pada
Orang Dewasa
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang
Dewasa
• Tujuan
– Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan
yang adekuat sampai keadaan henti jantung
teratasi atau sampai pasien dinyatakan
meninggal
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang
Dewasa
• Penyebab Henti Nafas • Gangguan Paru
– Sumbatan Jalan Nafas – Infeksi, Aspirasi, Edema
yang disebabkan oleh Paru, Kontusio atau
• Benda Asing benda asing seperti efusi,
• Muntahan pneumotoraks
• Edema Laring atau bronkus • Gangguan
akibat trauma Neuromuskular
• Spasme Laring akibat
radang atau trauma – Miastenia Gravis,
• Tumor Sindroma Guillan Barre,
Multipel Sklerosis, Polio,
kiposkoliosis, distrofi
muskuler, penyakit motor
neuron
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang
Dewasa
• Penyebab Henti Jantung
– Gagal Jantung
– Tamponade Jantung
– Miokarditis
– Kardiomiopati Hipertrofi
– Ventrikel Fibrilasi karena infark, sengatan listrik,
gangguan elektrolit atau karena obat-obatan
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa

• Indikasi
– Henti Jantung
– Henti Nafas
– Tidak Sadarkan diri
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
• Penilaian Kesadaran
– Dilakukan untuk
meyakinkan bahwa
penderita sadar
• Pengaktifan sistem
layanan gawat
darurat
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
• Kompresi Dada
– Dilakukan bila tidak teraba
nadi setelah perabaan arteri
karotis
• Pelaksanaan Kompresi
– Dibaringkan di tempat datar
dan keras
– 2 jari di atas proc Xifoideus
– Frekuensi yang diberikan harus
mencukupi (100x/menit atau
30 : 2)
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
• Airway
– Buka jalan nafas
– Berikan nafas dalam 1 detik
– Sesuai dengan volume tidal
– Diberikan setelah 30
kompresi
Bantuan Hidup Pada Orang Dewasa

• Breathing
– Mulut ke mulut
– Mulut ke hidung
– Mulut ke sungkup
– Dengan Kantung
Pernafasan
Bantuan Hidup Pada Orang Dewasa
• Yang perlu diperhatikan
saat pemberian nafas
bantuan dari mulut ke
sungkup
– Letakkan sungkup pada
muka pasien dengan ke dua
ibu jari
– Head tilt chin lift
– Lakukan tiupan sambil
memperhatikan pergerakan
dinding dada
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
• Yang perlu diperhatikan saat
pemberian nafas bantuan
dengan kantung pernafasan
– 2 penolong : satu penolong di
atas kepala pasien, penolong
ke dua memompa
– 1 penolong : Melakukan
pompasambil memperhatikan
pergerakan dinding dada
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
• Yang diperhatikan saat • Komplikasi yang mungkin
memberikan pertolongan terjadi
dengan 2 penolong – Aspirasi regurgitasi
– Tiap penolong harus mengerti – Fraktur Costae- sternum
peranan masing-masing. – Pneumotorak
– Penolong yang melakukan –
kompresi dada memberikan Laserasi Hati-Limpa
pedoman dengan cara
menghitung dengan suara yang
kuat
– Sebaiknya perputaran penolong
dilakukan setiap 5 siklus.
– Sebelum melakukan
perpindahan tempat, penolong
yang melakukan kompresi
memberikan aba-aba bahwa
akan melakukan perpindahan
Bantuan Hidup Dasar Pada
Anak
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
• Sebab Henti Jantung Pada Anak
– Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan
benar.
– Akibat penyakit atau trauma.
– Masalah gangguan irama jantung primer jarang
terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
• Penilaian kesadaran
– Untuk Memastikan
penderita benar-
benar tidak sadarkan
diri
• Kompresi
– Dilakukan setelah
pemeriksaan arteri
karotis
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
• Kompresi dada pada anak 1-
8 tahun
– Letakkan tumit satu tangan
pada setengah bawah sternum,
hindarkan jari-jari pada tulang
iga anak
– Menekan sternum sedalam 2,5-
4 cm kemudian lepaskan
dengan kecepatan 100 kali
permenit.
– Setelah 30 kali kompresi, buka
jalan nafas dan berikan 2 kali
nafas buatan sampai dada
terangkat untuk 1 penolong.
– Kompresi dan nafas buatan
dengan rasio 15 : 2 (2
penolong)
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
• Kompresi dada pada bayi
– Letakkan 2 jari satu tangan pada
setengah bawah sternum; lebar 1
jari berada di bawah garis
intermammari (Gb. 9).
– Menekan sternum sedalam 1,25 -
2,5 cm kemudian angkat tanpa
melepas jari dari sternum,
dengan kecepatan 100 kali per
menit.
– Setelah 30 kali kompresi, buka
jalan nafas dan berikan 2 kali
nafas buatan sampai dada
terangkat untuk 1 penolong.
– Kompresi dan nafas buatan
dengan rasio 15 : 2 untuk 2
penolong
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
• Posisi Mantap
– Gendong bayi di lengan
penolong sambil mensupport
perut dan dada bayi dengan
kepala bayi terletak lebih rendah
untuk mencegah tersedak
karena lidah bayi tersebut atau
aspirasi karena muntah.
– Usahakan tidak memblok mulut
dan hidung bayi.
– Monitor dan rekam tanda vital,
kadar respons, denyut nadi dan
pernafasan sampai pertolongan
medis datang.
Sumbatan Jalan Nafas Karena
Benda Asing
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda
Asing Pada Dewasa
• Pengenalan akan sumbatan jalan nafas
karena benda asing merupakan kunci
keberhasilan penanganan
• Penatalaksanaan berbeda antara penderita
tidak sadarkan diri dengan penderita sadar
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing
Pada Dewasa
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing
Pada Anak
• Tidak terdapat perbedaan dengan panduan
sebelumnya.
• Pedoman yang dilakukan untuk dewasa, tidak bisa
diterapkan pada bayi dan anak.
• Benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan
nafas pada anak adalah benda cair, kemudian benda
asing yang bersifat padat seperti kancing, mainan,
atau makanan padat.
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing
Pada Anak
Resusitasi Pada Kondisi
Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Hipotermia
– Hipotermia berat, suhu kurang dari 300 C,
berhubungan dengan depresi berat dari
peredaran darah otak dan kebutuhan oksigen,
penurunan kardiak output, dan penurunan
tekanan arterial.
• Pasien dapat meninggal disebabkan adanya
depresi berat pada sistem syaraf.
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Angkat semua pakaian basah dari • Jika tanda – tanda pernafasan tidak
tubuh pasien terdeteksi berikan nafas buatan dan
• Lindungi tubuh dari udara dingin, sebaiknya menggunakan bag mask,
gunakan jaket, Selimut dan menggunakan oksigen yang memiliki
sebagainya kelembaban baik (42 0 – 46 0 C (108 0 F
– 115 0 F) jika memungkinkan
• Posisikan pasien dengan letak
horizontal • Jika pasien tidak dalam kondisi henti
jantung berikan penghangatan tubuh
• Cegah gerakan maupun aktifitas segera
yang berlebihan • Jika pasien dalam henti jantung segera
• Gunakan waktu sekitar 30 – 45 detik mulai kompresi dada dan berikan
untuk menilai Pernafasan dan defibrilasi external otomatis sampai 3
sirkulasi shock.
• Jika pasien tidak ada respon lanjutkan
RJP dan stabilkan Kondisi klinisnya
untuk dapat dilakukan
• transfer ke RS
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Penyelaman / Tenggelam
– Komplikasi yang paling utama terjadi pada orang yang tenggelam (tanpa
ventilasi) adalah kondisi Hipoksia
– Kerusakan yang terjadi dan harapan hidup tergantung dari lamanya keadaan
hipoksia.
– Jadi oksigenisasi, ventilasi dan perfusi harus diperbaiki secepat mungkin. Hal
ini memerlukan tindakan segera.
– Jika tenggelam terjadi di air bersuhu < 50 C, hipotermia dapat cepat terjadi.
Hipotermia sekunder terjadi sebagai komplikasi dari penyelaman dan
berkurangnya panas tubuh karena evakuasi pada saat resusitasi.
– Kondisi hypoxia itu sendiri dapat menyebabkan komplikasi pada paru dan
memerlukan pertolongan ACLS.
– Pada hampir semua korban tenggelam karena menyelam dapat terjadi injuri
pada kepala atau urat syaraf tulang belakang
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Konsep kritis tata laksana bantuan hidup dasar pada Orang
yang tenggelam.
– Jika memungkinkan gunakan perahu alat mengapung untuk
menyelamatkan orang dari air. Segera berikan bantuan nafas
secepatnya.
– Jika terjadi kecelakaan pada penyelaman atau Injuri pada kepala
perlakukan leher pada posisi netral, cegah leher untuk bergerak dan
Pindahkan korban dari air dengan menggunakan papan jika
memungkinkan.
– Jangan melakukan Kompresi dada di dalam air.
– Jika memungkinkan mulai kompresi dada sesegera mungkin setelah
memindahkan korban dari air, jangan coba mengeluarkan air dari dalam
paru, Keluarkan semua bahan – bahan organik dari dalam air
– Rujuk semua korban tenggelam ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan segera
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Henti Jantung Karena Trauma
– Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung pembuluh
darah.
– Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri pada
syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma bronchial berat.
– Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital, contoh
jantung, aorta dan A. pulmonalis.
– Beberapa masalah medis sebelumnya dapat menyebabkan
trauma seperti sudden VF pada pengemudi kendaraan atau
motor, atau korban yang tersengat listrik.
– Penurunan kardiak output yang berat karena tension
pneumotorax.
– Trauma pada lingkungan yang dingin (contoh fraktur kaki
merupakan komplikasi dari hypothermia berat).
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Henti Jantung Karena Trauma
– Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung pembuluh
darah.
– Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri pada
syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma bronchial berat.
– Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital, contoh
jantung, aorta dan A. pulmonalis.
– Beberapa masalah medis sebelumnya dapat menyebabkan
trauma seperti sudden VF pada pengemudi kendaraan atau
motor, atau korban yang tersengat listrik.
– Penurunan kardiak output yang berat karena tension
pneumotorax.
– Trauma pada lingkungan yang dingin (contoh fraktur kaki
merupakan komplikasi dari hypothermia berat).
Resusitasi pada Kondisi Khusus

• Tersambar Petir
• Mortalitasnya sangat tinggi
• Bila terjadi henti jantung umumnya disebabkan
oleh Ventrikel Fibrilasi
• Penatalaksanaan tidak berbeda dengan yang lain
Resusitasi pada Kondisi Khusus

• Kehamilan
• Kasus yang menyebabkan henti jantung pada
kehamilan :
 Cairan Emboli dari Amnion
 Eklampsia
 Keracunan Obat
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Alergi • Asfiksia
– Reaksi - reaksi alergi – Terjadi karena
sangat jarang gangguan udara dan
– Letakkan posisi kadar oksigen
telentang. – Penatalaksanaan awal
– Jika henti nafas dan adalah ventilasi yang
jantung terjadi segera adekuat
lakukan
penyelamatan jalan
nafas atau RJP.

Anda mungkin juga menyukai