Anda di halaman 1dari 27

DIABETES

MELLITUS

Nama : Muhammad Alfatih


NIM : 16330138
Mata Kuliah : PATOFISIOLOGI
GLUKOSA
• Glukosa adalah suatu monosakarida
aldeheksona yang terdapat dalam bentuk D-
glukosa pada buah dan tanaman lain dan
dalam darah hewan normal, juga dalam
bentuk terikat dengan glukosida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Glukosa
merupakan produk akhir metabolisme
karbohidrat (Dorland, 2002).
• Glukosa transporter (GLUT) merupakan senyawa
asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel
yang berperan dalam proses metabolisme
glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan”
pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel
jaringan tubuh dan mempercepat penurunan rasio
plasmanya, dengan mengalihkan glukosa tersebut
ke dalam sel target, umumnya berupa sel pada
jaringan adiposa atau otot lurik dan otot jantung.
DEFINISI
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan:
– Sekresi insulin
– Kerja insulin
– Atau kedua-duanya
(American Diabetes Association,2010)
Sekresi Insulin oleh Rangsangan Glukosa
KLASIFIKASI DM
Keluhan Yang Dapat Ditemukan Pada Penyandang
Diabetes :
• Keluhan klasik : poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
• Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta
pruritus vulvae pada wanita
Kriteria Diagnosa DM
Pilar Penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Edukasi
• Perubahan perilaku hidup sehat
• Pengetahuan tentang pemantauan glukosa
darah mandiri (setelah mendapat pelatihan
khusus),
• Tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
• Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM
sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran
terapi.
• Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing­masing individu.
• Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Latihan jasmani
• Kegiatan jasmani sehari­hari dan latihan jasmani secara teratur (3­
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah
satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
• Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
• Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.
• Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah
mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalas­malasan.
Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat).
Terapi farmakologis terdiri dari :
• 1. Obat hipoglikemik oral
• 2. Suntikan
• 3. Kombinasi
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi
5 golongan:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):
sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin:
metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat
glukosidase alfa.
E. DPP­IV inhibitor
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
• OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan
secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis optimal
• Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan
• Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
• Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
• Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan
suapan pertama
• Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
• DPP­IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan
atau sebelum makan.
Suntikan
1. Insulin
2. Agonis GLP­1/incretin mimetic
Insulin diperlukan pada keadaan:
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Ketoasidosis diabetik
• Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
• Hiperglikemia dengan asidosis laktat
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasionalyang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi
empat jenis, yakni:
• Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
• Insulin kerja pendek (short acting insulin)
• Insulin kerja menengah (intermediate
actinginsulin)
• Insulin kerja panjang (long acting insulin)
• Insulin campuran tetap, kerja pendek dan
menengah (premixed insulin).
Agonis GLP-1
• Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP­1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP­1
dapat bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin
yang tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun
peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada
pengobatan dengan insulin ataupun sulfonilurea. Agonis
GLP­1 bahkan mungkin menurunkan berat badan. Efek
agonis GLP­1 yang lain adalah menghambat penglepasan
glukagon yang diketahui berperan pada proses
glukoneogenesis. Pada percobaan binatang, obat ini
terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain
rasa sebah dan muntah.
Terapi Kombinasi
• Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa
darah.
• Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah
ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet
tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok
yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok
yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.
• Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di
mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,
terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi
pilihan.
• Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin
basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang) yang diberikan pada malam hari
menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang
cukup kecil.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai