Anda di halaman 1dari 35

ELIMINASI

ALVI
 Eliminasiadalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).
 Buang air besar atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan
 Rektum biasanya kosong sampai menjelang
defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan membung air besar
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari.
 Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang
biasanya bekerja sesudah makan pagi.
 makanan mencapai lambung  peristaltik di dalam
usus terangsang merambat ke kolon  sisa makanan
dari hari kemarinnya mencapai sekum mulai bergerak
Isi kolon masuk ke rektum peristaltik keras terjadi
terjadi rasa BAB  Tekanan intra-abdominal
bertambah dan kontraksi diafragma dan otot abdominal,
sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir
 Sistem tubuh yang memiliki peran dalam eliminasi
fekal adalah sistem gastrointestinal bawah yang
meliputi usus halus, usus besar, rektum dan anus
Usus halus
kelanjutan dari lambung yang terletak di antara
sfingter pilorus lambung dengan katup ileosekal yang
merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak
di sentral bawah abdomen yang didukung oleh
lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang
memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan
bentuk (seperti berkelok-kelok)
 Usushalus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta
ileum (±3,6 m)
 Fungsi dari usus halus adalah menerima sekresi
hati dan pankreas, mengabsorbsi saripati makanan,
dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus
besar
 Ususmenerima makanan dari lambung dalam
bentuk kimus (setengah padat) yang kemudian
dengan bantuan peristaltik akan didorong menuju
ke usus besar
Usus besar
 Kolon merupakan usus yang memiliki diameter
lebih besar dari usus halus, memiliki panjang 1,5
meter dan berbentuk seperti huruf U terbalik.
 Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon
asenden, kolon transversum, dan kolon desenden
Fungsi kolon
 Menyerap air selama proses pencernaan.
 Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H
(Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri
usus, misalnya E.coli.
 Membentuk massa faeses.
 Mendorong sisa makanan hasil pencernaan ( feses)
keluar dari tubuh.
Rektum
 Sebelum dibuang lewat anus, feses akan
ditampung terlebih dahulu pada begian rektum.
Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot
sfingter rektum mengatur pembukaan dan
penutupan anus
Pembentukan feses
 Setiap harinya, sekitar 750 cc chyme masuk ke
kolon dari ileum.
 Di kolon, chyme tersebut mengalami proses
absorbsi air, natrium, dan klorida. Dari 750 cc
chyme tersebut, sekitar 150-200 cc mengalami
proses reabsorbsi. Chyme yang tidak direabsorbsi
menjadi bentuk semisolid yang disebut feses .
 Selain itu, dalam saluran cerna banyak terdapat
bakteri. Bakteri tersebut mengadakan fermentasi
zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi
akan menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui
anus setiap harinya, yang kita kenal dengan istilah
flatus.
Faktor yg mempengaruhi
 UMUR : Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun.
 DIET : Cukupnya selulosa, serat pada makanan,
penting untuk memperbesar volume feses.
Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau
tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan
 CAIRAN : Ketika pemasukan cairan berkurang,
chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat
perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
 TONUS OTOT : Tonus perut, otot pelvik dan
diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang
memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon.
Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada
peningkatan tekanan intraabdominal selama proses
defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot
yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya
latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi
syaraf.
 FAKTOR PSIKOLOGI : Penyakit-penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada
collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas
atau marah dapat meningkatkan aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi
orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
 GAYA HIDUP : Pelatihan buang air besar pada waktu
dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan.
Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi
pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin
tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan
kegelisahan akan baunya.
 OBAT-OBATAN : Beberapa obat memiliki efek
samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan
diare, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat
secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas
usus dan memudahkaneliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi
Masalah pada eliminasi alvi
 Konstipasi :
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang
diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan
kering.
Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda
yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus
halus melambat, massa feses lebih lama terpapar pada
dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses
diabsorpsi. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat
menimbulkan nyeri pada rektum
Kemungkinan Penyebab :
 Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena
cedera serebrospinalis, CVA, dan lain-lain.
 Pola defekasi yang tidak teratur.
 Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
 Menurunnya peristaltik karena stress psikologis.
 Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida,
laksantif, atau anaestesi.
 Proses penuaan (usia lanjut)
 Impaksi fekal (Fekal Impation) :
 masa feses yang keras di lipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material
feses yang berkepanjangan.
 Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan
yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat,
dan kelemahan tonus otot.
 Tanda impaksi : ketidakmampuan untuk
mengeluarkan feses selama beberapa hari,
walaupun terdapat keinginan berulang untuk
melakukan defekasi. Kehilangan nafsu makan
(anoreksia), distensi dan kram abdomen, serta
nyeri di rektum dapat menyertai kondisi impaksi.
Perawat, yang mencurigai adanya suatu impaksi,
dapat melakukan pemeriksaan secara manual yang
dimasukkan ke dalam rektum
 Diare

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami


atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses
dalam bentuk cair.
Tanda Klinis : Adanya pengeluaran feses cair, Frekuensi lebih
dari 3 kali sehari, Nyeri/kram abdomen, Bising usus meningkat.

Kemungkinan Penyebab:
 Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.
 Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
 Efek tindakan pembedahan usus.
 Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik,
dan lain-lain.
 Stress psikologis
 Inkontinensia Fekal :
 ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan
gas dari anus.
Kemungkinan Penyebab:
 Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,
pembedahan, dan lain-lain.
 Distensi rektum berlebih.
 Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medulla
spinalis, CVA, dan lain-lain.
 Kerusakan kognitif
 Kembung :
 keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam
lambung atau usus.
 dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan
obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas,
penurunan aktivitas intestinal), mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas
 Hemoroid :
Hemoroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran
vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan
karena konstipasi, peregangan saat defekasi, dan
lain-lain

Anda mungkin juga menyukai