Anda di halaman 1dari 28

KEKERASAN PADA ANAK

Oleh: Juli Andri


LANDASAN FILOSOFIS
 Anak adalah amanat Tuhan
yang harus dijaga dan
diperlakukan dengan
sebaik-baiknya.
 Anak adalah generasi
penerus keluarga, bangsa
dan peradaban.
 Anak adalah pemilik dan
penentu masa depan bangsa
LANDASAN SOSIOLOGIS
Jumlah anak di Indonesia adalah
sepertiga penduduk Indonesia atau
sekitar 85 juta anak.
Masih banyak pola pikir dan perilaku
yang menjadikan anak sebagai obyek
dan properti orang dewasa (orang tua,
guru, pemerintah, dll.) yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip
perlindungan anak
Norma perlindungan anak dan hak
anak belum banyak dipahami dan
belum dipraktekkan.
Landasan Hukum
 UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :
”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”
 UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perindungan Anak
Prinsip Perlindungan Anak
 Non diskriminasi
 Kepentingan terbaik baik bagi
anak
 Hak hidup, kelangsungan hidup
dan perkembangan
 Mendengarkan pendapat anak
anak

 Anak adalah seseorang yang belum berusia


18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan
 (UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 1)
Perlindungan anak
Perlindungan anak adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

physical abuse
(kekerasan
sexual secara fisik)
(kejahatan) social abuse
secara psychological (kekerasan
seksual) abuse secara social)
(kekerasan
secara
psikologis)

Bentuk Child Abuse, Suharto (1997 : 365-366)


Fakta kekerasan pada anak
Fakta kekerasan anak memperlihatkan
bahwa dari 1026 responden anak (SD/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA) yang berhasil
ditemui dan memberikan pengakuannya,
tercatat:
 91% responden anak mengaku masih
mendapatkan perlakuan tindak kekerasan di
keluarga.
87,6% responden anak mengaku
mengalami tindak kekerasan di lingkungan
sekolah
17,9% responden anak yang pernah
mengalami bentuk perlakuan kekerasan di
masyarakat.
Kekerasan dalam lingkungan keluarga
 Teridentifikasi14 jenis perilaku kekerasan yang dialami
anak dalam lingkungan keluarga yakni menjewer,
mencubit, menendang, memukul dengan tangan, memukul
dengan benda, menghukum hingga jatuh sakit, melukai
dengan benda berbahaya, kekerasan fisik, membandingkan
dengan saudara, membentak dengan suara keras, menghina
di hadapan teman atau orang lain, menyebut “bodoh”,
“pemalas”, “nakal”, mencap dengan sebutan jelek/jahat,
kekerasan psikis lainnya.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan
keluarga adalah orang-orang terdekat anak, yakni ayah,
ibu, saudara, dan 51,1% ibu terlibat menjadi pelaku
kekerasan dalam bentuk mencubit anak, 48,1% ayah
melakukan kekerasan dalam bentuk membentak anak
dengan suara keras/kasar, 16,4% saudara melakukan
Kekerasan dalam lingkungan PENDIDIKAN
Teridentifikasi 4 jenis perilaku kekerasan
dominan yang dialami anak dalam lingkungan
pendidikan yakni menjewer, mencubit,
membentak dengan suara keras, menghina di
hadapan teman atau orang lain.
Pelaku kekerasan terhadap anak dalam
lingkungan pendidikan adalah adalah guru,
teman sekelas dan teman lain kelas, ditemukan
fakta, 31,8% guru pernah menjewer anak,
49,1% teman sekelas pernah mencubit anak, dan
20,7% teman lain kelas menghina anak
dihadapan teman lainnya.
KASUS KEJAHATAN SEKSUAL
 Kasus JIS: Awal April 2014, Anak usia
dini/TK menjadi korban kekerasan
seksual oleh petugas cleaning service
di sekolah internasional.
 Kasus Sukabumi: Awal Mei 2014, 110
anak menjadi korban sodomi yang
dilakukan oleh 1 orang pelaku.
 Kasus Cirebon: Anak usia 9 tahun
menjadi pelaku kejahatan seksual.
 Kasus Emon Tegal dengan korban
lebih dari 100 anak, Mei 2014
 Kejahatan seksual guru perempuan
kepada murid laki-laki (3,5 tahun) di
TK Internasional di Jakarta Utara
(Mei 2014)
KASUS KEKERASAN DI SEKOLAH
 Kasus anak kelas 1 SD “menganiaya”
temannya hingga meninggal, Makassar,
April 2014
 Kasus Renggo yang meninggal terindikasi
mengalami kekerasan di sekolah oleh
temannya, Jakarta Timur, Mei 2014
 Kasus guru menggigit hidung muridnya,
Kudus Jawa Tengah, April 2014
 Kasus murid dicubit 34 teman sekolahnya
atas instruksi guru karena terlambat,
Bandung, Maret 2014
 Kasus murid dihukum makan cabe di
Sekolah Swasta Jakarta, Maret 2014
KASUS KEKERASAN DI MASYARAKAT
 Di Jakarta Timur Akhir Oktober 2013, bayi
9 bulan meninggal karena diperkosa dan
disodomi pamannya. Vaginanya robek
hingga menembus rahim dan anusnya
melebar.
 Di Jambi Februari 2013, bayi 9 bulan
diperkosa tetangga (18 th) yang sudah
beristri, kemaluannya sampai berdarah.
 ECPAT terjadi kenaikan 450 % kejahatan
seksual online selama 4 tahun. Hingga
2012 jumlah kasus 18.000 kasus.
 KPAI tahun 2014 bahwa 90 % anak pelaku
tindak pidana kekerasan seksual di Lapas
Anak Nusa Tenggara Timur mengaku
terbiasa melihat konten pornografi.
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau
trauma pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
Lanjutan PENYEBAB TERJADINYA…
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh dan miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat dukungan dari
keluarga serta teman-temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada masa
golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa attachment dengan
orang dekat yang hilang
Penyebab terjadinya kekerasan pada
anak dalam satuan pendidikan
• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki perspektif
perlindungan anak: metode pengajaran yang lebih banyak
ceramah
• Guru dan penyelenggara sekolah belum memiliki paradigma
tentang perlindungan anak, guru lebih banyak mengajar daripada
mendidik
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
 Punishment lebih sering dari reward; Menghukum dianggap wajar
untuk membuat jera, tapi anak tidak pernah jera, justru menjadi
labelling ke anak; Menghukum sebaiknya dalam kerangka
membangun kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa tidak dibekali pengetahuan tentang Perlindungan Anak
LANJUTAN. . .
• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan
kekerasan karena dipicu oleh permasalahan yang dibawa
dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan terhadap
anak yang bermasalah, seharusnya BK juga bekerja untuk
pencegahan dari awal dan memetakan permasalahan
setiap anak, sehingga sekolah mengetahui bagaimana
riwayat keluarga dan perilaku masing-masing siswa.
• Perspektif “pintar” dengan kognisi
• Anak didik masih menjadi objek pendidikan, belum
menjadi subjek pendidikan
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
pada anak dalam lingkungan
1. Orangtua tidak memiliki konsep pengasuhan
2. Kurang mendapat ”kasih sayang” psikis dan
psikologi di rumah
3. Anak tidak menemukan jati diri di rumah sehingga
mencari pengakuan di luar rumah.
4. Ingin diakui sebagai anggota kelompok
5. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
6. Masyarakat acuh tak acuh dan kurang sensitif pada
kewaspadaan komunitas
KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan anak secara
seksual, dapat berupa
perlakuan pra kontak seksual
antara anak dengan orang
yang lebih besar (melalui
kata, sentuhan, gambar
visual, exhibitionism),
maupun perlakuan kontak
seksual secara langsung
antara anak dengan orang
dewasa (incest, perkosaan,
Pornografi
 Paparan pornografi menjadi pemicu
kuat tindakan kejahatan seksual
 87% anak mengakses situs porno
secara tidak sengaja
 53% mengakses di rumah sendiri
 Penggunaan akses internet tanpa filter
 Kominfo dan Bareskrim Polri sendiri
kesulitan mengakses situs-situs
pembobol
 Di email, facebook, twitter
FAKTA TENTANG ANAK MENGAKSES
PORNOGRAFI
Survey Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi
(MTP) terhadap 1.178 siswa SMA di DKI Jakarta
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa para pelajar
yang mengakses pornografi disebabkan karena dua
hal; dorongan dari teman sebaya dan media
pornografi yang bebas.
Temuan gerakan Jangan Bugil Depan Kamera
(JBDK) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa di
internet mendekati 700 video porno amatir yang
dibuat dengan menggunakan handycam dan kamera
digital lainnya, dengan 90% di antaranya dibuat
oleh pelajar dan mahasiswa.
(Data Masyarakat Tolak Pornografi)
DAMPAK LANGSUNG PORNOGRAFI
 Kekerasan seksual meningkat akibat dari menonton
pornografi
 Korban dan pelaku adalah anak-anak
 Addictive: Membuat orang kecanduan, perpustakaan
pornografi, pelanggan abadi,
 Escalation: Meminta lebih
 Desensitization: Tidak sensitif terhadap kejahatan
seksual
 Act out: butuh pelampiasan
Cline: 1986 (Psikolog Amerika yang meneliti Bahaya
Pornografi)
Tontonan & Kekerasan
 Tontonan kita tidak ramah anak, tidak
sesuai dengan usia anak baik anak yang
memerankan, content cerita, maupun
visualisasi
 Kekerasan yang ada di film menjadi
lumrah, biasa, dan wajar jika ditiru
 Game online mengandung kekerasan
dan pornografi
Aspek kuratif korban kekerasan
1. Layanan
PENGOBATAN Medis
DAN LAYANAN 2. Pemerikasaan
KESEHATAN Medikolegal
(KURATIF) 3. Layanan
Psikosial
4. Rujukan

PENANGANAN
KORBAN

REHABILITASI
SOSIAL, PENEGAKAN
PEMULANGAN, HUKUM
REINTEGRASI
SOSIAL
Jika TERJADI….
Dilema, antara tabu dan kriminal
Dilaporkan
Menyembunyikan identitas korban
Disembuhkan secara integratif
sehingga tidak berpotensi menjadi
pelaku lain
Orang tua tetap mendampingi
Memperbaiki pola komunikasi dan
pengasuhan
Menciptakan lingkungan yang ramah untuk
anak
Mendampingi proses pemulihan psikologis
Mendampingi proses reintegrasi di
masyarakat sekolah
Membangun kepercayaan diri anak dan
USAHA KURATIF PENDAMPINGAN KORBAN
menyalurkan bakat minatnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai