FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
NON HEMORAGIK
Disusun Oleh:
Resident Pembimbing:
dr. Nurmayasari
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X
Umur : 39 tahun
Menggigit + +
Membuka mulut + +
N. Trigeminus (V)
Sensibilitas muka + +
Reflek kornea + +
Trismus (-) (-)
Diplopia –
Kedipan mata dbn dbn
Lipatan nasolabial dbn dbn
N. Fasialis (VII)
Memperlihatkan gigi menurun dbn
Mengerutkan dahi – –
Mengerutkan alis – –
Menutup mata dbn dbn
Meringis dbn dbn
Menggembungkan pipi dbn
Daya kecap lidah 2/3 depan sdn sdn
Mendengar suara berbisik + +
N. Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vesticobulocochlearis Tes Webber Tidak dilakukan
(VIII) Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
SENSORIK
⬇ ⬇
Nyeri : Ektremitas Atas : Normal
Kekuatan Otot: Ekstremitas Bawah : Normal
5 5 Raba : Ektremitas Atas : Normal
Ekstremitas Bawah : Normal
4 4 Suhu : Ektremitas Atas : Normal
Ekstremitas Bawah : Normal
Tonus Otot:
N N
⬇ ⬇
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : baik
Defekasi : baik
FUNGSI LUHUR
Baik
REFLEX PATOLOGIK Kanan Kiri
Hoffmann-Tromner - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Schaefer - -
Oppenheim - -
REFLEX FISIOLOGIS Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
KPR + +
APR + +
Resume:
laki-laki 39 tahun, masuk ke IGD dengan keluhan kelemahan kedua tungkai
sejak 2 hari sebelum masuk RS. Keluhan terjadi secara perlahan-lahan, sebelumnya
pasien merasakan kram-kram dan kesemutan pada kedua tungkai, namun lama-
kelamaan pasien merasakan kedua tungkainya semakin berat sehingga membuat
pasien kesulitan untuk berjalan. 8 hari yang lalu pasien sempat mengalami demam
dan BAB cair sebanyak 5 x/hari tanpa mual-muntah. Pada pemeriksaan neurologis
didapatkan GCS E4M6V5, , kekuatan 4 di Ekremits bawah bilateral . Serta, Keadaan
umum didapatkan compos mentis, TD 110/70 mmHg, Nadi 80x, pernapasan 18x,
suhu 37 derajat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Darah rutin
WBC 10.000/uL
RBC 6 juta/uL
Hb 13,5 g/dL
Hct 41 %
Plt 300.000/uL
Ureum/Creatinin 16/0.7 mg/dL
SGOT/SGPT 18/20 u/L
Foto Thorax PA : tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo
Diagnosa
Klinis : Paraparese
Topis : Medulla Spinalis
Etiologi : Stroke Non Hemoragik
Penatalaksanaan
IVFD Ringer Laktat 20tpm
Amlodipini 10mg/24jam/oral
Citicoline 500mg/ 12 jam/oral
Aspilet 80mg/24jam/oral
Neurodex 1tab/24jam/oral
Ranitidine 50mg/12jam/IV
Awasi tanda vital
Awasi intake dan output cairan
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
TINJAUAN
PUSTAKA
PENDAHULUAN
Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan otak fokal
ataupun global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat
menyebabkan kematian yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Berdasarkan
penyebabnya stroke terbagi menjadi stoke hemoragik dan stroke iskemik.
EPIDEMI
OLOGI
Pada usia tua
( rentang usia
sekitar 75 tahun
43%
Pria > Wanita
FAKTOR RESIKO
PATOFISIOLOGI
LANJUTAN
Bisanya terjadi saat tidur, kelainan
didapatkan saat bangun
Kelainan berupa defisit neurologis
TANDA DAN
GEJALA UMUM Tidak ditemukan kesadaran menurun
Tidak disertai nyeri kepala
Bisa ditemukan reflex patologis
Aninditha T, Wiratman T. Buku Ajar Neurologoi, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2017
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Strok Hemoragik
Ensefalopati toksik/metabolic
Ensefalitis
Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, hematoma epidural, tumor otak)
Kelainan non neurologis / fungsional (contoh: kelainan jiwa)
Trauma kepala
Abses otak
Sklerosis multiple
TATALAKSANA
TATALAKSANA UMUM
ABC
Pengendalian peningkatan TIK ( mannitol 0,25 – 0,5 gr/KgBB selama lebih dari 20 menit,
dapat diulang 4 – 6 jam)
Pengendalian kejang bila ada ( Diazepam IV 5-20 mg Bolus lambat)
Pengendalian suhu tubuh
Tatalaksana cairan
Nutrisi
Pencegahan komplikasi
Tatalaksan komorbid
TATALAKSANA KHUSUS
Tombolisis IV dengan interfensi ( Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator
(rt-PA))
Anti agregasi platelet: Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol, cilostazol
Kontrol tekanan darah (sistolik kurang dari 185 mmHg dan diastolik kurang dari 110
mmHg).
Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
Neuroprotektan.
Aninditha T, Wiratman T. Buku Ajar Neurologoi, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2017
REHABILITASI POST
STROKE
Rehabilitasi medik pasca stroke dapat terbagi menjadi dua fase berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai dari program rehabilitasi. Fase awal bertujuan untuk mencegah
komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Fase ini dimulai sedini
mungkin ketika keadaan umum telah memungkinkan. Fase lanjutan bertujuan untuk
mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan ADL. Fase lanjutan dimulai
ketika IPS sudah stabil secara medik. Fase ini melibatkan berbagai jenis terapi
antara lain fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara, ortotik prostetik, dan psikologi.
Pemilihan jenis terapi yang dilakukan pada suatu program rehabilitasi medis
tergantung pada dampak sisa yang dialami oleh penderita stroke
PENCEGAHAN
Primer Sekunder
Gaya hidup: Bebas rokok, stress mental, Gaya hidup: manejemen stress, makanan
alkohol, kegemukan, konsumsi garam yang rendah garam, berhenti merokok,
berlebihan, obat-obat golongan amfetamin,
kokain dan sejenisnya. penyesuaian gaya hidup
Lingkungan: kesadaran atas stress kerja Lingkungan: penggantian kerja jika
Biologi: perhatian terhadap faktor resiko diperlukan, family counseling
biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga) efek
aspirin. Biologi : pengobatan yang patuh dan
Pelayanan kesehatan: health education dan
cegah efek samping
pemeriksaan tensi, mengendalikan hipertensi, Pelayanan kesehatan: pendidikan pasien
diabetes mellitus, penyakit jantung dan
penyakit vaskuler aterosklerotik. dan evaluasi penyebab sekunder
Ropper, Allan H, et al. Adams and Victor’s Principles of Neurology. New York, Mcgraw-Hill Education, 2019.
Mant, Jonathan, and Marion F Walker. ABC of Stroke. West Sussex, England, John Wiley & Sons, 2011
THANK YOU