Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV-AIDS
Defenisi

 Human Immunodeficiency Virus (HIV)


 Merupakan virus yang merusak sistem

kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat


hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan
sistem kekebalan tubuh ini akan
menimbulkan kerentanan terhadap infeksi
penyakit
 Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
 Sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi yang

diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat


rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh dan
dapat menyebabkan kematian.
 Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang

muncul akibat lemahnya system pertahanan tubuh


yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
AIDS --> munculnya IO
 Kandidiasis: infeksi jamur pada mulut,
tenggorokan, vagina.
 Virus sitomegalia (CMV): menimbulkan penyakit
mata yang dapat menyebabkan kematian.
 Herpes pada mulut atau alat kelamin.
 Mycobacterium avium complex (MAC): infeksi
bakteri yang menyebabkan demam kambuhan.
 Pneumonia pneumocystis (PCP): infeksi jamur yang
dapat menyebabkan radang paru.
 Toksoplasmosis: infeksi protozoa otak.
 Tuberkolosis (TB)
ETIOLOGI
 Golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV).
 Pertama kali ditemukan tahun 1983 sebagai

retrovirus HIV-I
 Tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi

retrovirus baru yang diberi nama HIV-2


 HIV-2 kurang patogen dibandingkan HIV-I
 untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Patofisiologi
 Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk
membasmi suatu infeksi dari benda asing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan
jaringan asing dari binatang maupun manusia
lain (immune response) yang terdiri dari 2
proses yang kompleks yaitu kekebalan
humoral dan kekebalan cell-mediated.
 Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri

sehingga dapat menghindari mekanisme


pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan
kemudian dilumpuhkan.
Lanj ..
 Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan
bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh
dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4
mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper.
 Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T
helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing
tersebut, reseptor sel T helper tidak berdaya; bahkan HIV bisa
pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum
sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan.
 HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper
sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang
sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan
membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang
RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Lanj ..
 Dengan bantuan enzim reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4
yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA
 DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen
 Fungsi T helper lumpuh  genom dari HIV ((proviral
DNA )) dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper
shg menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan
perkembangan biakan sel T helper.
 Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena
infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA,
keluar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk
menimbulkan penyakit AIDS.
 T helper sudah lumpuh  tidak ada mekanisme
pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya.
Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS
Transmisi HIV-AIDS
 Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi. Tidak ada gejala.
 Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan
gejala flu likes illness.
 Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-1,5 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada.
 Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala
demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
 AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat
dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
Faktor Resiko
 AIDS dapat menyerang semua golongan
umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Resiko tinggi adalah :

 Lelaki homoseksual atau biseks


 Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
 Orang yang ketagian obat intravena
 Partner seks dari penderita AIDS
 Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Manifestasi Klinis

 WHO --> stadium I-IV


Stadium I
 Asimptomatik
 Limfadenopati generalisata
 Skala aktivitas; asimptomatik, aktifitas normal
Stadium II
 BB menurun <10%
 Kelainan kulit dan mukosa yang ringan

seperti dermatitis seboroik, prurigo,


onikomikosis, ulkus oral yang rekuren,
kheilitis angularis
 Herpes zozter dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran nafas bagian atas seperti

sinusitis bakterial
 Skala aktivitas; simptomatik, aktivitas normal
Stadium III
 BB menurun >10%
 Diare kronis yang berlangsung >1 bln
 Demam berkepanjangan > 1 thn
 Kandidiasis orofaringeal
 Oral hairy leukoplakia
 TB paru dalam tahun terakhir
 Infeksi bakterial yg berat spt pneumonia dan

piomiositis
 Skala aktivitas; pada umumnya lemah,

aktivitas di tempat tidur < 50%


Stadium IV
 HIV wasting syndrome
 Pneumonia pneumocystis carinii
 Toksoplasmosis otak
 Diare kriptosporidiosis > 1bln
 Kriptokokosis ekstrapulmonal
 Retinitis virus sitomegalo
 Herpes simplek mukokutan > 1 bln
 Leukoensefalopati multifokal progresif
 Mikosis diseminata spt histoplasmosis
 Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus dan paru
Lanj
 Mikobakteriosis atipikal diseminata
 Septikemia salmonelosis non tifoid
 Tuberkulosis di luar paru
 Limfoma
 Sarkoma kafosi
 Enselofati HIV
 Skala aktivitas; pada umumnya sangat lemah,

aktivitas di tempat tidur > 50%


Pemeriksaan Diagnostik
 1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA (Enzym-linked immunoabsorbent assay)
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

 ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan


dengan western blot)
 Western blot (positif)
 P24 antigen test (positif untuk protein virus

yang bebas)
 Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar

secara berturut-turut mendeteksi enzim


reverse transcriptase atau antigen p24
dengan kadar yang meningkat).
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a.LED (normal namun perlahan-lahan akan


mengalami penurunan)
b.CD4 limfosit (menurun; mengalami
penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
c.Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d.Serum mikroglobulin B2 (meningkat
bersamaan dengan berlanjutnya penyakit)
e.Kadar immunoglobulin (meningkat)
PENATALAKSANAAN
1. Pengendalian Infeksi Oportunistik bertujuan
menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis
2. Terapi Anti Retro Viral
3. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
4. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat
terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,
gizi yang kurang, alkohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun.
Pengobatan
 Obat Antiretrovirus (ARV) --> menghambat replikasi
(penggandaan diri) HIV.

Tujuan utama terapi :


 Menekan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus

mencegah dan/atau mengembangkan fungsi imun.


 Memperbaiki kualitas hidup

 Mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi HIV.


Indikasi :

 Infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan tes antibodi


 Keputusan untuk mulai menggunakan ARV diambil setelah pasien dan

keluarga/ pendamping mendapatkan informasi yang lengkap ttg dana yang


dibutuhkan, jaminan kepatuhan berobat yg tinggi, efek samping yg
mungkin tjd
 Indikasi lab;

1) Penyakit HIV stadium IV tanpa memperhatikan jumlah CD4


2) Jika tes CD4 dpt dilakukan, ART sebaiknya dimulai sebelum jumlah
CD4 dibawah 200
3) Jika tes CD4 tidak dapat dilakukan, ART sebaiknya dimulai jika infeksi
HIV memenuhi klinis stadium II atau III dengan limfosit total < 1200
3 gol ARV
 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Menghambat proses perubahan RNA virus menjadi
DNA (replikasi virus), Ex :: Zidovudine (ZDV/AZT),
Iamivudine (3TC), Didanosine (ddI), Zalcitabine
(ddC), Stavudine (d4T), Abacavir (ABC)
 Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

(NNRTI)
Nevirapine (NVP), Evafirenz (EFZ), Delavirdine
(DLV),
 Protease Inhibitor (PI)

Menghambat enzim protease yang memotong rantai


panjang asam amino menjadi protein yang lebih kecil.
PENCEGAHAN --ind
 Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar

mengenai HIV
 Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya dengan kondom
 Kurangi jumlah pasangan atau pakai kondom.

Tidak menggunakan alat suntik bersama-sama.


 Membersihkan alat suntik dengan cairan pembersih atau mengganti

jarum suntik.
 Orang normal dengan pasangan yang berisiko, menggunakan teknik

seks yang aman : Menghindari aktivitas seksual yang berisiko


Utk tenaga kesh ..
 Penggunaan alat pelindung pribadi untuk menurunkan risiko
terkena darah atau bahan-bahan lain yang mungkin
infeksius.
 Setelah penggunaan alat pelindung, tangan harus dicuci
dengan sabun dan air.
 Batasi resusitasi mouth to mouth, gunakan alat bantu mulut,
kantung resusitasi, dan lain-lain yang tersedia.
 Cuci bagian tubuh yang terpapar cairan tubuh/mukosa
membran yang potensial menimbulkan infeksi dengan sabun
dan air.
 Pemeriksaan HIV dan hepatitis bagi yang tertusuk jarum,
tergores pisau.
 Dekontaminasi area kerja.
PENCEGAHAN
 A (Abstinent): Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak

sah
 B (Be Faithful)Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual

hanya dengan pasangan yang sah


 C (use Condom) Pergunakan kondom saat melakukan hubungan

seksual bila berisiko menularkan/tertular penyakit


 D (Don’t use Drugs) Hindari penyalahgunaan narkoba
 E (Education) Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang

HIV/AIDS dalam setiap kesempatan


  
PRIORITAS KEPERAWATAN

a. Mencegah, memperkecil infeksi


b. Mempertahankan homeostatis.
c. Mengusahakan kenyamanan
d. Memberikan penyesuaian psikososial
e. Memberikan informasi mengenai proses
penyakit/ prognosis dan kebutuhan perawatan.
Perawatan komprehensif berkesinambungan

 Konseling dan tes HIV sukarela


 Tatalaksana klinis dan diagnosa dini yang memadai
 Asuhan keperawatan yang mampu memberikan
kenyamanan pasien higienis, mampu
mengendalikan infeksi dengan baik, memberikan
perawatan paliatif dan menangani kasus terminal,
melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan
di rumah dan pencegahan penularan serta
melakukan promosi kesehatan
Lanj
 Perawatan di rumah dan di masyarakat
 Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional,
dukungan spiritual dan konseling
 Membentuk kelompok dukungan masyarakat
 Mengurangi dan menyingkirkan stigma, membangun sikap
positif dari masyarakat
 Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial
 Pendidikan dan pelatihan HIV-AIDS bagi pendamping ODHA
 Membangun kerjasama penyelenggara layanan klinis
Terima kasih …

Anda mungkin juga menyukai