Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Departemen THT-KL
UPN Veteran Jakarta
2020
Abstrak
Latar Belakang : Refluks berarti kembali atau regurgitasi cairan. Ketika gejala muncul karena
refluks isi lambung ke faring dan laring disebut sebagai penyakit refluks laringofaring. GERD dan
LPRD merupakan dua bentuk yang berbeda dan prinsip manajemen GERD tidak berlaku untuk
LPRD. Kami merancang penelitian cross sectional untuk mengevaluasi prevalensi refluks
laringofaring diantara pasien yang mengunjungi departemen rawat jalan THT dalam kurun waktu
setahun.
Metode : Pasien dengan gejala tenggorokan dan suara selama lebih dari sebulan dimasukkan ke
dalam penelitian ini. Reflux Symptom Index (RSI) yang diajukan oleh Belafsky et al digunakan
untuk menilai gejala refluks. Penegakan diagnosis dibuat jika pasien memiliki skor RSI > 13.
Hasil : Total dari 2669 pasien yang termasuk dalam waktu penelitian, dimana 1316 (49.3%)
adalah laki-laki dan 1353 (50.7%) adalah perempuan. Dari 2669, 1938 (72.6%) pasien memiliki
RSI >13. Dari 1938 pasien yang dilakukan 70° laringoskopi 1842 (95%) pasien ditemukan
memiliki RFS >7. Dari 1842 pasien dengan RFS >7, 1234 adalah laki-laki (67%) dan 608 adalah
perempuan (33%).
Kesimpulan : Di negara berkembang seperti India, dimana sumber daya dan tenaga manusia
terbatas, gejala refluks laringofaring sering diabaikan. Protokol diagnosis dan manajemen LPRD
perlu distandarisasi melalui studi jangka panjang seperti yang telah dilakukan terhadap GERD.
Pendahuluan
→ 1842 pasien (dari 2669 pasien) memiliki RSI >13 dan RSF >7, terdiri
dari laki-laki sebanyak 1234 pasien (67%) dan perempuan sebanyak
608 pasien (33%).
→ Gejala yang paling sering dilaporkan adalah sensasi benjolan atau
benda asing di tenggorokan diikuti dengan mekanisme pembersihan
tenggorokan berulang dan batuk setelah makan atau saat berbaring.
→ Tanda yang paling umum ditemukan pada pemeriksaan laringoskopi
adalah hiperemia atau eritema di endolaring diikuti dengan hipertrofi
komisura posterior dan cairan mukus laring yang kental.
→ Saat follow up, mayoritas pasien menunjukkan perbaikan skor RFS.
Dari 1842 pasien, 21 pasien tidak menunjukkan perbaikan apapun
setelah terapi selama tiga bulan
Kesimpulan