Anda di halaman 1dari 39

L I NA N KA LA I II

B I D ANA N PERSA
ASUHAN KE

Isrowiyatun Daiyah, SST.,M.Keb


NIP.198006102001122001

Jurusan Kebidanan
Semeter Ganjil (III) T.A 2020/2021
Kala III ????

Kala tiga disebut juga kala uri atau kala


pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban (Depkes RI. 2004. Buku Acuan
Persalinan Normal. Jakarta: Departemen
Kesehatan).
PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA III

• Tekanan sistolik dan • Nadi secara


tekanan diastolik mulai bertahap
kembali ke tingkat sebelum
persalinan. kembali ke
tingkat
Tekanan sebelum
Darah Nadi
melahirkan

Aktivitas
Gastrointes Respirasi
tinal
• Nadi secara bertahap kembali ke
tingkat sebelim melahirkan
• Kembali
bernapas
normal
 Perubahan Fisiologis Kala III

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti


penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta,
karena tempat perlekatan plasenta menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
dari itu plasenta akan menekuk/terlipat, menebal,
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas
(dengan gaya gravitasi) plasenta akan turun kebagian
bawah uterus atau kedalam vagina.
Perubahan Psikologis Kala III

 Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk


bayinya
 Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya,
juga merasa sangat lelah.
 Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah
vaginanya perlu dijahit
 Menaruh perhatian terhadap plasenta.
Ingat 3 Tanda pelepasan plasenta
1. Terjadi perubahan bentuk dan tinggi uterus
 Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,

uterus membulat(diskoid) dan tinggi fundus uteri berada 3 jari


diatas pusat
 Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,

uterus berbentuk sepertiga atau seperti buah alpukat dan fundus


uteri setinggi pusat (seringkali mengarah kesisi kanan)

2. Tali pusat bertambah panjang


 Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)
3. Semburan darah mendadak dan singkat

 Darah yg terkumpul di retroplasenter (diantara


tempat implantasi dan permukaan maternal
plasenta) akan melepas plasenta (dg gaya gravitasi)
dari tempat perlekatannya didinding uterus.
 Jika kumulan darah (retroplacental pooling) dalam
ruang antara dinding uterus dan plasenta telah
melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yg terlepas.
Pelepasan Plasenta secara fisiologis
CARA-CARA PELEPASAN PLASENTA :

 Metode Ekspulsi Schultze.


Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering
terjadi (80%). Yang lepas dahulu dimulai dari bagian tengah
(sentral) lalu terjadi retroplasental hematoma yg menolak uri
mula2 bagian tengah kemudian seluruhnya. Ditandai oleh
makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini
dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per
vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta
yang melekat di fundus. Perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
LANJUTAN….MACAM-MACAM PELEPASAN PLASENTA

 Metode Ekspulsi Matthew-Duncan.


Lepasnya mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir dahulu (20%).
Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Bisa juga
lepasnya uri serempak dari tengah dan pinggir. Ditandai oleh adanya
perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih
besar kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir,
umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh
darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan
normal akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah
anak lahir lengkap.
PELEPASAN PLASENTA
PELEPASAN PLASENTA
BEBERAPA PRASAT UNTUK MENGETAHUI APAKAH PLASENTA LEPAS DARI
TEMPAT IMPLANTASINYA :

 Prasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali


pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara
hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak
akan dapat terjadi.
 Prasat Strassmann. Tangan kanan meregangkan sedikit tali pusat. Tangan
kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat
yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
 Prasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun
ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
analisa data/merumuskan diagnosa kebidanan:

1. Pengkajian
a. Data Subjektif (S)
Informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan,
apa yang dialaminya setelah bayi lahir. Ibu bersalin kala III
akan merasakan perutnya mulas karena adanya kontraksi
uterus untuk melepaskan plasenta.

b. Data Objektif (O)


Informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan/
pengamatan terhadap ibu setelah bayi lahir. Kelengkapan
dan ketelitian dalam prose pengumpulan data adalah sangat
penting.
Lanjutan data Objektif
Data tersebut meliputi :
 Kontraksi uterus keras
 TFU : setinggi pusat
 Tanda-tanda plasenta lepas :
 Semburan darah
 Pemanjangan tali pusat
 Perubahan bentuk uterus diskoid jadi bundar
(globular)
 Perubahan TFU uterus naik di dalam
abdomen
2. A (Assesment/Penentuan Diagnosa
Kebidanan)

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan


interpretasi yang benar terhadap data Subjektif
dan objektif yang sudah dikumpulkan.
Diangnosa kebidanan yang dapat ditegakkan
berdasarkan data Subjektif dan Objektif tersebut
adalah: Ibu bersalin kala III, dan kondisi ibu
dalam keadaan baik.
Penatalaksanaan pada ibu bersalin kala III dilanjutkan
dengan pembuatan dokumentasi asuhan kebidanan yang
diberikan.

1. Penatalaksanaan
Dalam menyusun penatalaksanaan adalah
menggambarkan pelaksanaan dari perencanaan dan
evaluasi. Penatalaksanaan yang dapat disusun dalam
asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala III normal
adalah Menejemen Aktif Kala III (MAK III) sesuai
SOP yang meliputi:
1. Pemberian suntikan Oksitosin maksimal 1 menit
setelah bayi lahir
2. Peregangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Pemijatan uterus segera setalah plasenta lahir
Lanjutan…
2. Pembuatan dokumentasi asuhan
kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidanan yang
dilakukan dibuat dokumentasi dengan
metode SOAP yaitu:
S = Data Subjektif
O = Data Objektif
A. = Analisa Data/Perumusan Diagnosa
P = Penatalaksanaan
Pendokumentasian pada kala III menurut
varney
1. Pengkajian
Data Subjektif

- Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir


- Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran
 Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir

Data Objektif
- Jam bayi lahir spontan
- Perdarahan pervaginam
 TFU
 Kontraksi uterus: intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak
ada) selama 15 menit pertama
Lanjutan…
2. Interpretasi Data
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III
beserta kondisi normalnya dan mengkaji adanya
diagnosis masalah atau tidak.
Contoh rumusan diagnosis. Seorang P1A0 dalam
pemeriksaan kala III normal.
Masalah: pasien tidak memberikan respon ketika diajak
bekerja sama untuk meneran.
3. Diagnosis Potensial.
Pada langkah ini bidan memprediksi apakah kondisi
pasien sebelumnya mempunyai potensi untuk meningkat
ke arah kondisi yang semakin buruk.
Lanjutan…
4. Antisipasi Tindakan Segera Dilakukan jika ditemukan
diagnosis potensial.
5. Perencanaan
Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam
melahirkan janinya.
Lakukan managemen aktif kala III.
Pantau kontraksi uterus.
ƒBeri dukungan mental pada pasien.
ƒBerikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh
pasien dan pendampingan agar proses pelahiran plasenta lancar.
ƒJaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh
bagian bawah (perineum).
Lanjutan…
6. Pelaksanaan. Merealisasikan perencaan
sambil melakukan evaluasi secara
terusmenerus.
7. Evaluasi. Menggambarkan hasil
pengamatan terhadap keefektifan asuhan
yang diberikan. Data yang tertulis pada
tahap ini merupakan data fokus untuk kala
berikutnya yang mencakup data subjektif
dan objektif.
MANAJEMEN AKTIF KALA (MAK) III

TUJUAN
Membuat kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan
mengurangi kehilangan darah selama kala III persalinan
jika dibandingkan dgn pelepasan plasenta secara spontan.

KEUNTUNGA
N
Persalinan kala III yang lebih singkat
Mengurangi jumlah kehilangan darah
Mengurangi kejadian retensio plasenta
2. PTT
1.okstosin

3. Massase
fundus

Manajemen aktif kala III


terdiri atas tiga langkah
utama
1. PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN

 Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama


setelah bayi lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian
suntikan oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi lain
(undiagnosed twin) di dalam uterus. Mengapa demikian? Oksitosin
dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan
pasokan oksigen pada bayi.

 Suntikan oksitosin dengan dosis 10 I.U diberikan secara intramuskuler


(IM) pada sepertiga bawah dan tengah lateral paha/ bagian luar
(aspektus lateralis). Tujuan pemberian suntikan oksitosin dapat
menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. Lakukan aspirasi sebelum penyuntikan,mencegah masuk
langsung ke pembuluh darah
2. PEREGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI

1. Berdiri di samping ibu


2. Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva
dikarenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan
mencegah avulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di atas perut ibu
(beralas kain)tepat diatas simpisis pubis. Gunakan tangan ini utk
meraba kontraksi uterus dan menekan uterus saat melakukan
peregangan tali pusat, dan tangan yang satu memegang klem di dekat
vulva.
3. Setelah uterus berkontraksi kuat, regangkan tali pusat dengan satu
tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus
ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-
hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
LANJUTAN…
4. Bila Plasenta blm lepas, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit berselang)
utk mengulangi kembali PTT
5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali
pusat menjulur) regangkan tali pusat ke arah bawah,
lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak keatas yg
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan
GAMBAR PROSES KELAHIRAN PLASENTA
LANJUTAN PTT
6. Jika langkah 4 & 5 diatas tdk berjalan sebagaimana
mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik
sejak dimulainya peregangan tali pusat dan tdk ada tanda-
tanda yg menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan peregangan tali pusat
a. Pegang klem dan tali pusat dgn lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu pindahkan klem
lebih dekat ke perineum pd saat tali pusat menjadi lebih
panjang. Pertahankan kesabaran pd saat melahirkan
plasenta
LANJUTAN….

b. Saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi PTT dan


tekanan dorso-kranial pd korpus uteri secara serentak.
Ikuti langkah2 tsb pd setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus
c. Jika setelah 15 menit melakukan PTT dan dorongan
dorso-kranial, plasenta belum juga lahir maka ulangi
pemberian oksitosin 10 I.U. IM, tunggu kontraksi yg
kuat kemudian ulangi PTT dan dorongan dorso-
kranial hingga plasenta dapat dilahirkan
LANJUTAN…

d. Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus


(bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat
menjulur keluar maka anjurkan ibu utk meneran
agar plasenta terdorong keluar melalui introitus
vagina. Bantu kelahiran plasenta dgn cara
menegangkan dan mengarahkan tali pusat sejajar
dgn lantai (mengikuti poros jalan lahir)
LANJUTAN…
Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut
mengikuti kurva alamiah panggul (posterior kemudian
anterior).
7. Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara
lembut hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
8. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
utk melahrkan selaput ketuban
LANJUTAN….
9. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir
saat melahirkan plasenta, dgn hati-hati periksa vagina dan serviks
secara seksama.Gunakan jari-jari tangan anda atau klem atau
cuam ovum DTT/steril utk mengeluarkan selaput ketuban
tersebut.

Catatan: Jika plasenta belu lahir setelah 30 menit sejak bayi


dilahirkan, maka lakukan konseling pada suami/ keluarganya
bahwa mungkin ibu perlu dirujuk krn waktu normal utk
melahirkan plasenta sdh terlampaui & kemungkinan ada penyulit
lain yg memerlukan penanganan di RS rujukan
Apa yg dilakukan bila akibat kondisi tertentu?
Fasilitas kesehatan rujukan sulit
dijangkau, plasenta belum lahir &
mendadak terjadi perdarahan
MANUAL
Petugas Kesehatan PLASENTA
telah terlatih &
Mengosongkan kavum uteri
kompeten sehingga uterus berkontraksi
Setelah manual plasenta secara efektif & perdarahan dapat
masih terjadi dihentikan
perdarahan

Tunggu hingga uterus dpt


KBI/KBE,KA atau pasang tampon berkontraksi kuat dan
kondom-kateter, beri Oksitosin 10 perdarahan berhenti, baru
I.U dosis tambahan & misoprostol hentikan tindakan kompresi
tablet 600mcg per rektal. atau keluarkan tampon
KBI/KBE, KOMPRESI AORTA,TAMPON UTERI
MASASE FUNDUS UTERI

 Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus


uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta
dalam keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan
fetal. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua
menit untuk memastikan uterus berkontraksi.
Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
KELAHIRAN PLASENTA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai