Reaksi Hipersensitif (Baru)
Reaksi Hipersensitif (Baru)
Kes
Defisiensi Imun :
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau
lebih komponen sistem Imun tidak aktif,
kemampuan sistem Imun untuk merespon
patogen berkurang pada baik golongan
muda dan golonga tua, respon imun
berkurang pada usia 50 tahun,
Respon imun terlalu aktif menyebabkan
disfungsi imun yang disebut autoimunitas.
Sistem imun gagal untuk memusnahkan
dengan tepat antara diri sendiri dan orang
lain yang menyerang dari bagian tubuh.
Adalah respon imun yang merusak jaringan
tubuh sendiri. Mereka terbagi menjadi 4
kelas (tipe I-IV) yaitu:
Reaksi anafilaksi
Reaksi sitotoksik
reaksi imun kompleks
reaksi tipe lambat
Pada dasarnya tubuh kita memiliki
imunitas alamiah yang bersifat non-
spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem
imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang
memproduksi 5 macam imunoglobulin
(IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE)
Sistem imunitas seluler yang dihantarkan
oleh sel limfosit T, yang bila mana
ketemu dengan antigen lalu mengadakan
diferensiasi dan menghasilkan zat
limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk
menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh,
maka tubuh akan mengadakan respon.
Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini
merupakan hal yang menguntungkan,
sehingga yang terjadi ialah keadaan imun.
Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh
menjadi rusak, maka terjadilah reaksi
hipersensitivitas atau alergi.
Tipe I : Reaksi Anafilaksi
Di sini antigen atau alergen bebas akan
bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE
yang terikat pada sel mast atau sel basofil
dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan
ini menimbulkan reaksi tipe cepat.
Alergen
Anafilaksis
Defisiensi Imun :
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen
sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk
merespon patogen berkurang pada baik golongan muda
dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50
tahun,
Respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan
narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang
buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling
umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara
berkembang.
Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan
gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi
fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin,
Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi,
tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9)
juga mengurangi respon imun.
Difisiensi imun juga dapat didapat dari
chronic granulomatus disease (penyakit yang
menyebabkan kemampuan fagosit untuk
menghancurkan fagosit berkurang),
contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.
Dibawah keadaan sekitar yang normal,
banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan
peptid sendiri.
Satu fungsi sel (terletak di thymus dan
sumsum tulang) adalah untuk
memunculkan limfosit muda dengan
antigen sendiri yang diproduksi pada
tubuh dan untuk membunuh sel tersebut
yang dianggap antigen sendiri, mencegah
autoimunitas
Suatu reaksi alergi yang bersifat akut,
menyeluruh dan bisa menjadi berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang
sebelumnya telah mengalami sensitisasi
akibat pemaparan terhadap suatu
alergen.
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak
pertama dengan alergen. Pada pemaparan
kedua atau pada pemaparan berikutnya,
terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini
terjadi secara tiba-tiba, berat dan
melibatkan seluruh tubuh.
Gigitan/sengatan serangga
Alergi makanan