INFORMASI EFEKTIF
KELOMPOK 5
– Secara etimologis, konseling berasal dari bahasa latin, yaitu consiliun yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.
Sedangkan dalam bahasa anglo-saxon, berasal dari sellan yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan” (Prayitno dan Amti, 2004).
– Konseling adalah kegiatan memberikan arahan kepada klien, termasuk membantu
klien dalam menyelesaikan permasalahannya. Mortensen dan Schmuller (dalam
Tamsuri, 2008) merumuskan konseling sebagai proses seseorang membantu orang
lain, meningkatkan pemahaman dan kemampuannya mengatasi masalah.
– Bustat (dalam Tamsuri, 2008) mendefinisikan konseling sebagai proses
berorientasi pembelajaran dalam hubungan perorangan.
– Mengacu pada beberapa definisi diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
konseling merupakan hubungan antara seorang pemberi konseling oleh seorang
ahli (disebut konselor) dan individu yang sedang mengalami masalah atau yang
diberi konseling (konseli/ klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi oleh klien dengan karakteristik sebagai berikut:
1. DIAM
Dalam konseling keadaan “diam” mempunyai banyak makna, diantaranya:
– Penolakan atau kebingungan klien
– Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya.
– Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
– Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk berbicara.
– Klien mengharapkan sesuatu dari koselor.
– Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
– Klien baru menyadari upacapannya dan merupakan ekspresi emosianalnya.
2. Klien menangis
Klien yang menangis tersedu – sedu membuat konselor merasa tidak nyaman. Reaksi
wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan, tetapi hal ini tidak selalu
menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa disebabkan karena beberapa alasan. Ada
kemungkinan untuk melepaskan emosi. Dalam hal ini yang dapat dilakukan konselor
adalah menunggu beberapa saat dan apabila terus menangis katakan bahwa tidak apa –
apa kalau masih ingin menangis. Biasanya tangisan mereda sendiri setelah beberapa
lama. Kadang – kadang menangis dilakukan untuk menarik perhatian atau untuk
menghentikan pertanyaan – pertanyaan yang menyelidik lebih lanjut. Tangisan juga
merupakan cara klien untuk memanipulasi konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa cara
terbaik adalah dengan memberi kesempatan klien untuk menangis
3. Konselor meyakini bahwa tiak ada pemecahan
bagi masalah klien.
– Kondisi ini biasanya terjadi bila konselor tidak dapat membantu menyelesaikan
masalah seperti yang diharapkan klien.
– Yakinkan klien bahwa meskipun konselor tidak dapt mengubah keadaan tetapi
konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien
menghadapi saat-saat sulit.
4. Konselor melakukan kesalahan
– Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah
mengartikan maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga bertanya
berkali – kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah,
konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting untuk
menciptakan hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah
salah satu hal yang penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat
ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah
apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa bahwa tadi ibu
sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak. Seandainya konselor tersinggung
atau marah karena kata – kata klien, konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan.
Perlu diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka
perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin terbuka pula perasaan klien.
5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
– Hal ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor.
Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor
tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari
informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa
dasar pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan dengan
klien yang sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui keterbatasan
pengetahuan konselor.
6. Klien menolak bantuan konselor
– Pada pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang mendasari
atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang merasa
terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena takut
mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb. Membuka pembicaraan
dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat membantu .
Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang
ibu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya
waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama
sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah
datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan
kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7. Waktu yang dimiliki konselor terbatas
– Kadang-kadang hubungan yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan
berarti konseling harus diakhiri. Akan lebih baik bila konselor minta pendapat
kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan
melihat dimana letaknya kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat
konselor merasa ditolak klien.
9. Konselor dan klien sudah saling kenal
– Konselor dapat melayani seperti pada umunya, tetapi perlu ditekankan bahwa
kerahasiannya aka tetap terjaga, dan konselor dapat bersikap sedikit berbeda
dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebgai temannya.
10. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor
– Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa
mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
– Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk
mempermudah penerimaan klien.
– Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua
klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
– Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
– Kearifan merupakan satu perangkat ciri kognitif dan afektif tertentu yang secara
langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
– Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa,
deotomatisasi (menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir
otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang
bertanggungjawab).
– Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi,
berorientasi pada perubahan yang bermanfaat.
THANK YOU!