Anda di halaman 1dari 9

KASUS ETIKA DALAM

BIDANG AKUNTANSI
MANAJEMEN
NURUL QOMARIYAH (170302151)
SALMA NINDIRA M. (180302126)
Kasus Pelanggaran Etika Akuntansi Manajemen
“Auditor BPKP Menerima Uang dari Anggaran Kegiatan Joint Audit Pengawasan dan Pemeriksaan di
Kemendikbud”

Beberapa auditor dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) disebut-
sebut menerima uang komisi. Hal itu diungkapkan oleh saksi dalam sidang lanjutan kasus dugaan korupsi perjalanan dinas fiktif
dan pemotongan biaya perjalanan dinas dalam kegiatan audit bersama di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (11/7).
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta ikut terkejut ketika seorang saksi menyatakan para auditor ikut
menikmati uang komisi. Perkara tersebut melibatkan mantan Inspektur Jenderal Kemendiknas, Mohammad Sofyan, sebagai
terdakwa. Sidang kemarin menghadirkan Bendahara Pengeluaran Pembantu di Inspektorat I Kemendiknas, Tini Suhartini.

Dari keterangan Tini meluncur pengakuan bahwa ada beberapa auditor dari Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang ikut menerima ‘komisi’ dalam
penyusunan Standar Operasi Prosedur (SOP) kegiatan audit Pengawasan dan Pemeriksaan
Sarana dan Prasarana (Wasrik Sarpras) bersama Itjen Kemendiknas.
Waktunya kira-kira pada Januari 2009. Beberapa orang yang ikut menerima adalah
Inspektur I Kemendiknas, Suharyanto, terdakwa Mohammad Sofyan, dan beberapa pihak
lainnya.
• Uang yang dibagi-bagi berasal dari anggaran kegiatan penyusunan SOP W
asrik Sarpras yang seharusnya dilaksanakan di Bogor, namun hanya dilakuk
an di kantor. Suharyanto yang juga dihadirkan sebagai saksi mengatakan
pencairan anggaran total Rp 319 juta itu diperintahkan Sofyan.
• Sofyan selaku Kuasa Pengguna Anggaran, menandatangani SK Irjen pada 1
6 Januari 2009 untuk menetapkan kegiatan program joint audit Wasrik
pada masing-masing inspektorat yang meliputi Wasrik Peningkatan Mutu S
arana Prasarana 9 Tahun oleh Inspektorat I, Wasrik Peningkatan Mutu
Relevansi dan Daya Saing oleh Inspektorat II, Wasrik Pendidikan Tinggi
oleh Inspektorat III dan Warsik Sertifikat Guru oleh Inspektorat IV.
• Saksi juga mengatakan, auditor BPK juga menerima uang. Tini mengatakan
dana itu berasal dari sumbangan uang lima Inspektorat dalam rangka
pemeriksaan BPK di Itjen Kemendiknas. Perintah pencairan menurut Tini
berasal dari Pelaksana Harian Sekretaris Itjen Kemendiknas, Sam Yhon.
Hanya saja, Tini tak tahu berapa jumlah uang
yang diberikan ke auditor BPK. Selain
pengumpulan uang dalam rangka
pemeriksaan BPK, juga disebutkan dalam
rangka workshop DPR.

Sofyan selaku tersangka didakwa memperkaya diri sendiri dan


orang lain dengan memerintahkan pencairan anggaran dan
menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan. Dia juga
memerintahkan pemotongan sebesar 5% atas biaya
perjalanan dinas yang diterima para peserta pada program joint
audit Inspektorat I, II, III, IV dan investigasi Irjen Depdiknas tahun
anggaran 2009. Dari perbuatannya, Sofyan memperkaya diri sendiri yakni
sebesar Rp 1,103 miliar. Total kerugian negara dalam kasus ini mencapai
Rp 36,484 miliar.
Analisis Kasus Pelanggaran Etika Akuntansi
Manajemen

Dalam kasus ini telah terjadi pelanggaran etika profesi akuntansi oleh
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Seharusnya auditor menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektifitas
dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang profesional. tidak diperkenankan
auditor menerima sejumlah uang untuk menutup-nutupi suatu kecurangan
apalagi ikut merancang agar kecurangan tersebut tidak terbaca oleh mata
hukum. terlebih, dalam kasus ini yang dirugikan adalah rakyat karena uang
negara adalah uang rakyat, dan auditor BPKP adalah pegawai negeri yang
secara tidak langsung mengemban amanah dari rakyat. dengan kata lain,
auditor BPKP dalam kasus ini juga telah mengabaikan prinsip kepentingan
publik.
• Selanjutnya adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIKBUD) selaku kementrian yang bertugas dalam bidang pendidi
kan dan kebudayaan juga berani melakukan kecurangan menjadi
perhatian kami untuk menjadi alasan pemilihan kasus etika profesi
akuntansi ini. Dalam kasus ini kedua instansi pemerintah yang dipercaya
oleh rakyat saja sudah berani melakukan kecurangan.

• Hal lainnya adalah sang akuntan publik telah melanggar etika yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik
(IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:
– Independensi, integritas, dan obyektivitas
– Standar umum dan prinsip akuntansi
– Tanggung jawab kepada klien
– Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
– Tanggung jawab dan praktik lain.
Analisis pada kasus pelanggaran yang dilakukan oleh auditor BPKP
dan KEMENDIKBUD berdasarkan standar-standar etika akuntansi
manajemen menurut IMA :

• Auditor BPKP, BPK dan KEMENDIKBUD melanggar standar etika


akuntansi manajemen poin Integrity (Integritas).
• Auditor BPKP, BPK dan KEMENDIKBUD melanggar standar etika
akuntansi manajemen poin Objective of Management Accountant
(Tujuan dari Akuntansi Manajemen).
• Auditor BPKP, BPK dan KEMENDIKBUD terindikasi melakukan
tindakan Whistle blowing.
• Auditor BPKP, BPK dan KEMENDIKBUD terindikasi melakukan
tindakan Creative Accounting.
• Auditor BPKP, BPK dan KEMENDIKBUD terindikasi melakukan
tindakan Fraud.
Solusi Kasus Pelanggaran Etika Akuntansi Manajemen
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu
tindakan positif agar ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten.
Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
menetapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah) ini :
1. Transparansi
2. Pemberian sanksi tegas
3. Peningkatan nilai-nilai etika & pengembangan kode etik
4. Teguran tertulis
5. Usulan pemberhentian dari tim audit
6. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu
KESIMPULAN

Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,


baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada kasus ini terdapat dua
pelanggaran terhadap standar perilaku etika akuntan yaitu
integritasdan objective of Management Accountant dan tiga
tindakan
penyimpangan yaitu Whistle blowing, Creative Accounting 
(akuntansi kreatif), dan Fraud (kecurangan).
Sofyan, auditor BPKP, dan BPK dinilai telah lalai dalam menjalankan
tugasnya dan mereka telah melanggar kode etik akuntan.
Kasus ini bisa terjadi karena lemahnya pengendalian internal,
lemahnya sistem pengawasan, kurangnya komunikasi, dan faktor
pengendalian dari individu itu sendiri, dimana sikapnya dalam
menghadapi situasi yang tak terduga, profesionalitas dan
integritasnyanya dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai