Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Oleh:
Riris Raudya Tuzahra – 19360140
Besse Marwah Agus Husain - 20360132

Preceptor:
dr. Helmi Muchtar, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
ANALISIS KASUS
• Identitas Pasien
• Nama : Tn. M
• Umur : 23 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki – laki
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Alamat : Jl. Raden Gunawan II, Rajabasa, Bandar Lampung
• Status : Belum Menikah
• Agama : Islam
• Masuk RS : 12 Agustus 2020

• Anamnesis:
• Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, 12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB
• Keluhan Utama : Kedua mata merah tidak disertai gangguan penglihatan sejak 2 hari
yang lalu.
• Keluhan Tambahan : Kedua mata keluar kotoran mata (belekan), mata terasa
mengganjal dan bengkak.
BAB
I
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. M 23 tahun datang ke Poli Mata RSPBA dengan keluhan:

• Kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu

• Tidak ada gangguan penglihatan

• Kelopak mata bagian atas bengkak

• Mata terasa seperti mengganjal

• Kedua mata keluar kotoran mata (belekan) berwarna kuning kehijauan dan

kental yang dirasakan banyak pada pagi hari saat bangun tidur.

• Keadaan lingkungan rumah pasien kurang bersih dan banyak debu.


Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien pernah mengalami - Ayah menderita penyakit jantung

keluhan serupa pada saat SMA - Ibu menderita penyakit darah tinggi

dan sembuh setelah diberikan obat

tetes mata.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 84 kali/menit
- Respirasi : 23 kali/menit
- Suhu : 37,8o C
Head To Toe
- Kepala – leher : Normocephali, konjungtiva hiperemis ODS (+), sekret mata
(+), palpebra edema (+), pembesaran KGB (-).
- Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba
- Ekstremitas : Dalam batas normal
OCULAR DEXTRA   OCULAR SINISTRA
6/6 Visus 6/6
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Edema (+), hiperemis (+) Palpebra Superior Edema (+), hiperemis (+)
Edema (-), hiperemis (-) Palpebra Inferior Edema (-), hiperemis (-)
Hiperemis Konjungtiva Palpebra Hiperemis
Hiperemis Konjungtiva Fornices Hiperemis
Injeksi konjungtiva disertai sekret Injeksi konjungtiva disertai sekret
Konjungtiva Bulbi
mukopurulen mukopurulen
Tenang Sklera Tenang
Jernih, kekeruhan setempat (-) Kornea Jernih, kekeruhan setempat (-)

Dalam, hifema (-), hipopion (-) Camera Oculi Anterior Dalam, hifema (-), hipopion (-)

Warna coklat, kripti baik, atrofi (-) Iris Warna coklat, kripti baik, atrofi (-)

Tepi reguler, bentuk bulat, reflek cahaya Tepi reguler, bentuk bulat, reflek cahaya
Pupil
langsung dan tidak langsung (+) langsung dan tidak langsung (+)

Jernih Lensa Jernih


Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tensio Oculi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Sistem Kanalis Lacrimal Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak Dilakukan

Pemeriksaan Anjuran:
Swab Konjungtiva dengan Pewarnaan Giemsa

Bakteri Positif: Warna Ungu


Bakteri Negatif: Warna Merah
Pasien datang ke Poli Mata RSPBA dengan keluhan:

• Kedua mata merah sejak 2 hari SMRS

• Tidak ada gangguan penglihatan


R
• Kedua mata keluar kotoran mata (belekan) berwarna kuning kehijauan dan kental yang

dirasakan banyak pada pagi hari saat bangun tidur.


E
Pada pemeriksaan oftalmologis diperoleh:
S
• Visus normal U
• Kedua konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva disertai sekret mukopurulen M
• Kedua konjungtiva forniks dan palpebra hiperemis E
• Kedua palpebra superior mengalami edema dan hiperemis.
Konjungtivitis e.c Bakteri
Diagnosis banding Konjungtivitis e.c Virus
Keratitis
Uveitis

Diagnosis Kerja Konjugtivitis e.c Bakteri ODS

Umum/Non-medikamentosa
Penatalaksanaan 1. Menyarankan untuk menjaga kebersihan mata.
2. Menyarankan untuk tidak mengucek mata.
3. Menyarankan pasien untuk mencuci tangan apabila akan
berkontak dengan mata
4. Jangan menggunakan lap atau handuk yang sama dengan
penghuni rumah lainnya.
Antibiotik : Gentamicin ED No. I
Khusus /Medikamentosa S 6 dd gtt 1 o.d.s

Prognosis Quo Ad Vitam : Ad Bonam


Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanationam: Ad Bonam
BAB
II
Anatomi dan Histologi
Konjungtiva adalah membran mukosa transparan dan tipis

yang membungkus permukaan posterior kelopak mata dan

anterior sklera. Konjungtiva dibagi menjadi konjungtiva

palpebralis, konjungtiva bulbaris dan forniks.

Secara histologi lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga

lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal.

Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval

yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata.


DEFINISI

Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang

menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,

clamidia, atau kontak dengan benda asing.

Konjungtivitis merupakan penyakit ringan dan self limited

disease, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit

mata yang serius.


Konjungtivitis dapat terjadi pada
berbagai usia tetapi cenderung paling
sering terjadi pada umur 1 - 25 tahun.
Anak anak prasekolah dan anak usia
sekolah insidennya paling sering karena
kurangnya higiene . Usia 5 - 25 lebih sering
EPIDEMIOLOGI terjadi pada konjugtivitis.
Berbagai studi menunjukkan bahwa
konjungtivitis bakteri merupakan 25 – 50%
dari semua penyebab konjungtivitis.
1. Jenis konjungtivitis bakteri hiperakut
(purulen) dapat disebabkan oleh N
Gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan
N.meningitidis.
2. Jenis konjungtivitis bakteri akut
(mukopurulen) sering disebabkan oleh
Streptococcus Pneumoniae pada daerah
ETIOLOGI dengan iklim sedang dan Haemophillus
aegyptius pada daerah dengan iklim tropis.
3. Konjungtivitis bakteri subakut paling sering
disebabkan oleh H influenzae dan
terkadang oleh Escherichia coli dan spesies
proteus.
4. Konjungtivitis bakteri kronik terjadi pada
pasien dengan obstruksi ductus
nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik yang
biasanya unilateral.
• Alergen (Reaksi alergi terhadap debu,
asap, polusi, serbuk sari dan bulu
binatang)
• Vernal (musim semi, musim panas dan
musim gugur )
ETIOLOGI LAIN • Pemakaian lensa kontak, terutama dalam
jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
• Virus (Adenovirus dengan serotipe 3, 4,
5, dan 7 )
• Jamur (Candida albicans )
• Kimia atau iritatif (pajanan substansi
iritan, seperti asam, alkali, asap dan
angin)
Adanya agen perusak

1. Cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,


kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma P
2. Edema pada stroma konjungtiva (kemosis)
3. Hipertropi lapis limfoid stroma atau pembentukan folikel. Sel-sel A
radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan.
T
O
Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet
F
Membentuk eksudat konjungtiva
I
S
Perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur I
O
Adanya peradangan pada konjungtiva L
O
Dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior, sehingga konjungtiva hiperemi didapatkan pembengkakan dan
hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini G
merangsang sekresi air mata.
I
VIRUS BAKTERI ALERGI JAMUR
Gatal Minimal Minimal Berat Minimal K
Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Terbatas L
Sekret Serous Purulen atau Mukus Sedikit
Mukopurulen A
Lakrimasi Banyak Sedang Sedang Sedikit S
Adenopati
Preaurikular
Lazim Tidak lazim Tidak ada Tidak ada I
Pewarnaan Mononuklear Bakteria, PMN Eosonofil PMN
F
kerokan
I
Radang Kadang - kadang Kadang - Kadang Tidak pernah Tidak pernah
tenggorokan dan K
demam
A
S
I
Konjungtivitis Bakteri Konjungtivitis Virus Konjungtivitis Alergi
1. Kontak dengan individu yang terinfeksi
konjungtivitis
2. Kelainan atau gangguan pada mata,
seperti obstruksi saluran nasolakrimal,
kelainan posisi kelopak mata dan
defisiensi air mata
FAKTOR RISIKO 3. Penyakit dengan supresi imun dan
trauma juga dapat melemahkan sistem
imun sehingga infeksi dapat mudah
terjadi
4. Higienitas yang buruk, seperti tidak
mencuci tangan saat akan menyentuh
mata
Secara umum, konjungtivitis bakteri
bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan
pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral,
MANIFESTASI KLINIS hiperemi, eksudat purulen atau mukopurulen,
eksudat purulen dengan palpebra saling
melengket saat bangun tidur, dan kadang-
kadang edema palpebra.
Diagnosis konjungtivitis bakteri dapat
ditegakkan melalui riwayat pasien dan
pemeriksaan mata secara menyeluruh.
Kerokan konjungtiva untuk
DIAGNOSIS pemeriksaan mikroskopik diharuskan jika
penyakitnya purulen, bermembran atau
berpseudomembran. Pemeriksaan gram
melalui kerokan konjungtiva dan
pengecatan dengan Giemsa menampilkan
banyak neutrofil polimorfonuklear.
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri
tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat
diberikan terapi dengan antibiotik topikal
spektrum luas.
Pada konjungtivitis purulen dengan
diploccus gram negatif, harus segera diberikan
DIAGNOSIS terapi topikal dan sistemik. Jika kornea tidak
terkena, maka ceftriaxone 1 g diberikan dosis
tunggal per IM. Jika kornea terkena, maka
dibutuhkan ceftriaxone parenteral, 1-2 g/hari
selama 5 hari. Pada konjungtivitis akut dan
hiperakut, saccus conjungtivalis harus dibilas
dengan larutan saline agar menghilangkan
sekret.
Bila segera diatasi konjungtivitis ini tidak
akan membahayakan. Namun jika penyakit pada
PROGNOSIS radang mata tidak segera ditangani atau diobati
dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan
dapat menimbulkan komplikasi seperti
glaukoma, katarak maupun ablasio retina.
BAB
III
K
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi E
bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
S
Konjungtivitis dibagi dalam beberapa bentuk diantaranya adalah
konjungtivitis karena infeksi (bakteri, virus, dan jamur), konjungtivitis I
imunologik (alergik) dan konjungtivitis kimia atau iritatif. M
Penting artinya untuk mengetahui setiap ciri khas kelainan P
konjungtivitis karena pengobatan dengan tiap etiologi yang berbeda U
memerlukan terapi yang berbeda pula. Pengobatan yang tidak adekuat
dari konjungtivitis tipe tertentu akan dapat memberikan prognosa yang L
buruk A
N
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai